THIRTY SEVEN

469 139 113
                                    

Hoseok menghela napas panjang. Hari ini terlalu melelahkan.

Setelah menjalani prosesi pelantikan di istana, Hoseok harus mengikuti undangan makan siang bersama perangkat parlemen dan keluarga kerajaan. Di sana, mereka juga mengadakan rapat kecil tentang bagaimana Hoseok harus bekerja dan melanjutkan pekerjaan ayahnya yang belum selesai. Lalu ia pulang dan menerima banyak sekali tamu yang ingin memberikan selamat padanya.

Hari sudah malam dan Hoseok sudah tidak hafal berapa banyak orang yang datang mengunjungi rumahnya.

"Hoseok." Sang ibu menyentuh bahunya. "Setidaknya lepas baja itu dari tubuhmu. Kau bisa berganti ke pakaian lain yang lebih formal."

Hoseok menggeleng sambil tersenyum lembut. "Sudah menjadi aturan bagiku untuk mengenakannya ketika berhubungan dengan orang luar. Lagipula, ini hari pertama dimana aku menjadi penerus ayah. Aku harus memberikan kesan terbaik sebagai jenderal baru."

Ibunya masih tampak khawatir. Hoseok terus-terusan berdiri di ruang tamu tanpa jeda, tanpa minum, dan tanpa duduk. Baja yang menempel di badannya pasti sangat berat.

"Setidaknya, beristirahatlah. Kau bisa menyambut tamu lagi besok."

Lagi-lagi Hoseok menggeleng. "Aku akan selesaikan hari ini sampai jam sembilan. Ibu masuk saja. Oke?"

Bohong jika rasa khawatir itu hilang. Hoseok terlalu baik, apalagi akhir-akhir ini. Ia sangat menerima posisi yang selama ini dia benci dengan lapang dada. Hoseok sedang bersikap aneh, menurut sang ibu. Namun, di sisi lain ibunya pun tahu bahwa Hoseok sedang membiasakan rasa tanggung jawab.

"Baiklah, aku masuk. Aku akan siapkan mandi dan tempat tidurmu." sang ibu menepuk bahu Hoseok pelan sebelum minggat dari ruang tamu.

"Ibu tidak perlu melakukannya!" seru Hoseok ketika ibunya sudah hilang di koridor rumahnya.

"Aku tidak menerima protes!" begitu ibunya balas menyeru.

Hoseok menghela napas berat. Akhirnya ia biarkan ibunya pergi.

Hoseok pun duduk di salah satu kursi di ruang tamu rumahnya. Dua orang pelayan menemaninya di sudut ruangan, tidak cukup membuat Hoseok merasa ditemani.

Hingga pelayan dari luar bergegas muncul di mulut pintu dan berkata, "Tuan, ada tamu lagi."

Menarik napas dalam-dalam, Hoseok memberi senyum. Ia pun berdiri untuk siap menyambut. "Biarkan mereka masuk," katanya.

Pelayan tersebut pun membungkuk lalu pergi menjemput tamu mereka. Melihat posisi bulan yang menandakan nyaris jam sembilan, Hoseok putuskan tamu yang ini adalah yang terakhir.

Tidak butuh waktu lama bagi Hoseok untuk menunggu. Pintu masuk rumahnya dibuka lebar-lebar dan Hoseok sudah tersenyum untuk menyambut.

Seorang wanita berambut pirang masuk. Gaun yang ia kenakan sangat formal, dibalut oleh jubah warna biru tua yang sangat familiar bagi Hoseok.

Senyum Hoseok lantas melebar. "Anna?!"

Wanita itu balas tersenyum padanya. "Iya, ini aku. Selamat, Hoseok, atas pelantikan hari ini."

"Wah, aku tidak menyangka kau akan datang!" Hoseok pun menyambut Anna dengan sebuah pelukan erat. "Bagaimana bisa kau tahu aku dilantik hari ini?"

Pelukan keduanya terlepas. Anna langsung menjawab, "Kabar terbang begitu cepat. Seluruh kerajaan tahu bahwa putra Jung telah naik menggantikan ayahnya."

"Bagaimanapun, aku berterima kasih karena kau menyempatkan diri untuk datang." Hoseok mengusap bahu Anna. Senyuman bahagia masih hadir di wajahnya.

[jhs] Apprentice of Evil ✔Where stories live. Discover now