11. Memaafkan.

11K 391 94
                                    

"Sini Ria!" Farhan menarik Ria yang masih menggendong Farel ke kamar. Solimah sudah berusaha menghentikan Farhan. Namun lagi-lagi gagal.

"Farhan, ada Farel. Bisa gak kalau nyiksanya ditunda?" tanya Ria dengan tajam.

Farhan menatap anaknya yang bergetar ketakutan. Pria itu melepas cekalan tangan Ria. Pergi melenggang ke kamar mandi.

"Mama, aku takut sama Papa," bisik Farel.

"Papa gak ngapa-ngapain kok," ucap Ria menengakan. Walau nyatanya dia sendiri ketakutan.

Ria membawa Farel ke ranjang, Ria juga ikut merebahkan tubuhnya. Farel langsung memeluk tubuh Mamanya dengan erat.

"Mama, Mama sambung itu apa?" tanya Farel memainkan rambut Mamanya. Farhan yang baru keluar dari kamar mandi, mengerutkan alisnya bingung.

"Siapa yang mengatakan Mama sambung?" tanya Farhan tegas.

"Tante yang pantatnya besar," jawab Farel takut-takut.

"Dora?"

"Gak tau namanya,"

Farhan merebahkan tubuhnya di samping Farel. Memeluk tubuh anaknya dengan erat. "Mama kamu itu, Mama Ria," ucap Farhan mencium puncak kepala anaknya. Untuk saat ini, Ria melihat sisi baik Farhan kembali lagi. Entah itu memang kembali, atau hanya kepura-puraan karena ada Farel.

"Papa, kenapa Papa hari-hari ini marah terus? Kasihan Mama," cicit Farel tak berani menatap Farhan.

"Papa, aku gak mau kalau Tante itu datang lagi. Bilang sama Tante itu, kalau jangan datengin aku lagi. Aku jijik sama dia."

"Iya, nanti Papa bilangin sama Tante Dora. Buat gak datengin kamu."

"Mama, kenapa pipi Mama gosong? Siapa yang lukain Mama? Bilang sama Farel, Biar Farel yang hajar balik," oceh Farel.

Ria hanya diam sembari memejamkan matanya. Menahan tangis yang mendesak ingin keluar. Ia tak boleh nangis di hadapan Farhan.

"Mama, kenapa Mama diam aja?" desak Farel.

"Ini ditampar sama cowok gak tau diri, Farel. Dia nampar Mama karena Mama gak nurut sama dia," jawab Ria.

"Orangnya siapa, Ma?"

"Kalau Farel dah besar, nanti Mama kasih tau. Saat ini Farel gak bisa lawan dia karena bakal kalah," jelas Ria.

"Farel, bilangin sama Mama kamu, kalau harusnya Mama kamu itu nurut. Biar gak ditampar sama orang itu," ucap Farhan.

"Farel, bilangin sama Papa kamu. Kalau yang salah itu orang yang nampar, bukan Mama!" sentak Ria.

"Farel, katakan pada Mamamu. Yang salah Mamamu karena gak nurut."

"Farel, katakan pada Papamu, kalau orang itu yang terlalu kasar."

"Mama Papa ngomong apa sih? Farel tak ngerti!" bentak Farel yang membuat Ria dan Farhan diam.

"Farhan, Ria, makan dulu!" teriak Solimah dari luar. Ria beranjak bangun, begitupula dengan Farhan dan Farel.

Ria menuntun Farel untuk keluar. Dari belakang, Farhan mengamati seluruh tangan dan leher Ria. Penuh dengan luka-luka yang dia cipatakan semalam.

Solimah bernapas lega saat melihat menantu dan cucunya keluar. "ibu beli nasi soto di depan, ayuk dimakan!"

"Makasih, Bu. Harusnya Ria yang masak." ucap Ria merasa bersalah.

"Gakpapa Ria. Wajah kamu pucet. Apa kamu sakit?" tanya Solimah bermaksud menyindir Farhan. Farhan hanya menatap wajah Ria. Tiba-tiba, tangan Farhan terulur untuk mengusap pipi Ria yang lebam.

"Farhan, Ibu mau tinggal di sini!" ucap Solimah dengan tegas.

"Trus Ayah gimana, Bu?" tanya Farhan dengan tidak suka. Bukannya ia durhaka pada Ibunya. Tapi, dia tak mau urusan rumah tangganya dicampuri oleh ibunya.

"Ayah biar di rumah aja. Pokoknya Ibu mau tinggal di sini. Masak ibu pengen tinggal di rumah anaknya tidak boleh," jawab Solimah.

"Asikk nenek tinggal di sini!" teriak Farel girang.

"Yaudah kalau ibu mau tinggal di sini, biar aku sama Ria yang cari rumah baru lagi."

"Farhan!" tegur Ria tidak suka dengan ucapan Farhan.

"Kamu gak ada sopan-sopannya sama suami. Panggil 'Mas!" titah Farhan.

"Enggak sudi!" bisik Ria dengan tajam.

"Aku belum menghukumu masalah pria tadi, dan kau sudah memancing emosiku lagi,", bisik Farhan tak kalah kejam.

Ria tak menanggapi, tiba-tiba selera makannya hilang. Perempuan itu hanya mengaduk-aduk makanannya.

"Ria, kemarin ibumu telfon. Katanya suruh bilangin kamu. Cepet-cepet buat cucu. Mau bilang kamu sendiri, tapi gak enak." ucap Solimah. Farhan menatap tajam Ibunya.

"Cucu itu apa, Nek?" tanya Farel seraya mengunyah nasinya.

"Adek bayi dalam perut Mama. Kamu mau kan punya adek?"

"Aku mau adek perempuan, Ma!" pinta Farel dengan girang.

"Pasti kalau perempuan, cantik kayak Mama," tambah Farel lagi.

Lagi-lagi Ria diam, tanpa sadar perempuan itu memegang perutnya. Semua tingkah Ria tak luput dari perhatian Farhan.

"Kamu masih muda Ria. Jangan ditunda-tunda dapat momongan," celetuk Solimah.

"Kayaknya, aku gak bisa dapat momongan, deh, Bu," cicit Ria.

"Jangan sembarangan kalau ngomong. Kamu tau dari mana coba."

"Firasat aja, Bu. Katanya, firasat perempuan itu jarang melesat," jawab Ria sembari mengelus perutnya.

"Mama jangan sedih!" Farel beranjak ikut mengusap perut Mamanya.

********

Farel tidur bersama Neneknya di kamar sebelah. Ria tengah memijat kepalanya yang pusing di kamarnya. Sedangkan Farhan, asik dengan hp nya. Sesekali pria itu akan tersenyum sendiri. Ria yakin, kalau Farhan tengah chat dengan selingkuhannya.

"Ria, siapa cowok tadi?" tanya Farhan tiba-tiba.

"Hanya orang lewat yang kebetulan mau bantuin aku." jawab Ria seadanya.

"Aku tidak suka kebohongan, Ria!" desisi Farhan yang sekarang sudah menindih tubuh Ria.

"Aku juga tidak suka kebohongan!" balas Ria.

"Kapan aku membohongimu?",

"Gak usah merasa paling sok didzolimi. Yang menjadi korban di sini itu aku. Aku adalah korban dari segala keegoisanmu." ucap Ria dengan suara rendahnya.

"Kamu melamarku, menikahi, lalu membuat perjanjian bahwa kita harus saling mencintai, lalu nyatanya kamu selingkuh kan. Mumpung pernikahan kita masih awal, sebaiknya kida sudahi!"

Cup!

Farhan mencium tepat bibir Ria, bukan hanya mencium, nyatanya Farhan juga melumat bibir Ria. Namun ada yang beda, Farhan melumatnya lebih lembut. Seolah memberi kenyamanan untuk istrinya.

Tangan besar Farhan membelai pipi Ria, Ria sudah meringis. Takut-takut, Farhan menamparnya lagi. Namun, itu tidak terjadi. Farhan hanya membelainya.

"Tidurlah, Ria. Selamat istirahat!" bisik Farhan setelah melepas tautan bibir mereka.

Farhan menggulingkan tubuhnya ke samping, memeluk tubuh Ria dengan erat.

"Aku memaafkanmu masalah pria itu, jadi, kamu harus memaafkanku karena telah menyiksamu kemarin. Kita impas!" bisik Farhan di telinga Ria.




Sexy Doctor (21+)Onde histórias criam vida. Descubra agora