62. Godaan Setan

1.8K 35 1
                                    

Farel mengembungkan pipinya saat mamanya sama sekali tidak menanggapi ocehannya walau mulutnya sudah hampir berbusa. Papanya juga tidak berekasi apa pun. Farel tersenyum miring menatap papanya. Kalau dengan papanya sang raja gombal, pasti mamanya akan takluk.

"Pa, papa!" panggil Farel menggoyang lengan papanya. Bocah itu akan memulai aksinya untuk membujuk papanya terlebih dahulu.

"Papa, nengok sini dong!"

"Papaku yang ganteng, Pa!"

"Papaku yang ganteng, gantengnya lebih ganteng aku, nengok dong!"

Farel menusuk-nusuk pinggang papanya, berharap papanya akan mau membantu membujuk mamanya. Namun, papanya dengan angkuh tetap tidak mau membantunya. Karena sudah tidak ada yang di pihaknya, maka jalan satu-satunya yang bisa Farel tempuh adalah menangis.

Farel mencoba menangis agar kedua orang tuanya luluh, tapi tetap saja dia tidak bisa. Yang ada dia malah ingin marah menendang bokong papanya. Sudah mencoba terisak-isak malah suara yang keluar seperti banci. Farel memukul ranjang sampingnya karena kesal. Padahal kalau bisanya dia mudah pura-pura menangis, kenapa sekarang tangisannya tidak keluar. Farel mencoba membayangkan yang sedih-sedih, tapi lagi-lagi malah suara banci yang keluar.

"Tidur, jangan banyakan drama!" ucap Farhan yang akhirnya bersuara. Farel makin mendengus kesal. Orang tuanya belum pada tidur, tapi tidak ada yang menganggapnya.

"Pasti kalau aku tidur, mama sama papa mau peluk-pelukan," ucap batin Farel.

Farel memelototkan matanya. Dia akan mencoba tidak tidur biar orang tuanya tidak bisa peluk-pelukan Farel beberapa kali tampak akan terlelap karena mengantuk, tapi bocah itu segera menyadarkan diri dan terbangun kembali.

Pukul sepuluh lewat tiga puluh menit, Farhan mencoba menengokkan kepalanya ke arah anaknya. Matanya memicing saat melihat Farel masih melotot dengan pandangan ke atas.

"Farel, syutt!" panggil Farhan. Farel melirik papanya sekilas.

"Kamu ngapain belum tidur?" tanya Farhan berbisik, ia takut mengganggu istrinya yang sedang pulas.

"Biar papa dan mama gak peluk-pelukan saat aku tidur," jawab Farel ketus. Farhan meringis, anaknya trauma dengan kejadian tadi siang yang dia nistakan.

"Kamu tenang aja, malam ini mama sama papa gak akan peluk-pelukan. Kamu tidur gih!" titah Farhan.

Jelas, hari ini dia dan Ria memang tidak peluk-pelukan karena Ria saja ngambek dengan dirinya. Kalau Ria ngambek, sekali senggol langsung dapat semprotan wanita itu.

"Yakin?" tanya Farel tidak percaya. Memang omongan papanya ini tidak boleh asal dipercaya dan harus dikroscek.

"Yakin," jawab Farhan.

"Awas kalau bohong, papa bangun udah berubah bentuk!" ancam Farel memejamkan matanya. Belum ada lima menit anak itu sudah terlelap pulas. Ternyata jiwa sok-sokkan Farhan menurun pada Farel, seperti saat ini Farel yang sok kuat menahan kantuk.

Kini giliran Farhan yang galau, pasalnya Ria sama sekali tidak membalikkan punggunnya. Sepertinya Ria memang marah beneran gara-gara dia bertengkar dengan Farel. Farhan menekan punggung Ria pelan, Ria tidak bereaksi. Farhan ganti mencubit leher belakang Ria, Ria juga tidak berekasi apa pun. Pandangan Farhan jatuh pada tubuh bagian bawah istrinya yang tampak dari belakang, seketika pikirannya seolah mendapat ide cemerlang.

Farhan mencolek bokong istrinya, dan berhasil Ria langsung membalikkan tubuhnya. Wajah perempuan itu sangat garang menatap suaminya. Tidak anak tidak bapak semua sama suka mengganggunya tidur.

"Maaf, khilaf!" ucap Farhan sebelum Ria bersuara yang pasti akan ngamuk.

"Setiap hari kok khilaf. Itu namanya napsu bukan khilaf!" ketus Ria.
"Aku sudah diam, tapi syetan yang menyuruhku," ucap Farhan mengelak.

Sexy Doctor (21+)Kde žijí příběhy. Začni objevovat