Karena Berita

2K 158 5
                                    

Author buat pembatas buku baru buat kalian! Wkwkwkw
Semoga semakin betah ya di lapak ini, follow, komen, vote dan juga share cerita ini ke temen-temen kalian ya:)

~Aku sedang mencintaimu
Meski kau takkan pernah tahu
Akankah sang waktu menjaga hatiku
Untuk selalu menunggumu?~

~Aku sedang mencintaimuMeski kau takkan pernah tahuAkankah sang waktu menjaga hatikuUntuk selalu menunggumu?~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

🤴Happy reading👸

.

"Maharani Aqila Dewi, sosok anak Dewangga Jaya yang selalu memiliki kehidupan tersembunyi dari publik kini tersorot kamera dengan Airlangga Soebandono. Apakah keduanya memiliki hubungan spesial walaupun Maharani sudah menikah?"

Kabar terkini meluncur kemana-mana, dari televisi hingga koran dan juga lain-lain.
Saka yang berada di kantor pun, di hari itu juga ia menonton berita tentang istrinya sendiri.
Ia sudah tahu, suatu saat pasti akan terjadi seperti ini.
Dimana, dirinya yang bukan apa-apa ini akan terbuang begitu saja.

Malam ini, ia juga memiliki acara besar antara kolega-kolega lain dan terdapat Dewangga, Pak Tua yang pasti akan ikut serta menyindirnya kembali.
Rasa-rasanya ia ingin menghilang dari permukaan bumi ini.

"Bagaimana jika kamu saja yang datang, katakan saja bahwa saya sedang sakit. Entah apalah itu, buat alasan lain saja bisa?"
Nego Saka terhadap Arif, sekretarisnya yang sudah pasti tidak bisa membantunya dalam hal ini.

"Saya mana berani begitu pak. Apalagi pak Dewangga sudah mewanti-wanti saya dari jauh hari kalau bapak harus hadir acara malam ini."
Saka melihat jam dinding di kantornya sendiri. Lalu ia pun berdiri.
"Baiklah, ayo kita hadapi."

...

Pulang dengan keadaan mabuk, Saka masih mengingat betul semua yang dikatakan oleh mertuanya itu.
"Kalau memang Rani akhirnya bisa jatuh hati kepada Airlangga, mengapa tidak? Akhirnya ia tahu, mana yang emas mana yang tanah biasa."

"Saya tidak pernah melarang apapun yang ingin diperbuat dengannya. Apapun itu, selagi bertambah baik dan positif pasti akan saya dukung."

"Saka, kamu sudah menonton berita itu juga kan? Bagaimana menurutmu? Kamu sudah siap?"

Sungguh, Saka juga tidak siap dengan ini semua.
Namun, siap tidak siap memang harus siap, bukan?
Karena semua perkataan demi perkataan itu juga lah yang masih banyak lagi, ia tak sadar dan terus meminum dan meminum minuman yang tersedia. Tak sadar bahwa yang sedang ia habisi itu mengandung alkohol.
Wajah Saka memerah, ia digendong oleh Arif hingga Rani mendatangi mereka.

Tentu saja Rani belum tidur, ia tetap menunggui sang suami hingga pulang.
Bagaimana bisa Rani marah jika keadaan Saka seperti ini sekarang?

"Saka?"

"Tadi bapak minumnya kebanyakan di acara, acaranya memang cukup lama juga. Mungkin, jadi bapak kebablasan minumnya."
Rani hanya bisa mengangguk mendengarkan penjelasan dari Arif.

"Kok bisa sih Saka begini? Biasanya paling cuma berani minum tiga gelas."
Rani tidak tahu, setiap kali Ayahnya berkata sesuatu yang tidak mengenakkan hati suaminya, di saat itu juga lah Saka meminum.
Satu kalimat ayahnya sama dengan satu gelas minuman Saka.

Rani pelan-pelan menuntun pria itu ke kamar mereka.
Dengan hati-hati menaruh dari bokong terlebih dahulu hingga ke kepala.
Melepaskan sepatu, pakaian luar yang semestinya kotor.
Lalu Rani mengambil baskom berisi air serta kain.

Ia membersihkan wajah Saka dan bagian badan yang pastinya kotor yang bisa ia jangkau.
Hati Rani bingung, ada kalanya ia ingin sekali Saka tidak bekerja terlalu berat.
Tapi, ia juga tidak bisa membantu suaminya.

Saat Rani sedang menyeka keringat Saka, tiba-tiba mata pria itu terbuka.
"Rani?"
Rani terkejut bukan main. Biasanya pria ini akan memanggilnya dengan nama panjang.
Panggilan nama pendek hanya Saka gunakan saat ia masih kecil.

"Saka, udah sadar?"

"Aku ga pernah ga sadar. Aku selalu sadar."
Mata pria itu layu. Tidak setegas biasanya. Tampak ada sesuatu yang dipikirkan dan membuatnya tertekan.
"Saka bobok gih."
Rani mengelus wajah suaminya pelan, dari dahi hingga ke ubun-ubun.

Baru saja Rani akan tegak, Saka sudah menahan gadis itu hingga terjatuh ke pelukan Saka.
Jas luar Saka memang dari tadi sudah dibuka, kini kedua tangan Rani memegang dada tengah Saka yang masih dilapisi oleh kemeja slim fit berwarna biru kantoran.
"Saka..."

"Harusnya... Ini jadi yang terakhir kan? Aku jadi berengsek semalam, boleh?"
Rani tidak mengerti apa maksud dari perkataan Saka.
Terakhir? Berengsek?
Sekian detik kemudian bibir pria itu sudah menyatu dengan bibirnya.
Rani mengerti makna berengsek tadi, tapi mengapa harus dikatakan berengsek? Saka adalah suaminya. Saka berhak atas semua yang ingin ia lakukan atas istrinya.

Saka melepaskan ciumannya, membiarkan Rani mengambil napas dan menaruh dahinya di atas dahi Rani.
"Ayah sama ibu suka ga akur."
Rani terkejut mendengar cerita Saka.
"Ga akur? Kok Rani ga pernah tahu?"

"Ayah suka ga pulang demi kerjaan, ibu minta waktu keluarga sama ayah, tapi ibu dikira engga ngerti situasi. Mereka suka saling marah tengah malam. Entah ada barang yang tersenggol atau sengaja dipecahkan hingga berniat cerai."
Rani mendengarkan cerita Saka yang entah mengapa pria ini tiba-tiba menceritakan semua hal itu malam ini. Mungkin ini juga alasan mengapa suaminya ini terkadang terbangun di tengah malam. Trauma kah? Banyak sekali yang ia tidak ketahui tentang suaminya.

"Aku ga mau menikah karena aku takut. Aku masih kebayang. Bagaimana cara membentuk suatu keluarga yang harmonis."
Mata Saka memerah saat ia menceritakan hal ini.
"Aku takut, kalau tidak benar-benar mencintai pasangan bisa membuat semua hal itu terjadi."

"Tapi kan kita saling cinta, Saka."
Saka hanya tersenyum miring mendengar ucapan Rani yang spontan.
"Kita ga tahu sampai kapan rasa cinta itu akan ada. Semua ada masanya."
Mereka sibuk membahas cinta, namun melupakan prioritas apa yang seharusnya dipegang oleh suatu keluarga.

"Tapi Rani akan selalu cinta sama Saka."
Ini valid no debate. Rani emang cinta sekali dengan Saka.
"Listen, ada masanya, hari ini kamu seperti ini, besok kamu seperti itu. Tidak ada yang konstan di dunia ini."
Rani menggelengkan kepalanya.
"Saka ga percaya sama Rani? Kalau gitu kita buat cinta kita jadi konstan, Saka."
Rani memeluk tubuh hangat pria itu.
Tidak sadar telah membangunkan sesuatu yang seharusnya bisa Saka tahan jika ia dalam keadaan sadar.
Namun, kini ia sedang mabuk. Ditambah lagi hormon-hormon karena alkohol membangkitkan gairah yang seharusnya selalu bisa ia tahan.

"Aku mau kamu."
Hingga kalimat itu turun dari bibir manis Saka.
Rani sedikit gugup dengan Saka yang berbeda jika sedang dalam keadaan seperti ini.
Katanya, orang mabuk itu jujur kan? Apakah Saka benar-benar menginginkannya malam ini?

Lalu Rani hanya bisa menganggukkan kepalanya. Membiarkan malam ini, ia menjadi istri seutuhnya dari Saka Wahyu Mahendra, suami tercintanya.
Entah harus senang, bersyukur atau bahagia. Manakah yang lebih cocok untuk mewakili perasaan Rani? Ia sedikit berpikir, mengapa tidak dari dahulu saja Saka mabuk seperti ini?
Pria itu lebih mudah diraih dan manis saat seperti ini.

Dan satu hal yang ingin tetap Rani katakan, ia sangat menyayangi Saka. Lebih dari yang pria itu bayangkan.

🤴Akan berlanjut👸
.061020.

Re-wedding(?) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang