BAB 2 : HELL WEEK

210 33 0
                                    

Hutan Rimba AJ, 09.00 WITA

Andi terbangun diiringi kercipan burung dan suara tonggeret. Sinar matahari tampak begitu menyengat, kepalanya terasa pusing dan hendak bangun pun rasanya ia tak sanggup. Namun ia kemudian ditarik paksa untuk bangun oleh seseorang.

"Bangun Prajurit!" Andi kenal suara itu, itu suara Panji

"Siap Komandan!" refleks Andi langsung ambil posisi sigap dan memberi hormat.

Lalu pelan-pelan matanya bisa menatap sekelilingnya. Mereka berada di sebuah hutan rimba dengan dipenuhi aneka jenis tanaman dan pohon-pohon berkayu keras. Tampak sebuah jalan setapak yang mulai tidak tampak karena rerumputan di sekitarnya sudah lebat dan ia juga melihat lima anggota Lokapala yang lain tampak berkumpul di bawah sebuah pohon besar. Wajah mereka semua seperti penuh tanda tanya kecuali Panji dan Regina.

"Maaf Komandan, di mana kita sekarang?" tanya Andi pada Panji.

"Duh!" Regina tampak menepuk jidatnya, "Beta kenapa lupa sama aturan dasar? Satu tim harus satu komando satu rasa!"

"Eeeehhhh???" reaksi Sitanggang paling heboh, "Ta-tapi kita kan sudah selesai jalani masa-masa itu?"

"Tapi kita dapat orang baru kan sekarang," sahut Panji sembari menunjuk Andi.

"Eee maaf sekali senior-senior semua, bisa jelaskan kita ini ada di mana dan dalam situasi apa nggak?"

"Prajurit, sudah ko baca itu buku panduan sampai lunas?" tanya Ignas kepada Andi.

"Be-belum Kopral," jawab Andi takut-takut. Ia memang sempat disuruh membaca sebuah buku yang tebalnya hanya 40 halaman sampai habis tapi karena terlalu sibuk disuruh-suruh maka Andi belum sempat membacanya.

"Kita disuruh hell week sekali lagi ya?" sahut Nara.

"Bagi kita ini yang kedua, bagi dia ini yang pertama," ujar Panji sembari menunjuk ke arah Andi., "Andi sudah paham kau soal hell-week?"

Andi menggeleng, "Tidak, apa itu hell week Sersan Mayor?"

Kelima Lokapala itu memandang Si Andi dengan tatapan campuran antara kasihan, sebal, jengkel, dan kecewa.

"Sitanggang, jelaskan ke dia dengan bahasa yang mudah dia mengerti," ujar Regina.

Sitanggang tampak turun dengan malas dari sebuah batu besar yang ia duduki kemudian ia dekati Andi dan berkata, "Prajurit Satu, kau pernah main game RPG kan?"

Andi mengangguk dan Sitanggang melanjutkan, "Nah ini ceritanya level rekan-rekanmu sudah level 20 tapi levelmu masih level 5. Bos di misi berikutnya punya level 30. Kira-kira bagaimana caranya supaya kamu dan rekan-rekanmu nggak mampus waktu lawan itu bos?"

"Saya ikut rekan-rekan saya naikin level!" jawab Andi cepat, sebagai sesama maniak game bahasa Sitanggang tentu saja lebih mudah diterima Andi.

"Nah, sekarang kondisi kita sama Lae! Level Lae terlalu rendah sementara level kita sudah tinggi, tapi Kroda tak akan pilih-pilih lawan, jadi Unit Lima putuskan kita semua harus bantu Lae naik level ... dengan latihan bertahan hidup seminggu di hutan."

"Oooh begitu ... senior-senior bantu saya naik level sementara saya ... eh tunggu ... seminggu?!!!!" Andi terbelalak.

"Yap Lae, seminggu di hutan, beralaskan tikar dan untungnya ada selimut dan makanan. Tapi dari yang aku lihat makanan kita hanya cukup untuk 5 hari saja. Yang artinya untuk 2 hari kita harus cari makan sendiri."

Andi hanya bisa melongo. Seumur hidup belum pernah dia tidur di alam terbuka. Kegiatan pramuka rutin saat SD dan SMP pun dia sering bolos dengan berbagai alasan, apalagi kalau ada perkemahan. Andi jadi ngeri sendiri membayangkan apa saja yang akan menimpanya jika dia sampai tidur di tengah hutan malam-malam apalagi tanpa tenda sebagai peneduh.

Lokapala Season 2 : Pahom NarendraWhere stories live. Discover now