Sepuluh

2.3K 87 1
                                    

Selama perjalanan Tania membisu, entah apa yang ia lamunkan hanya Tania dan Tuhan yang tahu.

Satya melirik ke arah nya, ia sedikit mengernyit.

"Mikirin apa ?".

Tania tersentak saat Satya menyadarkan lamunannya.

"Kenapa sat ?".

"Mikirin apa ?". bertanya sekali lagi

"Ooohhh gak mikirin apa-apa kok!".

Satya hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya pelan lalu fokus kembali pada jalan.

"Kita mau kemana ?".

"Puncak". Jawab nya singkat

Tania hanya mengangguk dan tersenyum.

"Btw kalau boleh tahu loe udah lama jadian sama mantan loe ?".

"Lumayan".

"Gak gampang dong lupainnya ?".

"Udah ih gak usah bahas dia, katanya kamu mau bikin aku seneng ?". Ucap Tania ketus

"Hehe iyaaa, yaudah jangan jutek gitu. Gue kan cuma Nanya dan loe gak wajib juga buat jawab".

Tania menikmati pemandangan jalan meski sedikit macet ia sangat gembira. Terkadang ia juga menanyakan perihal tentang keseharian Satya. Mereka semakin akrab dalam waktu singkat karna Satya sangat friendly, membuat Tania nyaman jika mengobrol dengannya.

__


"Kamu bakalan kembali padaku Tania".

Senyum jahat Riko melukiskan kekesalan nya pada Tania.
Ia sangat kecewa dengan sikap Tania yang sudah tidak mau mendengar kan penjelasannya, bahkan tidak memberi kesempatan untuk ia berbicara.

"Dan siapa laki-laki kurang ajar itu ? Kenapa dia bersama Tania di taman ?".

Riko menelpon Tania namun ponsel Tania tidak aktif. Tania tidak mencharge ponselnya, ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga benda yang selalu ia butuh kan saja sampai diabaikan begitu.

"Bahkan sekarang ponsel kamu saja tidak aktif, huh!!". Riko mendesah kesal.

Tania dan Satya sangat menikmati pemandangan sore ini di kebun teh, cuaca yang sedikit mendung menambah tingkat kesejukan.

"Aaaaaaaaaaaa" .

Tania berteriak tanpa ragu. Satya hanya menggeleng kepalanya pelan dan mengabadikan Tania dalam ponselnya.

"Cekrek".

Satya melihat hasil foto yang ia ambil secara diam-diam dan tersenyum sendu pada sosok yang sedang berada di galeri ponselnya.

Saat Satya sedang fokus pada ponselnya ia merasakan rintikan air turun dari langit.

"Tania! Mau hujan, cepat kesini!".

Satya berteriak cukup keras pada Tania dan mereka berlari mencari tempat berteduh di dekat kebun teh yang luas ini.

Setelah berlari cukup jauh mereka menemukan gubuk terbuka disana dan segera berteduh. Dan seketika hujan lebat pun menghujani bumi.

"Duhhh gimana ini sat ?".

"Yaudah kita tunggu sampai berhenti hujannya!".

Mereka berdua diam tanpa kata, cukup lama asyik dengan pikiran mereka masing-masing.

"Loe seneng gue ajak kesini ?". Satya memecah kesunyian.

"Senenglah, siapa yang gak seneng di ajak jalan-jalan gratis. Hehe".

PENGKHIANATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang