27

6.3K 372 1
                                    

Kini mereka dalam perjalanan menuju mall.

"Makasih kadonya." Ucap Hafsah.

Azzam menoleh sebentar kearah Hafsah lalu tersenyum, dan kembali menatap jalanan.

"Sama-sama...Di pake ya,"

Hafsah mengangguk, ia lupa memakai kalung pemberian ibu Azzam, tapi Hafsah menyimpan baik-baik kalung tersebut.

"Pasti."

Hafsah mendadak gugup di dekat Azzam, padahal sebelum-sebelumnya tidak seperti ini. Jantung Hafsah berdetak tak beraturan Hafsah berpikir ada masalah dalam kesehatan jantungnya.

"Saya kemarin nunggu kamu hampir satu jam." Omel Azzam tiba-tiba.

Hafsah segera menatap Azzam yang sedang menatap jalanan.

"Ya maaf. Abisnya ga ngabarin sih." Ucap Hafsah tak mau kalah.

Tolong ingatkan kalau perempuan itu tidak mau di salahkan.

"Tadi nya suprise... Tapi saya keburu kesel jadi pulang." Sungut Azzam.

"Mana saya tau." Ucap Hafsah asal.

"Kamu mana tau, yang kamu tau itu makan makanya pipi kamu chubby gitu..." Ucap Azzam sembari menunjuk pipi Hafsah yang chubby.

Hafsah mengembungkan pipinya kesal. Dengan bibir yang sudah maju satu senti.

"Kita harus cintai Indonesia mas."

"Apa hubungannya."

"Ya, berkembang." Ucap Hafsah kesal.

Sedangkan Azzam sudah tertawa terbahak-bahak mendengarkan jawaban Hafsah.

Hafsah mengerutkan dahinya bingung. Benar bukan yang ia katakan harus mencintai Indonesia maka dari itu ia berkembang.

Hafsah sang penyuka ngemil apapun. Tidak ada kata diet dalam hidupnya, toh mau makan sebanyak apapun ngemil sebanyak apapun. Badannya hanya segini-gini aja. Hanya pipinya semakin hari semakin chubby tapi itu menggemaskan.

"Jangan ketawa Mulu mas... Nanti nabrak." Omel Hafsah.

Pasalnya jalanan malam kali ini sangat padat karena malam Minggu malam biasanya semua pasangan keluar hanya untuk sekedar menghirup udara malam atau date mungkin.

"Tenang rumah sakit milik saya." Sahut Azzam asal.

Hafsah memutar bola matanya malas. Maksudnya apa Azzam berkata demikian, akan mengajak nya kecelakaan atau gimana.

"Kalau gitu jangan ngajak-ngajak Hafsah. Mas sendiri aja."

"Kan kita berdua, kemungkinan kalau kenapa-kenapa ya berdua juga." Ucap Azzam semakin ngaco.

Hafsah hendak melayangkan pukulannya tapi ia urungkan.

"Ga mau!. Masa dokter jadi pasien ga lucu."

"Ya bisa aja dong, namanya manusia... Dokter juga bisa sakit queen."

Benar juga siapapun tak kecuali dokter bisa sakit juga.

"Bener juga."

Azzam terkekeh. "Cantik-cantik tapi kurang pinter." Ucap Azzam bercanda.

Hafsah langsung menatap Azzam tajam. Bisa-bisanya ia dikatai kurang pintar.

"Hafsah pinter." Protes Hafsah.

"Iya-iya, wanita selalu benar!" Ucap Azzam mengalah.

"Setuju. Wanita selalu benar, dan laki-laki selalu...?" Ucap Hafsah menggantung ucapannya menunggu kelanjutan dari Azzam.

My Husband Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang