18. PENGHUNI BARU

Começar do início
                                    

Seseorang yang berpotensi mengacaukan segala hal di dalam hidup Jenaro.

Sebagai bentuk hukuman untuk kelancangan dan keberanian Oife yang tidak ada tandingannya, kali ini hukumannya berbeda. Jenaro akan menyiksa batin juga raga Oife dengan cara yang sudah dia rangkai di dalam kepalanya.

"Naro, badanku lemes banget. Kepalaku juga pusing." Jena mengadu sambil memijat pelipisnya. Bertepatan mobil yang dikendarai Galan yang mana Jenaro menyuruh sepupunya itu menyupirinya sampai ke kediamannya.

"Mual juga gak?" tanya Jenaro menggantikan tugas Jena memijat pelipis cewek itu.

Jena menggeleng lemas, "Aku kenapa, ya?" tanyanya heran. Jenaro yang paham sekali apa yang terjadi pada Jena cuma bisa menampilkan seulas senyum seolah Jena baik-baik saja.

Membuka pintu mobil, Jenaro memapah Jena masuk ke dalam rumahnya. Jenaro pun berujar, "Kamu hari ini nginep di rumahku aja. Tidur di kamarku. Besok pagian aku anter pulang."

Jena mengangguk setuju. Keduanya berjalan bersisian meninggalkan Galan disusul Oife yang muncul dari pintu penumpang bagian depan. Oife tersenyum kecut. Bahkan eksistensinya saja diabaikan. Oife tahu diri kok dirinya siapa diantara Jenaro dan Jena. Ingin protes percuma. Oife tidak diberi kesempatan untuk itu.

Galan yang melihatnya cukup mengerti apa yang Oife rasakan. Galan merasa tidak berhak mencampuri dan hanya bisa menyemangatinya.

"Jangan ambil hati kelakuan Jenaro ke lo, ya, Fe. Jenaro aslinya gak sejahat dan sebajingan itu. Mungkin Jenaro lagi kesel karena nyokapnya masih nyuekin dia sampe sekarang. Terus malah lo yang kena imbasnya." Galan berusaha membuat Oife mengerti dan tidak terlampau sedih mengingat kelakuan Jenaro di Villa maupun di Bus. Galan pun tidak bisa berbuat banyak sebab dia tidak ingin menambah kebencian Jenaro padanya. Entahlah. Jenaro memang pendendam sekali.

Gara-gara Galan pernah mencurigai Jena bermain api di belakang Jenaro dan cowok itu memutuskan memberitahu Jenaro. Jenaro jelas tidak terima tunangannya dituduh begitu. Alhasil, Jenaro marah lalu beberapa hari setelahnya Jenaro menemui Galan. Mengatakan jika Jenaro tidak akan menganggapnya sepupunya lagi. Jena-nya cewek baik-baik. Enak saja dituduh berkhianat.

"Lo sakit, Lan?" Oife terkekeh, "Gue gak papa kali. Santai aja. Mau tuh cowok nganggap gue selingkuhannya mah gue bodo amat. Gue gak merasa punya pacar kayak dia."

"Hm, lo gak sakit hati gitu lihat kedekatan mereka?" tanya Galan, hati-hati.

"Ya gak lah. Terserah Naro mau ngelakuin apa aja sama Jena, gue tetap gak peduli."

Galan menepuk pelan bahu Oife. Senyum menawannya terukir, "Kalo butuh temen curhat selain Hebi, gue siap mendengarkan. Jangan sungkan telpon gue. Kita kan udah tukeran nomor."

"Makasih, ya, Lan. Gue belum kenal lama sama lo, tapi gue tau kalo lo orangnya baik banget." Oife berkata tulus yang mana Galan balas dengan usapan singkat di pucuk kepala Oife.

"Masuk, yuk, Fe. Tante Hazel pasti seneng dapet tamu secantik lo. Jadi nambah deh satu bidadari di sini."

"Bisa ngegombal juga lo, Lan. Dasar playboy cap kaleng-kaleng."

"Berhenti bilang gitu dong. Gue setia gini, ck." Galan mencebik.

Oife tertawa, "Gue gak percaya, Lan."

"Dih, pas di Villa katanya lo percaya sama gue. Sekarang kenapa beda lagi? Emang lo nih gak tetap pendirian. Gelud, jangan?"

"Hayuk, atuh. Gue mah oke-oke aja."

Gantian Galan tertawa, "Tahan banting juga lo, Fe. Salut gue."

"Gue cewek kuat, Lan. Masalah gini doang mah gue gak akan kalah." Karena di kehidupan gue yang sesungguhnya, gue udah capek jadi cewek lemah, gue udah capek kalah. Sambung Oife dalam hati.

JENARO Onde histórias criam vida. Descubra agora