Sebelas

1.7K 76 1
                                    


Pengalaman pahit yang aku rasakan saat ku tahu dia mengkhianati ku sudah ku ikhlaskan. Ibarat debu ku biarkan ia pergi menjauh dari pandangan ku bahkan tak ku biarkan ia kembali datang mengotori hari-hari ku. Aku mundur membiarkan ia pergi bebas kemanapun kaki nya melangkah dan sekarang disinilah aku. Dengan kebahagiaanku tanpa nya.


__

"Satya, kita gak usah pulang ya!."

"Hah, kenapa ?".

Satya kebingungan dengan Tania yang tiba-tiba tidak ingin pulang

"Aku bosan dirumah, pasti Riko datang kerumah untuk menemui ku".

"Bukannya loe senang ?".

Tania menatap tajam pada Satya, ia berkacak pinggang dan mencubit perut Satya.

"Aw sakit Tania". Satya meringis kesakitan.

"Habisnya kamu selalu saja berkata seperti itu, bikin kesal tahu gak!".

"Hehe iya maaf, kan cuma bercanda. Terus kita mau kemana ?".

"Cari tempat buat foto yukk! Cari yang paling bagus".

"Oke!".

Mereka berdua menaiki mobil dan menuju tempat yang mereka tuju .

Senja berganti malam menandakan kehidupan akan berisitirahat saat ini untuk menyambut sang mentari pagi esok hari.

"Beneran mau sewa hotel Tan ?".

"He'em.. kita pesan dua kamar yg bersebelahan aja!".

"Yaudah yukk cari hotelnya".

Puluhan menit mereka tempuh mencari hotel yang nyaman dan akhirnya mereka menemukan hotel xx yang paling populer di daerah sana.

Mereka memasuki area parkir dan segera melakukan prosedur cek in.

"Gimana, mau cari hotel lagi gak ? Tinggal satu kamar".

Tania menimbang sesuatu dan berfikir agak lama.

"Tapi ada dua tempat tidur kan ?".

Satya mengangguk.

"Yaudah ambil aja, aku percaya kamu kok!".

"Bu,bukan itu masalah nya Tania".

"Tapi aku capek banget, seharian kita jalan-jalan badan aku pegal-pegal nih".

Satya merasa frustasi dan menggaruk tengkuknya nya yang tidak gatal.

"Jadi bagaimana mas ?".

Salah satu petugas hotel bertanya.

"Mmmmhh yaudah deh kita ambil mba".

Setelah selesai melakukan transaksi Satya dan Tania di arahkan oleh petugas hotel untuk memasuki ruang kamar.

**

Tania merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar.

"Satya".

"Kenapa ?".

Satya sibuk memainkan ponselnya.

"Kamu gak nyaman yaa?".

"Kalau tahu kenapa nanya ?".

"Biasa aja dong jawabnya, gak usah ketus gitu!".

"Biasa aja tuh!".

Tania hanya tersenyum masih menatap langit-langit kamar.

"Bentar ya! Nyokap telpon".

Tania menuju balkon kamar dan menerima panggilan masuk dari ibunya.

PENGKHIANATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang