THIRTY THREE

490 121 105
                                    

Jungkook pulang ke rumahnya setelah sekian lama. Dia sempat lupa bahwa dia meninggalkan tamu di sana. Mendengar dari pelayannya, Hoseok dan Meili sudah siap pulang. Jungkook tentu harus mendampingi mereka.

"Kereta ini tidak akan kuat mendaki," begitu komentar Hoseok saat Jungkook menyiapkan sebuah kereta kencana untuk mengantar tamunya pulang.

"Ini lebih baik untuk Meili. Biarkan kereta ini mengantar kalian sampai kaki bukit," balas Jungkook.

Sesungguhnya ada perasaan canggung yang menyelimuti mereka. Pasalnya, beberapa hari lalu Meili memiliki keinginan untuk membunuh orang tersayang Jungkook dan Jungkook pun punya misi untuk membunuh Meili dan Hoseok.

Pertemanan mereka nyaris pecah saat itu jika Jungkook tidak menghentikannya.

"Aku turut berduka atas kepergian sang Ratu." Hoseok bersuara lagi. "Pasti berat untukmu."

Jungkook tersenyum kecil. "Memang sudah seharusnya terjadi. Aku meminta maaf karena Meili terluka dan tidak bisa berada di sisinya saat dia membutuhkan."

"Tidak masalah." Hoseok berdeham. Dua tangan bersedekap di depan dada. "Aku sudah melakukan tugas itu. Kau tidak perlu khawatir."

Mendengar Hoseok yang terlihat posesif, Jungkook tersenyum. "Hoseok, aku tahu kau tidak suka jika aku dekat-dekat dengan Meili. Kau suka Meili, kan?"

Dituduh seperti itu, wajah Hoseok spontan menghangat. "Apa? Pfft. Tidak. Apa maksudmu? Aku menyukai dia? Gadis bar-bar seperti dia? Pfft. Jangan bercanda."

Jungkook tertawa sekarang. "Sungguh. Kau tidak pandai menyembunyikannya. Lihat pipimu. Sampai merah begitu."

"Haha. Lelucon bagus. Aku tidak seperti itu." Hoseok memukul-mukul pipinya. Mungkin dia berusaha menghilangkan rona dari wajahnya.

"Hoseok, jika kau berpikir aku punya hubungan spesial dengan Meili, lebih dari seorang teman, lebih dari seorang saudara, kau salah besar. Meili bukan gadis yang kusuka, baik dulu maupun sekarang."

Hoseok menendang kerikil di dekat kakinya. Matanya tidak pada lawan bicaranya.

"Aku jujur saja. Dulu, Meili memang sempat menyatakan perasaannya padaku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan perasaan itu karena aku menyukai orang lain, saat itu."

Mendengar Jungkook berkata seperti itu tentang Meili, percikan kecemburuan muncul dalam dada Hoseok. Ternyata Meili betul-betul menyukai Jungkook. Sebetulnya, masuk akal. Jungkook memang memesona. Tapi tetap saja Hoseok tidak menyukai realita itu.

Kemudian, di sisi lain, Hoseok penasaran. "Siapa yg kau suka?"

Jungkook tersenyum jenaka. "Sebelum Yang Mulia Ratu? Park Jimin, tentu saja. Dia cinta pertamaku."

"Ah, iya. Aku mendengar. Kau hampir menikahinya saat itu." Hoseok mengangguk-angguk seolah dia paham. Walau pada kenyataannya Hoseok tidak paham sama sekali.

Sepuluh tahun Jungkook menetap di atas gunung. Cintanya pada Jimin sangat besar sampai-sampai Meili yang tumbuh bersamanya tidak sanggup menarik hati. Selera Jungkook terlalu aneh.

"Tapi Yang Mulia Ratu merubah segalanya untukku. Maka, dia pun menjadi segalanya untukku juga. Mungkin aku akan melajang selamanya setelah ini. Karena tidak ada lagi yang seperti dia di dunia ini."

Lantas Hoseok menghembuskan tawa. "Kau berlebihan. Tentu saja kau berkata seperti itu. Pindah hati bukan suatu hal yang instan. Kau baru kehilangan beberapa hari lalu. Kau tidak punya obligasi untuk langsung menyukai orang lain setelah Ratu."

Jungkook menyunggingkan senyum. "Benar juga."

Di tengah-tengah perbincangan keduanya, gadis yang mereka tunggu-tunggu akhirnya keluar menuju teras.

[jhs] Apprentice of Evil ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant