24. Merenggang

2.6K 66 0
                                    

Farhan memasak sayur bening pagi-pagi sekali. Untuk lauk, ia mengoreng Ayam yang tadi dia beli di pedagang keliling. Setelah selesai masak, pria itu menyiapkan di meja makan. Sebelum anak dan istrinya bangun, Farhan sudah pergi berangkat bekerja. Ria bilang benci melihat wajahnya kan? Kalau begitu biar Farhan tidak menemui istrinya.

Ria yang ingin mengambil air di dapur, seketika kaget saat melihat nasi dan lauk pauk yang sudah tersedia di meja makan. Siapa gerangan yang memasak semua ini? Buru- buru Ria ke kamarnya, ingin melihat hpnya. Barangkali Farhan mengiriminya pesan kalau dia sudah memasak. Namun saat membuka hp, tidak ada pesan sama sekali dari Farhan. Yang ada hanya pesan dari Samuel yang ingin main ke rumahnya.

"Mama aku lapar!" rengek Farel mengucek matanya. Dasar anak Farhan, bangun tidur sudah ngeluh lapar.

"Ya sudah makan yuk! Papa kamu udah masak," ucap Ria mengajak Farel turun dari ranjang.

"Papa yang masak?" tanya Farel memastikan, Ria mengangguk.

"Oh iya, ma. Kasihan papa ya. Di wajahnya ada luka-luka, pasti papa berantem." ucap Farel. Ria tidak menanggapi. Bukannya Ria tidak tau kalau ada luka lebam di wajah suaminya, tapi untuk peduli maaf saja Ria tidak sudi.

Mau suaminya berantem sama Samuel atau siapa pun, Ria juga menekadkan hatinya untuk tidak bersimpati. Hatinya sudah terlanjur sakit diperlakukan sedemikian rupa oleh suaminya.

Cobaan rumah tangga yang paling umum adalah kesetiaan. Seperti saat ini contohnya, bukan hanya Dora, tapi juga Aulia sangat gencar mendekati Farhan. Mereka makin gercep manarik perhatian laki-laki satu anak itu.

Ada dua tipe wanita, pertama ia yang pemalu dan yang kedua dia yang malu-maluin. Ada yang malu-malu kucing saat didekati laki-laki, tapi ada pula yang mau-mau macan saat dekat laki-laki. Wanita yang gak punya harga diri, adalah wanita perebut suami orang. Kalau gak laku, bukan begitu caranya.

Aulia terus duduk memepetkan dirinya pada Farhan. Saat ini mereka tengah berada di ruang pemeriksaan.

"Dokter jaga hati loh ya. Ada istri yang lagi sakit nungguin di rumah." Goda Dokter Beni pada Farhan.

Farhan tergagap, melirik Aulia yang duduk mepet kepadanya. Tadi Farhan melamun, sampai tidak tau kalau Aulia sudah mepet di sampingnya.

"Aul, bisa gak duduknya jangan mepet gini?" tanya Farhan menaikkan sebelah alisnya.

"Ah iya, Dok. Maaf." ucap Aulia tanpa merasa bersalah.

"Dokter Farhan gak fokus nih, pasti gara-gara istrinya sakit." timpal Beni.

"Iya, istriku masih belum pulih." jawab Farhan seadanya. Farhan bukan melamunkan soal Ria yang belum pulih. Melainkan soal Ria yang kecewa kepadanya. Tatapan penuh kekecewaan di mata Ria membuat Farhan ikut sakit. Rasa bersalah juga mendominasi.

"Aku dengar pas lewat ruang rawat istri Dokter, Dokter lagi marah-marah. Dokter bertengkar ya?" tanya Aulia kepo.

"Namanya juga hubungan rumah tangga, pertengkaran itu biasa," saut Dokter Beni.

"Maksudku-"

"Aul, Dokter Farhan udah nikah, kalau kamu cari cowok, mending cari yang lajang. Aku misalnya." ucap Beni. Aulia mendengus kesal. Dasar Beni, tidak diajak bicara nyambar aja.

"Dokter Beni, rasa suka seseorang itu tidak bisa disalahkan. Kalau aku Sukanya sama Dokter Farhan, ya jangan disalahkan." kekeuh Aulia.

"Kenapa aku dikelilingi wanita sinting, sih? Yang satu Dora, yang satu kamu. Apa semua wanita gak ada yang waras hah? Yang salah bukan rasa sukamu, tapi kamu yang gak bisa tahan untuk tidak suka dengan suami orang!"

Brakkk!

Teriak Farhan marah sembari menggebrak meja. Ia sudah stress karena banyak masalah, malah ditambah Aulia yang terang-terangan menggodanya. Mengertilah, Si Farhan Junior tidak akan bangun dengan siapa pun kecuali dengan Ria. Hanya nama Ria saja Si kecil bisa bangun, apalagi dengan melihat wajahnya, alamat gak tidur-tidur.

Sore hari, Farhan sudah waktunya pulang. Namun pria itu seakan enggan untuk beranjak dari kursinya. Farhan belum siap untuk pulang, tapi kalau di sini terus ia mau ngapain?

Dengan langkah gontai Farhan keluar ruangan. Langkah tegapnya membawanya ke parkiran mobil. Farhan tidak langsung pulang. Ia hanya memutari jalanan sambil menunggu jam delapan. Jam segitu sudah pasti Ria akan masuk kamar dan tidak perlu melihat wajahnya lagi.

Farhan mampir di kedai wedang ronde sejenak. Mungkin dengan minuman hangat bisa membuat dirinya sedikit fress. Di sebrang meja Farhan, ada keluarga kecil yang terdiri dari ibu, ayah dan dua anak perempuan. Farhan menghela napas. Tiba-tiba ia menginginkan anak perempuan. Pasti akan sangat lucu bila Farel dan adiknya bertengkar karena rebutan mainan.

"Om Dokter!" panggil suara cempreng yang sangat dia kenali.

"Rex!' panggil Farhan menatap anak seusia Farel yang tersenyum sembari memamerkan gigi ompongnya. Rex datang Bersama mama, papa dan dua saudara kembarnya.

"Turun kasta?" tanya Gerald mengejek. Gerald paling suka kalau mengejek Farhan yang dinilai ancaman.

"Apa?" tanya Farhan dengan sewot.

"Apa sekarang kamu menjomblo? Dimana istrimu?"

"Di rumah, dia sedang sakit."

"Wah si mulut petasan bisa sakit juga." ucap Gerald mengambil duduk di depan Farhan. Farhan menghela napas. Apa semua orang ingin mengejeknya? Kenapa semua seolah memamerinya keluarga kecil? Apa mereka juga menertawakan keluarganya yang saat ini retak?. Karena kesal, Farhan memutuskan untuk pulang saja ke rumahnya. Tak lupa ia membeli dua bungkus ronde untuk dia bawa pulang. Anak dan istrinya sangat suka ronde.

Tiba di pelataran rumahnya, Farhan melihat motor sport nangkring di sana. Memasuki rumah juga terdengar nyaring suara bincag-bincang. Dari tubuh belakang, tampak sekali kalau itu Samuel. Farhan tak menghiraukannya.

Ria yang melihat kedatangan Farhan sontak kaget. Ia kira Farhan tidak pulang mengingat ini sudah jam delapan lebih, tapi ternyata Farhan pulang juga. Ria bingung menyusun jawaban tentang Samuel yang berada di sini.

"Ria, ini aku bawakan ronde, diminum gih sama Farel!" ucap Farhan menyerahkan bungkusan plastik. Ria menerimanya dengan kikuk.

Tanpa sepatah kata, Farhan melenggang pergi menuju kamar samping. Ia lelah dan mau istirahat. Ria memandang kepergian Farhan dengan heran. Apa suaminya itu tidak marah? Bukankah Farhan sangat membenci Samuel?

"Suamimu kesambet apa? Gak marah aku di sini?" tanya Samuel bingung.

"Kamu pulang aja deh, Sam. Farhan itu gak bisa ditebak. Aku takut kalau dia tiba-tiba marah." ucap Ria.

"Kalau dia marah trus nyakitin kamu gimana? Aku di sini aja deh, biar kalau dia macam-macam, aku bisa menghajarnya."

"Kamu jangan gila deh, Sam. Aku bisa menghadapi suamiku sendiiri."

"Tapi, Ria."

"Udah gakpapa. Kamu pulang aja!"

Samuel memanyunkan bibirnya. Padahal, dia ingin melihat raut Farhan yang terbakar cemburu, tapi Farhan seolah biasa aja. Ia tidak tau saja kalau Farhan di kamarnya sedang menahan diri untuk tidak membanting barang apa pun yang dia lihat.

"Teruskan selingkuhnya Ria, asal kamu bahagia." ucap Farhan menahan luapan emosinya.

Sedangkan Ria, ia menatap was-was pintu samping. Menunggu Farhan muncul dan marah-marah, tapi sudah menunggu beberapa saat suaminya tidak menampakkan batang hidungnya.

Sexy Doctor (21+)Where stories live. Discover now