Enam belas

1.9K 87 4
                                    

Agak sedih karna para reader lumayan banyak tapi yang suport aku sedikit, yukk jangan jadi pembaca yang diam . Gerakkan jari kalian dan klik tombol bintangnya ya, biar aku makin semangat up nya. Terimakasih semoga kalian sehat selalu 🤜🤛💪

__

Sejujurnya hal yang paling menyakitkan adalah seseorang yang kita percaya hanya memakai topeng menutupi keburukannya yang suatu saat akan ia lepas kapanpun.

Berharap bisa memiliki seseorang yang benar-benar kita cintai, namun Tuhan memang berkehendak lain. Bisa jadi apa yang kita cintai itu hal yang Bukan kita butuhkan melainkan hanya sekedar bernafsu ingin memiliki saja.

Itu yang di rasakan Tania, kehilangan Riko membuat ia sedih namun di balik semua itu ia merasa kembali pada dirinya, yang selalu bahagia tanpa dikekang, tidak ada lagi yang melarangnya untuk melakukan hal yang ia suka. Contohnya ia menghabiskan uangnya sendiri untuk ke toko buku membeli buku yang ia inginkan tanpa mendapatkan kata-kata dari Riko yang terkadang membuatnya sebal sendiri.

Tania terbangun tengah malam dalam keadaan mata yang membengkak, ia bukan menangisi kepergian Riko melainkan menangisi telah menyia-nyiakan waktunya untuk laki-laki seperti Riko.

Ia meraih ponselnya, melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari Satya. Tania memutuskan untuk menelpon Satya.

[Hallo Satya]

[Baru bangun ?]

[He'em, kamu kenapa telpon ?]

[Ahhh tidak apa-apa, tadinya mau kerumah]

[Ohhh, yahhhh yaudah besok aja!]

[Besok gue kerja]

[Ohh gitu]

[Kalau pulang kerja gue kerumah loe gimana ?]

[Boleh kok]

[Oke! Yaudah tidur lagi sana!]

[Oke! Bye Satya]

[Bye Tania]

Tania senyum-senyum sendiri melihat ponselnya, rasa sedihnya seketika berubah menjadi bahagia. Entah perasaan apa ini ia pun tidak tahu.

**

"Assalamualaikum".

"Walaikumsalam".

Sahutan ibu Tania membuka pintu.

"Ohh nak Satya".

"Tania nya ada Tante ?".

"Ada di kamarnya lagi baca, masuk aja!".

"Gak apa-apa Tante saya nunggu disini aja".

"Tania nya tadi ngeluh kurang enak badan, mending kamu masuk aja!".

"Ohh gitu tan, yaudah saya ke atas dulu ya Tante".

"Iya nak".

Satya menaiki tangga menuju kamar Tania.

Tok..tok..tok

"Ceklek"

Suara pintu terbuka, ia melihat Tania masih fokus dengan bacaannya.

"Serius banget Non, sampe ketuk pintu gak di bukain".

"Ehh ya ampun Satya, aku gak denger maaf ya. Sini duduk!".

"Kamu sakit ?".

"Maaf ya lupa ngabarin, cuma ngerasa  lemas aja!".

"Ohh mau aku antar ke dokter ?".

PENGKHIANATANDove le storie prendono vita. Scoprilo ora