27. Petir di Tengah Badai

29 8 0
                                    

"Apa kamu cuma mau mengawasinya? Gak ada pergerakan sama sekali?" tanya Rania.

Juna menghela napas. "Aku sudah memikirkan ini, tapi mau minta pendapat kalian dulu."

Teman-temannya bertukar pandang. Raihan yang pertama kali menanggapi.
"Tumben banget minta pendapat. Biasanya kamu bergerak sendiri," katanya. Calla langsung menyikutnya sambil memelotot.

"Aku gak ngomong, kamu ngomel. Aku ngomong, masih ngomel juga. Maunya apa, sih?" Juna berujar sebal.

"Udah, udah, ya. Nanti aja debatnya kalau aku udah pulang." Calla merentangkan kedua tangan seolah melerai mereka. "Apa yang kamu rencanakan, Jun?"

"Aku mau langsung menyerang Pak Hari."

"APA?!" Teman-temannya kompak melotot.

"Wah, kamu benar-benar kantong semar!" seru Raihan.

"Kantong apa?" Meysha menatap Raihan bingung.

"Aku cuma menyerangnya dengan teror." Juna meralat. "Kumpulkan semua bukti video, foto, atau apa pun yang kalian punya padaku."

"Terus ...." Raihan memperbaiki posisi duduk agar lebih menghadap pada Juna. " ... apa yang akan kamu lakukan dengan teror itu?"

"Aku akan membuatnya mengaku secara sukarela ...." Juna menggantung kalimatnya. " ... seperti yang kamu inginkan."

Raihan terdiam memandangnya. Juna buru-buru membuang muka.

"Tapi, ya ... kalau dia gak mau, terpaksa kita yang bongkar semuanya." Juna menambahkan.

"Akan aku kirimkan video waktu itu," kata Rania sambil bersiap memegang ponselnya.

"Aku juga." Meysha menimpali.

"Haruskah kita langsung kirim video di ruang kepala sekolah?" tanya Calla.

"Enggak," jawab Juna. "Kalau langsung pakai video itu, nanti mereka bisa cari kameranya. Kalau ketemu, kita gak punya senjata lagi."

Calla manggut-manggut.

"Aku akan mulai dengan video ini." Juna menunjukkan rekaman Pak Hari dan papanya Irgy ketika di rumah sakit.

"Kamu mau mengirimnya sekarang?" tanya Raihan.

"Haruskah kita coba?" Juna mengangkat alisnya.

"Aku mau lihat reaksinya." Meysha mengangkat tangan antusias.

Juna mengubah posisi duduk jadi besila. Teman-temannya yang semula duduk berpencar mulai berkerumun. Juna mengirimkan video menggunakan email bodong yang sudah dia buat sebelumnya.

"Apa kita cuma kirim videonya aja?" tanya Calla.

"Enggak, dong. Harus pakai gertakan sedikit," sahut Meysha.

"Kita harus bilang apa?" Juna termangu-mangu.

"Sini biar aku aja." Raihan merebut ponsel Juna dan mengetikkan sesuatu.

"Pak-Anwar-sangat-dermawan. Apa-benar-dia-melakukannya-tanpa-imbalan?" Raihan mengeja kata per kata.

"Ternyata kamu boleh juga," kata Meysha. "Kenapa waktu itu cuma menulis hello doang? Enggak kreatif banget."

"Aku menulis lebih panjang waktu di kelas Juna." Raihan membela diri. "Lebih baik daripada seseorang yang malah mempermainkan kita dengan kode pramukanya."

Juna menggertakkan gigi, menatap Raihan sebal.

"Rai, jangan mulai, deh." Calla mendorong Raihan hingga oleng, dan kepalanya membentur kepala Juna yang ada di sebelah. Alhasil, mereka kompak memekik kesakitan.

ANONYMOUS CODE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang