TWENTY FIVE

527 144 97
                                    

Jungkook turun dari kuda setelah masuk ke dalam komplek kediaman Ratu Agung.

Biasanya, ketika dia datang, akan ada sejumlah pelayan yang menyambutnya. Namun, suasana rumah menjadi sangat sepi. Terlalu sepi bagi Jungkook.

Matanya membulat lebar dengan alis bertautan. Lantas ia berlari menuju kamar utama, membuka pintunya lebar-lebar.

Tidak ada siapapun. Tidak ada pengawal, tidak ada pelayan, tidak ada siapa-siapa.

Tidak ada sang Ratu.

Jungkook bisa merasakan bagaimana dadanya berdenyut nyeri dan napasnya mulai sulit. Ratu tidak ada dimanapun dan itu membuat Jungkook panik setengah mati.

"Yang Mulia!" Ia berteriak sambil berlari ke bangunan lain di sana, berusaha mencari petunjuk.

Jungkook berlari ke perpustakaan, ruang belajar, ruang makan, sampai ke rumah mandi sekalipun, tidak ada satu jiwa pun yang ada di sana. Napasnya tersengal dan rasanya seperti tercekat di tenggorokan. Kemanapun matanya mencari, hanya kekosongan yang ia temukan.

Seiring dengan bercucurnya keringat dari pelipis, Jungkook mengundi nasib menuju dapur. Ia buka pintu kayu bangunan luas tersebut lebar-lebar.

Antara lega dan tidak lega, Jungkook menemukan beberapa pelayan diikat di pilar-pilar penyangga bangunan. Kondisi mereka baik-baik saja. Hanya anggota gerak mereka terikat tali dan mulut disumpal oleh kain. Mereka merengek-rengek memohon bantuan ketika iris hijau redup mereka bertemu dengan sang Jenderal.

Jungkook mengumpat di balik napasnya. Berderap masuk, Jungkook membuka sumpal mulut salah seorang di antara mereka. "Siapa yang melakukan ini?"

Dengan tubuh gemetaran dan dua tangan dan kaki yang masih terikat, ia menjawab, "Y-Yang Mulia... R-Raja..."

Mendengar jawaban itu, Jungkook mengatup mulutnya. Wajahnya sudah tidak senang sejak tadi. Hanya saja, mendengar nama sang penguasa Kerajaan Timur benar-benar membuat Jungkook bungkam.

Menghela napas, Jungkook menggunakan pedangnya untuk melepaskan ikatan satu pelayan di hadapannya dan berkata, "Bawa yang lain pergi dari sini. Pulang ke rumah masing-masing dan tutup mulut tentang semua yang terjadi di sini. Mengerti?"

Pelayan di hadapannya mengangguk cepat. Barulah Jungkook kembali berdiri untuk mengistirahatkan dua tangan di pinggang. Ia biarkan pelayan yang sudah bebas barusan untuk melepaskan teman-temannya yang lain.

Jungkook melangkah keluar tanpa melihat ke belakang. Langsung ia raih kudanya dan naik ke atas ke lincah.

"Hiyah!" serunya lantang, memacu kudanya keluar gerbang komplek kediaman Ratu Agung.

Air wajahnya mengeras. Istana utama menjadi tujuannya.


***


Meili memeluk kain handuk di depan dadanya. Sebelum Jungkook datang, ia ingin mandi dulu. Seharian mengenakan pakaian tempur membuat tubuhnya bersimbah keringat.

Salah seorang pelayan mengatakan padanya bahwa kamar mandi sudah siap. Itu sebabnya Meili melangkah menuju ruang mandi dengan langkah lebar dan tegap, sudah siap menyimpan tubuhnya ke dalam air hangat.

Tangannya membuka pintu geser yang terbuat dari kayu dan Meili langsung masuk. Kakinya mendarat di atas lantai yang terbuat dari batu. Ia melihat bagaimana kamar mandi yang dibatasi dinding batu yang tinggi itu dipenuhi oleh uap dari sumber air panas. Keinginan Meili untuk mandi semakin meningkat.

Ia tak memerhatikan ketika ada handuk lain yang menggantung. Pandangannya menjadi kabur akibat uap yang terlalu banyak, mirip seperti kabut.

Hingga terdengar suara seseorang keluar dari bak mandi, Meili membeku.

[jhs] Apprentice of Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang