19. TAK BISA BERKATA-KATA

Start from the beginning
                                    

"Nah, ini dia yang ditunggu-tunggu daritadi. Sini sayang, duduk di sebelah Jessica." Anta berujar dan dengan pengertian Jessica menarik kursi yang di maksud agar Oife tinggal mendudukinya saja. Oife duduk tanpa berkomentar. Dilihatnya lagi Jessica yang tersenyum ke arahnya.

"Tidur kamu nyenyak?" tanya Jessica ramah.

"Ya," jawab Oife jutek. Anta yang tidak suka nada bicara Oife langsung menegur puterinya.

"Kamu gak boleh begitu sama Jessica. Jessica itu sepupu kamu. Mulai saat ini Jessica akan menjadi bagian dari keluarga kita. Kamu jaga sikap di depan dia."

Oife mendengus, "Harus banget, Dad? Lagian aku gak pernah tau kalo aku punya sepupu dari Inggris."

Anta menghela napas, "Soal itu, maafin Daddy. Daddy gak ada niatan buat menyembunyikan ini dari kamu. Minimal sampai Jessica tiba di sini. Mama kamu yang menyarankan Daddy buat gak ngomong ke kamu dulu. Lagipula keputusan ini ada untungnya. Kamu jadi punya temen ngobrol di rumah."

Tuh, kan. Pasti ini ada sangkut pautnya sama Melani. Memang Oife tidak pernah suka akan sesuatu yang dibawa Melani ke rumah yang harusnya menjadi milik Ibunya ini. Pasti Melani punya rencana jahat. Melihat kelakuan buruknya di belakang Anta dan Ozi, Oife harus waspada.

"Dan harusnya Daddy minta persetujuanku dulu. Kalau Bang Ozi gimana? Setuju Jessica tinggal di rumah kita?" Oife melirik Ozi yang mengangguk cepat.

"Gak ada yang salah dari Jessica. Berhubung Jessica mendapat juara umum di sekolah lamanya, kamu bisa minta bantuannya semisal ada pelajaran yang gak kamu mengerti." Begitulah persamaan Ayah dan anak itu. Kompak dalam hal apapun. Oife yang dasarnya sudah tersisihkan mau bagaimana lagi menanggapinya. Oife pun heran kenapa Melani tidak bersuara. Ah, mungkin wanita itu sudah tahu mereka berpihak padanya.

"Kamu mau kan, Je?" tanya Ozi pada Jessica. Jessica menurut pandangan Ozi merupakan paket komplit. Jessica cantik, berbakat, pintar juga hobi memasak. Tipe idaman Ozi sekali. Sayangnya, Ozi sudah mempunyai pacar dan Ozi sangat mencintainya.

Jessica tersenyum sembari mengangguk, "Mau banget lah. Jangan sungkan ya Fe tanya-tanya aku."

"Nah, gitu dong. Kalau begitu mulai hari ini kamu boleh bawa mobil ke sekolah. Bareng sama Jessica karena Jessica murid baru di sekolah kamu." Perkataan Ayahnya membuat Oife secepat kilat menoleh. Oife terkejut mendengar berita itu.

"Apa?!"

Melani tiba-tiba menyahut, "Kenapa, Oife? Kamu keberatan kalau Jessica satu sekolah sama kamu?"

Oife mendengus, "Gak! Ya udah kami berangkat. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," serentak ketiga orang dewasa itu. Anta berujar lagi, "Jangan ngebut-ngebut, Oife." Nasihatnya.

Di luar rumah, nampak mobil Audi hitam terparkir di depan gerbang. Oife senang bukan main. Pasalnya Oife kemana-mana selalu naik angkutan umum atau memesan ojol. Kali ini tidak lagi. Oife berteriak kegirangan membuat Jessica yang memperhatikannya mengulum senyum.

Mulutnya baru akan terbuka saat desingan motor terdengar memekakkan telinga. Sebuah motor ninja hitam berhenti di depan mobilnya. Jessica mengernyit. Lain dengan Oife yang melotot. Oife langsung menitipkan kunci ke Jessica.

JENARO Where stories live. Discover now