꒰ 1 ꒱

83 10 12
                                    

ʚ n o w  p l a y i n g ɞ

0:00 ─〇───── 3:12
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
Fly Me to the Moon - The Macarons Project

ʚ ɞ

Lelaki itu duduk di salah satu dari sekian kursi kantin, bersandingan dengan kawan-kawannya. Sesekali ia memasang tampang kesal beserta ejekan–yang agak tak terduga sekaligus sudah menjadi ciri khasnya–kala seorang teman mencomot mienya tanpa izin. Lantas ia melanjutkan guyonannya yang sempat terputus akibat peristiwa itu, hal itu sukses membuatku menggigit bagian dalam pipiku meski satu meja melemparkan sorak-sorak yang kurang lebih isinya, "Apa sih?!". Lawakannya memang agak ... garing. Yah, selera humorku juga tak lebih baik dari itu.

Rasa kasihan timbul ketika kawan-kawannya masih mengungkit lawakan garing tersebut sedangkan cowok bermata agak sayu itu hanya bisa melempar tatapan yang jelas-jelas menyiratkan ketidaksukaan. Ah, mereka memang suka meledeknya. Kadang aku suka kasihan, tapi lucu juga.

Kira-kira sebulan terakhir dirinya selalu menyita perhatianku. Entahlah ..., seperti ada magnet yang membuat mataku tak berhenti mengarah padanya. Aku jadi sering memerhatikan setiap gerak-geriknya. Juga, detak jantungku ... abnormal. Terkadang napasku menjadi tak teratur. Aku juga jadi sering senyum-senyum sendiri.

Sudah lama aku tak merasakan seperti ini. Terakhir kali saat aku SMP. Rasanya sama, deg-degan, tapi kalau dia menatap ke arahku ... seperti, jantungku seperti berhenti dalam sekejap, kemudian detik berikutnya senyumku mengembang tak keruan sampai salah tingkah.

Sensasi yang ditimbulkan dari jatuh cinta memang menyenangkan, sebelum kau tahu apa dia menyukaimu juga atau tidak. Atak tahu ... itu hanya menyakitkan, ketika orang yang kau suka menyukai orang lain. Meskipun aku sebetulnya tak punya niat untuk menjalin hubungan yang lebih.

Meski begitu, aku menikmatinya. Aku menikmati setiap detik di mana dua pasang mata kami berserobok. Aku menikmati tiap senyum yang ia arahkan kepadaku, meski ternyata senyuman itu bukan ditujukan untukku. Aku suka sang empunya senyuman, aku suka binar yang ada dalam sepasang maniknya, aku suka bagaimana caranya berbicara, suara lembutnya yang mampu membius kala ia menyenandungkan larik demi larik lagu, lesung yang menghiasi kedua pipinya, serta rambutnya yang mulai memanjang walau kuingat bulan lalu masih terpangkas rapi. Aku menyukainya lebih dari semua makanan manis di dunia, bahkan buatan Tante–miliknya adalah yang terbaik.

Aku tak pernah bosan aku menatapnya meski ia tak pernah berbicara padaku, menjawab pertanyaan yang tertanam di hati kecilku, tentang perasaan, apa dia membalasnya? Terlihat mustahil ... apalagi aku cuma pengagum rahasia.

Aku terlonjak, mataku membelalak, tubuhku berjengit. Aku kembali terhubung dengan dunia sekitarku, mendapati teman-temanku menatapku aneh. Beberapa tersenyum ganjil, ada juga yang kelihatan bingung, sama bingungnya dengan aku sekarang.

"Sini, An, lumpiamu aku yang habisin."

──⋆⑅˚ ʚ ɞ ˚⑅⋆──

Helo!
Masih chap awal ya, agak pendek ._.)b

Minggu, 1 Agustus 2021

Admiring You || ENDWhere stories live. Discover now