55. Karma Yang Nyata

1.5K 50 3
                                    

"Ria, maafkan aku tidak bisa menjagamu. Harusnya sebagai suami, aku bisa peka terhadapmu," ucap Farhan.


"Mas, aku ingin pulang ke rumah ibu," ujar Ria.


"Ria, apa maksudmu?"


"Aku ingin tenang sebentar. Aku ingin intropeksi diri, apa kah aku pernah menyalahi ibumu sampai ibumu tega berbuat seperti ini. Kalau aku yang salah, aku minta maaf. Tapi, untuk kembali aku tidak akan sudi," jelas Ria.


"Ria, kamu tidak salah. Ibu hanya dibutakan oleh ambisinya. Urusan kamu hanya denganku, kamu istriku dan aku tidak mengijinkan kamu untuk pulang ke rumah ibumu," jawab Farhan.


"Aku tidak akan tinggal di tempat yang tidak membuatku nyaman, juga aku tidak akan luluh dengan hanya kalimat maaf. Kesalahan ibumu sudah sangat fatal, aku tidak akan mau kembali hanya dengar kata-kata manisnya!" tandas Ria dengan tegas.


"Aku sudah mengidam-idamkan dari lama hadirnya seoarang bayi, tapi ibumu sudah tega membunuhnya!" tambah wanita itu.


"Aku bukan pembunuh!" teriak Solimah tidak terima.


"Apa namanya kalau bukan pembunuh? kamu yang menyuruh dokter gadungan itu menyuntik perutku, kenapa tidak kamu saja yang disuntik?" sinis Ria.


"Aku tidak tau kalau itu dokter gadungan."


"Memang tau apa dirimu selain ambisi bodohmu?


"Kamu sudah kurangajar-"


"Ibu cukup!" bentak Farhan.


"Ibu yang salah di sini, dan stop membela diri!" tegas Farhan.


"Ingat Farhan, kamu akan menyesal karena sudah membentak ibu, kualat kamu!" ucap Solimah berlalu pergi.


Ria tersenyum sinis, mertuanya sudah salah tapi tidak mau mengaku salah. Ria menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Meringkuk di atas ranjang dengan memiringkan tubuhnya. Air mata menetes deras di pelupuk mata Ria. Kenapa harus dia yang mendapat nasib seperti ini.


Teman-temannya banyak yang menikah muda dan berakhir bahagia, lah dia? Memang awalnya mertuanya sangat baik, tapi lama-lama menunjukkan sikapnya juga. Kalau boleh memutar waktu, Ria tidak akan mau menikah begitu saja.


Harapan punya anak kembali pupus, Ria memegang perutnya dengan tangan gemetar. Air mata jatuh dengan deras Dadanya sangat sesak mengingat bagaimana dia diperlakukan kasar oleh mertuanya saat di klinik. Ria juga menyalahkan dirinya yang tidak sadar kalau tengah hamil muda. Harusnya sebagai perempuan dia sadar saat sudah mengalami gelaja mual hingga cepat lelah, nyatanya Ria juga tidak peka dengan perubahan dirinya sendiri.


"Mama!" panggil Farel memegang kaki mamanya.


Ria menegang mendengar panggilan Farel. Masih mau kah Farel mengakuinya sebagai mama saat dia sudah menyakiti hati anaknya itu.


Sexy Doctor (21+)Where stories live. Discover now