25

7K 371 4
                                    

HIHIHIHII!

SELAMAT MEMBACA!!!

HAPPY READING ❤️

Pagi ini Hafsah sedang bersiap-siap untuk berkunjung ke kediaman Arumi,kebetulan hari ini hari libur, dan Arumi meminta Hafsah untuk menemaninya di apartemen karena Irvan sang suami tidak libur.

Setelah menikah Arumi dan Irvan memilih untuk tinggal di apartemen berdua.

Hafsah sedang menunggu makanan nya datang, Hafsah sengaja memesan makanan untuk ia bawa untuk Arumi.

"Non diluar ada gojek nganterin makanan." Teriak bibi dari balik pintu.

"Bentar bi,"

Hafsah segera bergegas kebawah untuk mengambil makanannya.

o0o

Gojek tersebut menyerahkan sebingkis makanan yang di pesan Hafsah.

Hafsah menerima bingkisan tersebut.

"Terimakasih pak." Ucap Hafsah.

Gojek tersebut tersenyum lalu mengangguk.

Selepas itu Hafsah kembali keatas untuk mengambil tasnya, Hafsah melihat arloji di tangannya. Pukul 9;30 Hafsah segera bergegas untuk ke apartemen Arumi.

Hafsah mengirimkan pesan bahwa dia sedang dalam perjalanan menuju apartemen Arumi.

Setelah menemukan perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya Hafsah sudah sampai di Apartemen tersebut.

Hafsah sudah berdiri didepan pintu apartemen Arumi.

Ceklek...

"Ayo masuk." Ajak Arumi.

Hafsah mengangguk. Lalu mengikuti Arumi masuk kedalam apartemennya.

Arumi membawa Hafsah keruang tamu yang terdapat satu set sofa tersebut.

"Duduk haf,"

Hafsah langsung mendudukan dirinya disofa panjang tersebut. Diatas meja terdapat makanan ringan seperti kue dan keripik. Yang menyita perhatian Hafsah dari itu semua adalah kertas seperti undangan yang tergeletak di atas meja tersebut.

Arumi yang memperhatikan Hafsah sedari tadi, ikut melihat objek yang Hafsah perhatikan sedari tadi. Tiba-tiba mata Arumi membulat karena syok. Dimeja tersebut ada undangan pernikahan yang diberikan tadi.

Buru-buru Arumi meraih undangan tersebut dan menyembunyikan dibelakang tubuhnya, sontak itu semua membuat kecurigaan di diri Hafsah.

"Itu.... Undangan siapa?" Hafsah mulai bertanya.

Arumi bergerak gelisah mendadak ia gugup harus menjawab apa, jika ia katakan terus terang pasti akan menyakiti perasaan Sabahat nya. Walaupun sahabatnya mengatakan sudah ikhlas tetapi bekas luka itu masih ada bukan.

"Untuk kamu kesini pas mereka pergi, kalo ga aku ga jamin semuanya baik-baik aja.... Walaupun kamu kuat tapi hati kamu rapuh." Batin Arumi.

Arumi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ehm...Anu..." Ucap Arumi gugup.

"Anu? Anu apa...?" Potong Hafsah. Hafsah semakin curiga dengan gerak gerik Arumi, seperti menyembunyikan sesuatu darinya, memang undangan itu dari siapa. Pikir Hafsah.

My Husband Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang