Bab 21.3 : Jasad Yang Terbakar

110 19 0
                                    

Tanjung Paser, 04.00, lima hari kemudian

Bukan hanya seorang hedonis, Adeo juga seseorang yang harga dirinya tinggi, tak ada satupun orang yang boleh melecehkan harga dirinya apalagi gadis SMA yang melecehkannya di muka umum beberapa hari yang lalu. Adeo pun merencanakan pembalasan dendam. Ia tahu dari beberapa kawannya bahwa gadis itu bernama Regina dan anak itu bersekolah di Akademi Kumala Santika.

"Habis kita culik mau kita apain dia Bos?" tanya salah seorang temannya yang seluruh tangannya dipenuhi tato.

"Kita 'mainin' rame-rame lalu kita bawa ke Ibukota Baru buat dijadiin mainan para pejabat di sana!" jawab Adeo dengan nada bergetar karena emosinya makin tidak terkendali.

"Wih cerdas itu Bos! Tapi janji kan Bos kita nggak bakal dapat masalah?" tanya temannya yang lain yang duduk di atas sebuah motor besar.

"Kalau kita ketangkap sama polisi pun aku bisa telepon kenalanku yang polisi! Dalam waktu beberapa jam kita pasti sudah bebas!" jawab Adeo lagi.

Rencana mereka adalah menyergap Regina yang biasanya akan melintasi taman yang sepi ini pada pukul 4 pagi. Adeo dan kawan-kawannya sudah beberapa kali mengamati rutinitas Regina dan memutuskan untuk menjalankan aksi mereka saat ini karena hari ini merupakan hari kerja sehingga tidak ada satupun orang lain yang berolahraga pada pukul 4 pagi.

Setelah menunggu selama beberapa lama akhirnya target yang mereka tunggu mulai tampak. Regina dengan balutan celana dan jaket training akhirnya tampak di kejauhan dan mulai berlari ke arah mereka. Rencana jahat mereka sudah siap mereka jalankan namun satu hal yang mereka tak ketahui adalah Regina memiliki pengawal yang tak tampak oleh mata orang kebanyakan.

"Regina stop!" Ina Saar memerintahkan Regina berhenti dan gadis itu menurut.

"Ada apa Ina Saar?" tanya Regina melalui kontak batin.

"Ada yang punya niat jahat terhadap ose! Mereka sembunyi di balik pohon itu untuk sergap ose! Lebih baik ambil jalan lain!"

Regina patuh pada usulan Ina Saar dan berlari membelok jalan lain.

Adeo dan kawan-kawannya yang menyadari hal itu sempat melongo sejenak sebelum Adeo menyuruh salah satu kawannya yang lumayan pandai bicara untuk mengejar Regina.

"Hai Nona cantik! Sendirian saja nih?" sapa teman Adeo yang akhirnya berhasil menyusul Regina.

"Iya!" jawab Regina singkat sambil meneruskan larinya.

"Biasa lari pagi di sini? Kok tak ada temannya?" sambung teman Adeo lagi.

"Biasa sendirian," jawab Regina singkat.

"Eh kok nggak sopan sih Nona ini! Orang bertanya baik-baik kok diabaikan saja!" ujarnya sembari mencengkeram tangan Regina.

Pemuda itu mungkin berpikir Regina akan meronta sedikit namun tenaganya akan kalah kuat dengan dirinya namun yang terjadi berikutnya di luar perkiraannya, pemuda kurang ajar itu dibanting dengan bantingan ala judo ke tanah oleh Regina kemudian ditonjok di bagian lehernya sampai dirinya sesak nafas dan tak bisa menghirup udara sama sekali.

"Sepertinya katong harus betengkar Ina Saar," ujar Regina.

"Beta tak suka cara ini tapi apa mau dikata," balas Ina Saar yang segera saja bersatu dengan raga Regina.

Adeo dan kawan-kawannya yang melihat Regina membanting kawan mereka seperti itu sempat ciut nyalinya namun mereka segera saja maju ramai-ramai, mengepung Regina, berharap gadis itu mungkin akan terkejut atau sekurang-kurannya bisa mereka bekuk.

Lokapala Season 2 : Pahom NarendraWhere stories live. Discover now