EIGHTEEN

517 142 125
                                    

Jungkook sedang mengasah pedang ketika Jieun muncul.

Ia melompat menjauh saat sang roh duduk di sampingnya, pedang terhunus di tangan.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" jeritnya histeris.

Keduanya masih berada di kamar pribadi sang ratu sehingga mustahil ada orang lain. Jungkook mulai berpikir bagaimana caranya untuk mencari bala bantuan, jika akan terjadi sesuatu yang berbahaya.

Jieun dalam wujud Kim Taeyeon hanya menyilangkan kakinya tanpa beban. Bola mata berputar karena jengkel.

"Jangan berlebihan. Aku tidak akan menggigitmu lagi." ia mendesah kasar. Lalu sebelah tangan menepuk kayu di sampingnya. "Duduk," titahnya.

"Aku bisa berdiri di sini saja," sahut Jungkook yang menjaga jarak aman dengan sang roh. Kakinya menapaki rumput taman di belakang kamar sang Ratu dan tangan masih menghunus pedang yang tajam.

Jieun mengangkat bahu. "Baiklah. Berdiri saja di situ."

Jungkook siap siaga dengan pedangnya. Mata memicing kala menunggu Jieun bicara. Roh gila itu muncul tanpa alasan dan Jungkook sangat waspada dengan apa yang akan dia lakukan. Terakhir kali Jieun muncul, mereka menghabiskan malam yang menyeramkan. Jungkook sangat tidak ingin mengingat insiden itu.

Jieun duduk di sana dengan pesona Kim Taeyeon. Mata coklatnya mengganggu Jungkook, seolah ia akan menelan Jungkook hidup-hidup.

Namun, tingkahnya sekarang berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Ia tidak jahil atau mengulas senyum penuh misteri. Ia tampak lebih serius, entah mengapa.

"Dengar, Manusia. Aku datang hari ini adalah untuk membuat sebuah tawaran denganmu."

Kening Jungkook membuat kerutan. "Tawaran apa?"

Jieun menyeringai. Matanya menilik ke arah Jungkook dengan kerlingan menyeramkan. "Tawaran yang bisa membuatku keluar dari tubuh wanita ini."

Air muka waspada Jungkook mencair. Ancang-ancangnya melonggar. Hanya terkejut yang berlumuran di seluruh wajahnya.

"Apa katamu?" tanya Jungkook dengan napas bergetar.

"Kau mendengarku tadi." Jieun mengangkat dagu. "Kau dan aku sama-sama butuh sesuatu. Ada baiknya jika kita bekerja sama sehingga kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan."

Keinginan, dia bilang.

Sebetulnya, Jungkook bukan tipe anak yang banyak mau. Seumur hidupnya, Jungkook hanya bisa memenuhi perintah orang lain, menjadi pupil yang baik agar menjadi orang yang membanggakan dan bisa diandalkan. Jungkook tidak pernah punya keinginan pribadi untuk menyenangkan hatinya sendiri.

Namun, tanpa dirinya sadari, satu-satunya hal yang Jungkook inginkan saat ini adalah keselamatan sang ratu. Jika itu melibatkan keluarnya Jieun dari tubuh sang ratu, mungkin itulah yang Jungkook mau.

Jungkook menelan ludah. Ia tahu ia tidak boleh lengah. Tidak ada yang tahu jika Jieun ingin memerangkapnya atau tidak. Jungkook pun memasang ancang-ancangnya lagi. Genggaman pada pedangnya mengerat.

"Memangnya apa yang kau mau?"

Jieun menatap kuku-kuku Taeyeon yang digunting rapi dan bersih. Lalu mulut Taeyeon menjawab untuknya, "Sebagai roh, bukan berarti aku tidak makan apapun untuk hidup. Aku juga makan, tapi makananku bukan seperti kalian."

Kata-kata Jieun seolah mengirim setrum ke bahu Jungkook. Luka parahnya sudah membaik, tetapi rasa perih dan ngilunya masih sering terasa setiap ia mengingat Jieun. Ia mulai merasakan ada yang tidak beres.

"Aku butuh daging segar dari orang-orang sepertimu, Jungkook."

Jieun menyeringai lagi. Jungkook spontan meneguk ludah.

[jhs] Apprentice of Evil ✔Where stories live. Discover now