BAB 3 : TEMARAM

203 28 0
                                    

Hutan Rimba AJ, 18.00 WITA

Beruntung bagi enam muda-mudi tersebut karena setelah berjalan tak seberapa jauh dari tempat di mana hujan berhenti tiba-tiba tadi, keenam muda-mudi itu menemukan pos ke 2 yang mana meskipun lagi-lagi hanya rumah papan tanpa jendela tapi cukup besar untuk menampung mereka berenam. Begitu tiba di tempat itu, Panji langsung mengeluarkan kompor briket arang miliknya dan menggunakan kompor itu untuk memanaskan ransum teman-temannya.

Adapun Andi kebagian tugas mengumpulkan kayu-kayu bakar bersama Ignas. Di kala hari sudah mulai gelap dan matahari mulai terbenam, Ignas tampaknya tak kesulitan sama sekali memilih-milih kayu yang ia butuhkan lalu menyerahkannya pada Andi. Andi yang buta sama sekali soal cara bertahan hidup di hutan lebih memilih menurut saja namun ketika mereka berjalan makin jauh dari pos 2 dan beban kayu yang Andi bawa makin berat, Andi mulai khawatir kalau-kalau Ignas nanti tersesat. Tapi untunglah tak lama kemudian Ignas membalikkan badan dan mengatakan bahwa mereka harus kembali sekarang.

Sesampainya kembali di Pos 2, tampak bahwa Panji sudah menyalakan dua lampu darurat yang ada di tas ransel miliknya sementara Nara sudah tampak menyiapkan area untuk membakar api unggun dan Regina tampaknya berhasil menemukan mata air karena ia kembali dengan membawa dua ember berisi air bersih bersama Sitanggang.

Ignas dengan terampil menyusun kayu-kayu yang sebenarnya masih basah itu menjadi sebentuk api unggun kemudian menuangkan sebotol cairan ke atas kayu basah itu. Ignas kemudian menyalakan sebuah korek api dan melemparkannya ke arah tumpukan kayu bakar dan menyalalah kayu-kayu bakar itu.

Keenam Lokapala itu pun kemudian duduk melingkar, mengucapkan doa sejenak sebelum makan, kemudian mulai makan ransum kedua mereka hari itu. Keheningan menyelimuti mereka tapi bagi Andi entah kenapa meski ransum makanan itu rasanya kurang enak – kalau tidak boleh disebut 'mengerikan' dan 'tidak punya cita rasa sama sekali' apalagi hampir kadaluwarsa – makan malam hari itu rasanya adalah makan malam paling nikmat yang ia santap.

******

Malam mulai turun, dan untuk memastikan pondok mereka aman dari ancaman apapun Panji menerapkan jaga malam secara bergiliran. Untuk giliran pertama ia menyatakan diri akan ambil giliran jaga pertama sementara orang kedua yang dia tunjuk untuk jaga pertama tak lain dan tak bukan adalah Andi si anak baru. Andi terhenyak ketika ditunjuk untuk jaga malam pertama selama 3 jam ke depan, tapi setelah Andi pikir-pikir lagi lebih baik jaga malam sekarang daripada nanti enak-enak tidur lalu dibangunkan.

Maka meskipun lelah dan mengantuk berat, Andi berusaha menguatkan diri dengan berjaga semalaman bersama Panji. Di sisi lain Andi melihat Panji sepertinya sudah terbiasa dengan situasi ini, terbukti dengan dia sama sekali tidak tampak mengantuk meski sesekali menyesap kopi instan yang ia ambil dari tas perbekalannya.

"Kalau kau mengantuk, Pratu Andi, seduh kopimu. Mumpung masih sempat."

Andi menurut saja, sebenarnya ini adalah kesempatan bagus untuk menggali lebih jauh soal hell week dari Panji tapi karena otaknya sedang dalam mode bego akibat mengantuk Andi lebih memilih menyeduh kopi instan di termos logamnya kemudian meneguknya pelan-pelan.

"Andi, kalau aku boleh tanya, seberapa terampil kamu dalam simpul-menyimpul, membaca peta, memprediksi cuaca, dan mensurvei lokasi?"

Otak Andi yang tadinya sudah dalam mode bego sekarang malah macet total pasca mendengar pertanyaan Panji. Simpul-menyimpul? Tiap kali Andi mengikat sesuatu jadinya selalu simpul mati. Baca peta? Dulu Andi pernah sekali ikut kegiatan penelusuran dan baca peta, tujuannya kampung sebelah tapi ternyata malah nyasar ke kuburan. Prediksi cuaca? Tanpa internet Andi jujur saja tidak bisa memprediksi cuaca. Survei lokasi? Apaan tuh?

Diamnya Andi langsung membuat Panji menghela nafas, "Lalu bisamu apa?"

"Kalau Sersan Mayor minta saya bobol kartu kredit milik orang, cari username dan password email seseorang, atau mungkin bikin server sebuah perusahaan korsleting saya mungkin masih bisa diandalkan untuk pekerjaan itu."

Lokapala Season 2 : Pahom NarendraWhere stories live. Discover now