9. About Now

81 9 9
                                    

[Dira]

Phil  17.20
Hi, Ra. Presentasi lu buat Kamis udah jadi belum? Mau tukar ide boleh nggak? Gue ada yang stuck. Hehe. -Phillip

Dira   17.22
I knew your number, Phil! :) Boleh. Kapan?

Phil   17.23
Besok free jam berapa?

Dira   17.32
Hmm pagi doang sih. Di kantin aja gimana? Sekalian gue sarapan. I have class at 11.

Phil   17.33
Cool! Jam 9 ya. See ya, Ra ^^

Mkay. My assignment was done since last week. Sekelompok dengan Dani membuat makalah ini selesai hanya dalam kedipan mata. He was so meticulous and quick I barely had to do anything to correct his part. So I guessed lending a hand to someone else wouldn't be a problem, eh?

Selepas magrib gue menelpon Indrika, adik gue satu-satunya di rumah. 

"Halooo ih nenek sihir kangen ya sama gue?" sahutnya.

"Gak usah ganjen nadanya. Punya pacar ya lu?"

"Apaan sih! Ngasal aja! Lu tuh pasti pacaran terus mentang-mentang sekarang nggak ada yang ngawasin, ya kan?" tebaknya ngawur.

"Boro-boro! Lu awas jangan deket sama cowok aneh-aneh ya! SMP-SMA tuh masa rawan tau nggak."

"Aneh-aneh tu gimana coba jelasin?"

"You know.. jerks." gue membayangkan image jerk dengan muka Brian yang muncul di otak gue. The thought of my sister dating someone like him was just too disturbing.

"I had a crush on my senior last year. Terus dia lulus kan, ya udah segitu aja. Tapi taun depan gue mau masuk SMA yang sama kayak dia, biar bareng lagi. Hehehe.." Indrika yang sekarang berada di tahun terakhir SMP sedang mempersiapkan banyak ujian akhir di semester duanya.

"Loh? Bukannya lu mau ikut bapak sama ibu pindah?"

"Why should I? Rumah gimana dong, masa dijual?"

"But you're fifteen!"

"And I can't live alone? C'mon, this is our home. Om juga rumahnya deket. Ibu janji bakal pulang dua minggu atau at least sebulan sekali. Nggak usah pusing lu kuliah aja."

Bapak dan ibu kami akan mulai pindah ke Jogja tahun depan karena bapak pindah tugas ke salah satu perguruan tinggi di sana. Rencana awal kami adalah Indrika melanjutkan SMA-nya di Jogja kemudian kembali kuliah ke Jakarta tiga tahun kemudian. Rupanya dia mengambil keputusan lain yang sudah di-ACC oleh orang tua kami.

"Padahal kalo lu ke Jogja, bakal lebih deket sama gue. Jadi sering-sering bisa main, gue ngajak temen-temen kuliah gue juga." gue bersungut-sungut.

"Males temen-temen lu pasti nerds semua. Ada Kak Bima juga kan, gue bosen. Meet me when you have better friends!"

"My friends are.. good."

"Good kok pake jeda gitu ngomongnya? Bohong lu ya?"

"Nggak! Cuma lagi sensi aja banyak tugas mau semesteran. Udah ah gue lanjut belajar. Daaah!"

"NERDDSS!" teriaknya sebelum menutup telepon.

Malamnya kegiatan belajar gue tersela oleh Bima yang datang tiba-tiba merengek karena dua teman sekelompoknya menghilang setelah mengerjakan setengah dari bagian mereka masing-masing.

-
Kantin Ekonomi dan Bisnis, 09.03 AM

Phillip sudah menunggu gue di depan kedai minuman dingin dengan buku catatannya. Dia tersenyum dan melambaikan tangan. Gue menghampiri dan duduk di depannya.

Our DaysWhere stories live. Discover now