3. Dance, Dance

76 12 2
                                    

[INDIRA]

Ospek Day 3

"Okay, teman-teman semua. Karena hari ini adalah penutupan, udah nggak ada lagi hukuman yang serem-serem nih ya. Seperti yang bisa kalian lihat, ini di depan ada stage dan berbagai alat musik, so udah bisa ketebak ya kita hari ini ngapain?"

"Nyanyi!"

"Perform kak!"

"Woooo!"

Suara sorak sorai dan tepuk tangan yang riuh terdengar di seantero hall sore itu. 

"Hukuman untuk tugas terakhir kita hari ini adalah: PERFORMANCE! Fun, isn't it?!"

Fun, my ass! Rutuk gue dalam hati. I HATE BEING THE CENTER OF ATTENTION MORE THAN ANYTHING! and, FUCK I can't sing?

Gue berusaha menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Hold on, dia bilang tadi tugas terakhir? Let's just do your best, Dira!

"So, as I said before, tugas terakhir. Dan tugas terakhir kalian adalah..... memastikan kalau segala sesuatu yang kami perintahkan untuk bawa sejak hari pertama nggak ada yang hilang, atau ketinggalan. Panitia akan keliling untuk memeriksa satu per satu di setiap kelompok ya, ready? Go!"

Damn! No wonder kita disuruh bawa meaningless stuff yang setiap hari nggak pernah ditanyain. They were gonna test whether we consistently brought them til the end.

Gue langsung membongkar tas dan memeriksa semuanya:

Nametag: nggak rusak. Warna: bener, ungu muda. Permen lima rasa beda merk: checked. Tali nametag: biru, kuning, dikepang, perfect. Pulpen merah satu merk tiga biji.... tiga biji, damn. I was sure I never let them out? 

"Ada, please, ada..." gue ngomong sendiri sambil memeriksa sela-sela tas.

"Something's missing?" Brian nongol dari samping, kepalanya ikut mengintip isi tas gue.

"No... no, please I don't want to perform... gue bisa pingsan!" gue meratapi nasib karena kurangnya pulpen merah yang gue bawa. 

"Semua dijajar di lantai barang-barangnya!" ujar kakak senior yang melintas sambil bersiap memeriksa.

Shit.. shit.. no, please not today.. Gue memejamkan mata untuk mengusir mimpi buruk yang akan segera menjadi kenyataan dalam beberapa detik.

"Pulpen merah, kurang satu. Maju!" ucap senior gue saat gue membuka mata.

Saat gue mengumpulkan kekuatan kaki untuk berdiri, Brian yang berada di samping gue sudah lebih dulu berdiri dan melangkah ke depan diikuti suara beberapa mahasiswi yang saling berbisik sambil terkikik.

Pulpen merah di hadapan gue sudah bertambah satu.

Di saat itu gue menyadari bahwa kakak tingkat gue tadi berbicara kepada Brian.

"Lho?" I was still dazed.

"Dia geser pulpennya ke kamu satu." bisik temen satu grup gue bernama Anin.

Empat orang mahasiswa dan satu mahasiswi yang dihukum maju ke depan dan senior kami yang berperan sebagai MC sudah siap mewawancarai mereka: Seseorang yang gue tau bernama Dani (ketua gugus gandum), cewek berambut sebahu, Brian, satu mahasiswa berperawakan kurus, jangkung, berkacamata, dan.... BIMA!

Gue menutup wajah penuh penyesalan. Of course it's Bima! Gue yang makan permen dia waktu kepedesan makan ayam sambel ijo kemarin :(

"Okay, gimana, ada yang mau perform bareng pake alat musik? Atau mau nyanyi sendiri-sendiri?" tanya kakak MC

Our DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang