20. I'll Remember

27 3 3
                                    

[Dira]

"Dira! Lu udah konsul draft paper marketing ke Pak Aldi?" Danny memanggil gue dari kursinya saat kelas berakhir dan semua mahasiswa bersiap-siap meninggalkan ruangan.

"Udah, tapi banyak banget revisinya. Point utama-nya belum lengkap." jawab gue.

"Duh, gue masih bingung malah mau masukin point-point yang mana aja. Mana lusa ada quiz lagi!" ucap Danny penuh kekhawatiran.

Brian cuma tersenyum dengan sebelah bibirnya di tempatnya duduk. Tangannya sibuk mengutak-atik sms.

"Ngetawain gue apa ngetawain yang di hape?" celetuk gue sambil memukul tengkuknya dengan gulungan handouts.

"Dua-duanya."

"What do you mean, dua-duanya?"

"Draft gue udah approved. And I've got a date." jawabnya penuh percaya diri.

"Lu kapan ngerjain—"

"Dira, Dira.. Listen. You, too, Dan. You don't have to squeeze your brain so hard, or go in and out the library too many times to get the main points. It's important to be strategic. Masa lu nggak bisa ngenalin karakternya Pak Aldi? Dia itu kalo dipancing, keluar terus idenya. Makanya kalo konsul, lu harus nyiapin pertanyaan yang tepat biar dia ngasih jawaban yang lu mau. See? It saves me a lot of time and energy. Gue nggak perlu mikir, dia sendiri yang fill in the blanks buat gue. Pfft, you nerds won't even understand." jelasnya mencibir sambil memasang muka paling menyebalkan.

And it also took me a great effort to not kick Brian in the balls.

"You arrogant bastard.." gue menggeleng.

Jevan dan Phillip masuk ke kelas kami karena kelas mereka di sebelah juga sudah selesai. Gue langsung bingung meletakkan pandangan dan mencari sesuatu dari dalam tas sebagai alasan.

"Yok, kantin!" ajak Jevan menghampiri Brian. Dia sengaja tersenyum ke gue yang hanya bisa menelan ludah.

Seminggu sejak ketemu dia di food festival dengan Ana, kami belum berinteraksi sama sekali.

"Oh, atau gini, Ra! Kita nyusun sekaligus belajar buat quiz gimana? Gue ajak anak-anak lain yang belum ngerti juga. Let's form a study group! Tya, are you in?" celetuk Danny lagi, sambil meminta persetujuan Tya yang dari tadi sedang berbicara di hape dengan ibunya.

Tya yang dipanggil cuma "Hah?" lalu mengangguk dan mengirimkan sinyal OK dengan jarinya.

"Study group apa nih?" Jevan menimpali tiba-tiba.

Napas gue kembali tertahan.

"Principles of Marketing. Lu dapet tugas dari Pak Aldi juga kan?" tanya Danny.

"Iya. Sama lah. Gue ikut dong? Kapan?"

"Besok siang gimana, Ra?"

Gue yang nggak punya pilihan selain mengiyakan, terpaksa mengangguk.

"I'll see you tomorrow then. Gue ke ruang baca dulu, ada janji." gue meninggalkan ruang kelas dan menuju lantai 4.

Kali ini gue nggak cuma cari alasan. Gue emang ada janji bantuin admin ruang baca, Kak Ela, untuk menata stok skripsi yang baru saja masuk setelah ditandatangani dan dijilid. Peraturan di fakultas kami adalah setiap mahasiswa yang lulus wajib menggandakan skripsinya menjadi tiga cetakan yaitu untuk ruang baca fakultas, main library, dan arsip pribadi.

Bukan kewajiban gue, tapi karena gue akrab sama karyawan ruang baca dan main library jadi gue suka aja bantu-bantu sukarela. Sekalian nambah wawasan judul-judul apa yang ada buat inspirasi nantinya.

Our DaysWhere stories live. Discover now