#4 - Curious Dana

Start from the beginning
                                    

"Sakit?"

"Kenapa gue bisa di sini?"

Dana menatapnya. "Lo pingsan. Well.., karena ada yang tiba-tiba ngelempar batu bata ke punggung lo."

Mara terdiam menatapnya, matanya menyipit, sementara Dana jadi risih. Dan selama itu otaknya menyelami memori kejadian sore tadi ketika ia pulang sekolah, menghiraukan gosip tawuran yang beredar dari mulut ke mulut, lalu nekad pulang dan berakhir cukup buruk.

Bisa saja berada di kamar seorang Dana bisa dikategorikan buruk bagi cewek lain, namun Mara di sini, mengategorikannya sebagai hal yang cukup buruk.

Mara melirik dirinya sendiri, lalu bernapas lega ketika melihat pakaiannya masih lengkap. Tapi, sesuatu memberatkan dahinya membuatnya lagi-lagi menaikkan tangan untuk menyentuh perban di sana. Ketika mulutnya membuka untuk bertanya, Dana mendahului.

"Waktu dilempat batu bata, dahi lo... kejedot."

Mara memejamkan matanya, lalu menarik napas pelan.

"Tapi seenggaknya gue udah bilang lo buat lari, ya tapi... lo nggak lari," tambah Dana lagi yang malah terdengar canggung.

Mara mengangkat kepalanya, kedua alisnya naik dengan sedikit siratan jengkel di wajahnya. "Lo pikir gue bisa mikir buat kabur gitu aja? Sementara lo narik gue tanpa gue napas sedikit pun, dan banyak anak-anak dari sekolah lain yang bawa alat macem-macem. Kayak... pentungan? Gir?"

Di samping niatnya yang ingin membalas bahwa cewek itu tak perlu memikirkan posisinya karena ia sudah biasa menghadapi situasi seperti itu. Senyum jenaka malah muncul di wajah Dana mendengar itu. "Well, seneng dengernya lo mikirin keadaan gue."

Sementara Mara malah menatapnya seakan tak percaya, dan senyum tadi masih tercetak di wajah Dana, membuat Mara mendesah. Cewek itu mengusap wajahnya frustrasi sebelum kembali menatap cowok itu. "Oke," katanya, "Thanks, udah tanggung jawab," lanjutnya lagi sebelum bangkit hati-hati sambil menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya.

Mengingat banyak hal yang hilang di sekitar tubuhnya, cewek itu kembali menatap Dana. "Dimana sepatu gue?"

Dana menunjuk samping pintu.

"Tas?"

Dana menunjuk meja di samping komputernya. Namun ketika Mara mengambil satu persatu barangnya dengan terburu-buru, ia bertanya, "Mau ngapain?"

Tak ada kata yang keluar dari mulutnya, Mara malah menggeleng, melanjutkan langkahnya keluar kamar Dana tanpa berpikir bahwa bisa saja ada orang lain di rumah besar cowok itu. Tapi kenyataanya, Mara tak menemukan siapapun ketika ia keluar dari sana, rumah itu sepi, dan hal itu membuatnya bernapas lega. Namun, satu tarikan di lengannya membuat ia berbalik.

"Mau kemana lo?"

Melirik sekilas, Mara kembali melanjutkan jalannya. "Pulang," jawabnya, ia harus cepat-cepat keluar dari rumah cowok itu.

Dana mengernyit, tangannya menarik lengan Mara lagi. "Badan lo masih sakit kan?"

"Gue bisa jalan," jawab cewek itu pendek, ia menghentakkan lengannya pelan agar pegangan Dana terlepas.

Dana mendesah. "Biar gue anter pulang," katanya.

Mara mengernyit menatapnya. "Gue bisa pulang sendiri."

"Gue anter lo pulang," nada bicara Dana terdengar final.

Mara menggeleng. "Gue bisa pulang sendiri," ulangnya sedikit jengkel, langkahnya ia percepat untuk melewati setiap ruangan menuju pintu utama dimana ia bisa membebaskan diri dari rumah itu. namun lengannya lagi-lagi ditarik, kali ini terkesan lebih kasar seakan yang menarik lengannya tak lagi sabar menghadapinya.

"Gue yang bawa lo ke sini, jadi gue yang anter lo pulang. Ngerti?"

Tatapan tajam yang di berikan Dana entah mengapa membuatnya tak bisa berkutik. Yang bisa ia lakukan balik menatap dengan sedikit rasa terintimidasi, namun tatapan mata mereka terputus ketika cowok itu menarik lengannya mengikutinya keluar rumah menuju mobil.

***

Mara memeluk tasnya sambil kepalanya menghadap jendela. Sambil bersender, matanya melirik jalan raya ke arah rumahnya.

Dana meliriknya berkali-kali di samping dirinya mengemudikan mobil. Mara diam sedari tadi, dan hal itu malah membuat Dana tak hanya memfokuskan diri pada jalanan di hadapannya tapi juga pada Mara. Entah apa yang membuat cewek itu keras kepala, atau bahkan terlihat membencinya, Dana tak tahu.

Tapi satu yang pasti, rasa penasarannya semakin muncul untuk tahu tentang cewek di sebelahnya lebih dari yang ia tahu sekarang.

"Stop-stop!"

Satu suara menyentakkannya, Dana mengernyit. "Yang mana rumah lo?"

"Berhenti aja di sini."

Dana akhirnya mengerem mobilnya hati-hati hingga berhenti di pinggir jalan raya yang luas dan tak ada satu pun rumah ada selain ruko ataupun warung-warung di sekitarnya. Jadi, yang mana rumah Mara?

Lalu, satu tebakkan muncul di otaknya.

"Berhenti di sini terus lo jalan sampe rumah lo gitu?"

Mara menyipitkan mata kesal, ia mulai tak sabar. "Lo tuh kenapa sih?!"

"Elo yang kenapa! Lo masih nggak percaya sama gue? Denger, gue bukan orang jahat yang mesti lo waspadain untuk nggak ke rumah lo. Gue nggak akan rampok rumah lo, mau itu rumah lo gedongan atau sampe gubuk reyot sekalipun." Dana mendesah pelan, "Atau ada lagi? lo mikir gue mau macem-macem sampe di sana? Niat gue Cuma satu, nganterin lo pulang dengan selamat. Karena lo kayak gini sendiri itu karena gue," katanya, "Jadi bisa nggak, lo duduk manis aja di sini sambil tunjukkin gue jalan rumah lo kemana?"

Satu sentakan tadi membuat Mara terdiam dengan sedikit rasa bersalah dalam dirinya. akhirnya ia menjawab, "Lurus aja, sampe ada perempatan belok kiri."

***

Now it's time for me to introduce... Ardana Dika Mahesa or the one you always call by Dana. Baru ngeh juga namanya ada Ardan Ardan-nya (if you know what I mean hahaha). let's hope this guy not ruin you imagination about Dana. But if it is, kalian boleh pake siapapun yang menurut kalian cocok jadi Dana buat gambaran selama kalian baca cerita ini <3

 But if it is, kalian boleh pake siapapun yang menurut kalian cocok jadi Dana buat gambaran selama kalian baca cerita ini <3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Once again, don't forget to add this book  on your library, give vote/comment if you like, and follow this account. ofcourse you can follow my main account too, it's dhitapuspitan on ig. See you on tuesday? xx

- Dhita

TrustWhere stories live. Discover now