BAB 15.2 : ANDI PANGERANG NINGAI RI TAMPARANG (PANGERAN YANG DIKASIHI LAUT)

290 46 3
                                    

Regina kewalahan! Sebagai satu-satunya Lokapala yang Usananya bisa diajak bertarung di dalam laut, otomatis Regina adalah Lokapala yang kebagian tugas menyelamatkan satu korban yang sudah terlanjur jatuh ke laut itu. Namun kejutan lain menantinya, di dalam laut bukan hanya ada satu korban saja yang harus ia selamatkan, melainkan ada dua Kroda bersenjatakan badik dan satu korban yang belum sempat ia selamatkan. Kroda-kroda itu berenang cepat, melebihi kecepatan atlet professional, nyaris seperti ikan meski bukan ikan. Keduanya berwujud seperti layon – mayat hidup – yang biasa menyerbu pantai, namun mengenakan baju kalis perpaduan antara kayu dan lempeng logam serta pakaian dari kain warna hijau dan merah. Keduanya juga lincah membuat gerakan pukulan, tusukan, sabetan, tendangan, dan tikaman di bawah laut; sehingga yang bisa Regina lakukan hanyalah mengaktifkan perisai Salawaku miliknya sambil menunggu kesempatan menyerang.

"Kabaresi? Kenapa lama?" tanya Panji.

"Ada dua kroda di bawah sini! Beta bisa tahan mereka tapi sulit tolong korban itu!"

"Kasuari ! Terjun dan tolong korban!" perintah Panji.

======

Kasuari = nama sandi Ignas dalam operasi lapangan

======

"Okidoki, Ndan!" Ignas langsung terjun dari kapal cepat ke dalam lautan dan berenang ke arah Rizal yang sudah timbul-tenggelam dengan posisi kepala di bawah air.

"Errr, Ndan! Aku butuh bantuan di sini!" pinta Sitanggang.

Panji langsung mengambil sebuah senapan runduk dan membidik ke arah kroda yang ada di kapal Sitanggang. Dengan sekali bidik, sebuah peluru kaliber 50 melesat dan menembus bagian dada kroda tersebut sampai kroda itu tersungkur.

"YES! Kena!" Panji bersorak girang namun kapten kapal patrol itu malah berdecak merendahkan.

"Harusnya Ding Sanak tembak itu kepalanya! Dasar! Kenapa Unit Lima nggak kirim Kopral Oka saja sih?"

Panji merasa tersindir tapi apa boleh buat. Kondisi zirahnya yang belum sempurna perbaikannya membuat Sika Warak tak bisa dimaterialisasi sehingga menurut Pusaka sebaiknya dia tinggal di kapal untuk membantu Lokapala lainnya dari jarak jauh. Pandangannya beralih ke Nara yang sedang ada di kapal pribadi milik PT. Sawerigading Corpora. Nara berhasil mengungsikan Hanas ke kapal patroli cepat. Ia juga yang tadi berhasil menjatuhkan satu kroda berbadik itu ke dalam lautan, meski aksinya ternyata berbuntut kesulitan Regina.

"Bagaimana kondisi korban yang satu lagi?" tanya Panji kepada para personel TNI AL yang kapal karetnya barusan dikoyak kroda itu.

"Korban satu lagi aman bersama kami! Dia sudah kami beri ... eh!"

"Kenapa Sersan?" tanya Panji lagi.

"Maaf! Sepertinya kami kehilangan dia! Semua personel! Cari anak itu! Cepat!"

******

Andi selalu menyukai lautan entah kenapa. Ia selalu tenang berada dalam lautan, malah pada beberapa kesempatan ia pernah ditelan ombak ganas namun di dalam ombak ia sama sekali tak takut, nafasnya ia tahan sedemikian rupa sampai ia kembali muncul ke permukaan tanpa cedera. Karena itulah ia merasa cukup percaya diri untuk menolong Rizal yang saat ini tubuhnya mulai terbalik dengan kepala menghadap air. Andi berenang cepat bagaikan atlet pro sampai sebuah badik dari sesosok mayat hidup mengenai dirinya.

Ia hanya terkena sabetan saja, tapi dengan segera ia merasa pusing, pening, dan kehilangan kesadaran. Tubuhnya tiba-tiba lemas tak bertenaga sebelum akhirnya terbenam jauh ke dasar laut.

"Ignas! Tolong anak itu!" ujar Regina kepada Ignas yang sedang sibuk melawan kroda berbaju merah, sesuatu yang sukar karena Ignas tak terbiasa bertarung dalam air.

"Sa coba! Sa coba!" ujar Ignas yang kesal dan putus asa melayani kroda satu ini.

Andi pernah mendengar soal ammoso (racun) yang dilumurkan pada bilah-bilah badik yang membuat lawan yang tertusuk badik mati seketika. Dulunya Andi tak percaya tapi itu satu-satunya penjelasan paling masuk akal mengenai kondisinya saat ini. Andi tenggelam semakin dalam, ia berusaha membuka mata namun tak dapat, ia berusaha meronta namun tak dapat.

"Inikah akhir hidupku?" batin Andi yang sudah mulai berpikir untuk membaca Tahlil atau Surat Yasin sebagaimana halnya dianjurkan bagi orang-orang yang menghadapi sakratul maut.

Lalu ia melihat wajah seorang wanita, wajah yang sudah lama ia tak lihat, wajah ibunya memanggil-manggil namanya, "Andi? Andi Ampa Rawallangi?"

Andi membelalak dan terkesiap, mencoba memanggil-manggil Ibunya, "Amma! Amma!" tapi tak ada ibunya di sana. Yang ia temui malah sosok ganjil, sesosok pannyua raksasa berukuran seukuran kapal yacht pribadi.

=======

Amma = Ibu

Panyyua = penyu

=======

"La Toge Langi?" ada suara menggema di dalam kepala Andi, Andi tak tahu siapa yang berujar namun ia merasa bahwa penyu raksasa itu yang berbicara dan penyu itu sedang memanggil namanya.

"Bukan!" jawab Andi melalui batin, "Aku Andi Ampa Rawallangi!"

"Sawerigading?" penyu raksasa itu bertanya lagi.

Andi tak paham apa yang harus dikatakannya tapi ia kembali membatin, "Aku tahu nama itu!"

"Andi Pangerang Ningai Ri Tamparang!" suara penyu raksasa itu terdengar ceria sebelum ia tiba-tiba menghilang dari hadapan Andi.

Lalu sekonyong-konyong Andi seolah mendapat tenaga baru lalu mulai berenang cepat ke permukaan. Matanya kini seolah bisa melihat di kedalaman laut selayaknya orang biasa melihat di darat. Andi langsung melihat sosok Rizal yang terombang-ambing di tengah laut sebelum akhirnya meliuk-liukkan badannnya untuk menambah kecepatan. Ketika ia berhasil menjamah tubuh Rizal, ia berenang sekuat tenaga ke arah kapal patroli TNI AL sambil berseru-seru minta tolong, "Tolong! Tolong! Tolong kami!"

Beberapa personel TNI AL segera turun menggapai tubuh Rizal yang diserahkan oleh Andi, namun belum sempat Andi naik ke atas kapal, ia sudah ditarik tenaga tak kasat mata kembali ke kedalaman laut.

Sosok penyu raksasa itu kembali muncul di hadapannya, memendarkan cahaya jingga pudar, penyu itu kembali mengkontak batin Andi, "Sekarang setelah Cappo Pangerang terselamatkan, bukankah ini saatnya membalas budi kepada Paratiwi?"

======

Paratiwi = lautan

======

"Membalas budi apa?"

"Mengusir makhluk jahat itu dari Paratiwi!"

"Kenapa harus aku?"

"Karena aku tak bisa melakukannya sendiri! Aku butuh bantuanmu, Andi!"

"Tunggu sebentar! Siapa kamu?!"

"Panggil saja aku ... Karaeng Baning!"

Lokapala Season 2 : Pahom NarendraWhere stories live. Discover now