09

100 17 32
                                    

Hai, ini cip! Hehe
Apa kabar kalian? Akhirnya aku update 😊
Ada yg merindukan kisah ini? Apa masih ada di library kalian? Semoga masih yaa 😅💜 (ini agak mengkhawatirkan LOL)
Dah itu aja, ENJOY THE STORY!

.
.
.

Matahari telah mengasingkan diri, sedangkan rembulan dengan sigap maju menggantikan. Kala itu Jimin baru saja memarkir mobil di garasi rumahnya. Ini pertama kalinya ia pulang terlalu larut. Deru mesin yang belum dimatikan menjadi lantunan malam yang sanggup diterima rungu. Netra yang menyuratkan kekosongan itu menatap lurus ke depan. Memperhatikan bagaimana cahaya yang lahir dari lampu depan mobil menjadi satu-satunya yang mampu Jimin tatap dengan lamat.

Payah.

Jimin berdecak. Merutuki diri sendiri sepertinya telah menjadi kebiasaan. Rasa kesal di hati ia lampiaskan  dengan mencekik stir mobil yang tak bersalah. Sedangkan kepalanya secara pasrah ia tumpukan pada stir tersebut. Hembusan napas yang kian berat menjadi bukti bahwa Jimin tidak baik-baik saja.

Harinya kacau setelah mendapat panggilan dari Jungkook. Saat rungunya dengan jelas menangkap kalimat yang Jungkook lontarkan, saat itu juga fungsi otaknya mendadak mati. 

“Hyung, ibu akan ke Seoul. Katanya ingin kerumahmu. Bersiaplah. Dan… hati-hati.”

Kalimat itu tak henti-hentinya berdengung. Jika sederet kalimat tersebut adalah suatu wujud yang mendapat tawaran dari Tuhan untuk menghantui jiwanya, maka kalimat itu telah mendapat bayaran paling besar. Sebab kini, meski telah lewat berjam-jam dari masa di mana kalimat tersebut dilontarkan, Jimin belum juga tenang dan merasa dihantui.

Drama apalagi yang Tuhan mainkan? Jimin merasa kata “kehidupan” hanya topeng untuk menutupi segala macam drama yang sengaja Tuhan beri arti. Bagaimana bisa disebut kehidupan saat Ia membuat makhluknya merasa tak hidup?

Sial! Sial! Sial! 

Untuk yang kesekian kalinya Jimin melontarkan umpatan. Bedanya, tangan yang tadinya sibuk mencekik stir mobil kini beralih untuk memukulnya secara brutal. Seakan-akan ia tengah memukuli seseorang yang baru saja melakukan dosa paling besar. Tetapi kemudian, ia melebarkan matanya, meneguk saliva yang tercekat di tenggorokan, saat tangannya meleset dan malah memukul klakson hingga menimbulkan suara bising. 

Lihat? Lihat bagaimana semua yang Jimin lakukan hari ini menimbulkan malapetaka? Dapat dipastikan ulahnya barusan menjadi pelaku yang membangunkan dua wanita kebanggaannya yang mungkin sedang tertidur pulas di dalam rumah. Bahkan anjing tetangga pun menggonggong tanda tidurnya terganggu.

Lantas Jimin hanya bisa membiarkan oksigen yang telah tertukar dengan karbon dioksida meloloskan diri dari dalam tubuhnya. Ia menutup netranya. Sekuat tenaga mencoba mencari kewarasan yang tersisa di kepalanya. Namun sepertinya kepalanya kelewat pecah berserakan sampai-sampai Jimin menghabiskan masa menutup mata lebih lama dari yang ia kira. 

Sekiranya Jimin kembali mampu menguasai diri, maka tak lama setelahnya Jimin menggerakan tangannya untuk memutar kunci demi membunuh deru serta cahaya lampu dari mobilnya. Lalu meraih barang-barang yang akan ia bawa masuk ke dalam kediamannya. Hingga akhirnya Jimin keluar dari mobil. Kendati langkahnya gontai, setidaknya itu masih mampu membawa Jimin sampai ke depan pintu rumah.

Tangannya terangkat untuk memencet bel, tetapi ia urung sebab takut menganggu Yeseul. Maka ia mengalihkan pandangannya menuju pot kecil berbentuk kotak diatas meja teras, tempat dimana dirinya dan Yeseul sepakat menaruh  kunci cadangan rumah. Setelah mengambil kunci dengan bandulan bintang tersebut, Jimin lantas memasukannya ke dalam lubang kunci pintu. Memutarnya secara hati-hati demi meminimalisir suara yang ditimbulkan.

RED THREADDonde viven las historias. Descúbrelo ahora