06

127 20 110
                                    

Selamat malam minggu 💜
Kuharap kebahagiaan selalu mengiringi langkah kalian 💜💗💜
Jangan lupa di klik bintangnya 🌟
Happy Reading 📖💜

.
.
.
.

Toko bunga yang bertuliskan Park’s Florist pada bagian depan serta pintunya dengan jelas nampak cerah menyaingi mentari pada pukul 1 siang di Seoul. Beberapa pot bunga yang baru dibeli mulai menghiasi area depan toko tersebut. Harumnya yang bercampur dengan aroma toko roti di seberang sana membuat siapapun dengan telak bisa jatuh cinta. Tetapi mungkin bukan hanya karena itu. Seperti yang sudah diketahui banyak orang, terutama anak SMA yang gemar berlalu-lalang dengan sengaja. Datang bukan untuk mengisi perut pada toko roti di seberang sana ataupun membeli bunga untuk yang tercinta pada toko bunga ini, melainkan hanya untuk memperhatikan serta curi pandang pada pegawai disana. Cuci mata istilahnya. Mengingat betapa tampannya pelayan toko roti, serta tak tertinggal bagaimana Park’s Florist memiliki pegawai tetap dengan paras yang cukup tampan. Berbadan tegap. Harum sebab sering berkecimpung dengan bunga. Serta terlihat manis dengan garis-garis halus pada ujung mata dan hidung nya ketika tertawa.

Junyoung mulai membiasakan diri dengan pujian yang orang-orang berikan padanya. Toh, semua sama-sama bilang dia tampan dan manis. Junyoung juga sudah membiasakan diri memasang wajah yang super manis jika ada pelanggan yang datang atau hanya sekedar lewat. Tujuannya untuk memberikan kesan ramah terlebih mengingat bahwa ia adalah pegawai toko bunga. Bukan pagawai toko tato, miras, atau tempat produksi senjata- yang dimana langsung terbayang akan pekerja dengan muka sangar. Sepintas teringat bagaimana Yeseul pernah mencoba "membunuhnya" sebab melihat review di internet bahwa Park’s Florist memiliki pegawai yang jutek. Sungguh! Junyoung tidak mau itu terulang lagi. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri.

Terlepas dari itu semua, meski Junyoung diharuskan memasang wajah manis terbaiknya, tetapi hatinya tengah kesal bukan main. Niat diri ingin langsung masuk ke dalam toko setelah menjejerkan koleksi bunga baru untuk dipromosikan, kemudian berbenah sedikit di dalam. Namun niatnya terbatalkan sebab suatu suara yang sangat familier di rungu menarik atensi nya. Padahal kemarin saja dia sudah sekuat tenaga menahan emosi, jangan sampai hari ini ia melepaskannya.

"Permisi, apa kau pegawai disini?" Tanya orang tersebut. 

"Apa dia buta? Dia tidak melihat nametag di dadaku ini? Ya Tuhan, aku ingin sekali mencolok matanya!!!" Ucap Junyoung dalam hati diiringi dengan beberapa kata umpatan yang tidak diberitahu sebab tidak layak untuk dibaca apa lagi dicontoh.

"Oh! Sepertinya aku mengenalmu, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" 

"Anak ini betulan idiot" Mungkin ini yang diucapkan Junyoung dalam hati. Tetapi lain dengan apa yang ia ucapkan pada mulutnya. "Kau pernah mengunjungi toko ini beberapa hari lalu, Tuan." Junyoung menahan segala emosi yang terpendam dengan hanya tersenyum sementara tangannya yang terkait di belakang tubuhnya tengah mengepal keras. 

"Aku tahu kau tengah mengumpat padaku." Pria itu menjeda kalimatnya, tersenyum, kemudian melanjutkan, "Cukup berbasa-basinya. Halo, Jun." Sapanya sembari melambai kecil.

"Kau mengingatku ternyata, Taehyung-ssi." Jawab Junyoung singkat. Junyoung tidak mengerti. Bagaimana bisa Taehyung berucap setenang dengan wajah tersenyum seperti itu padahal ia baru saja menyapa pria yang 7 tahun lalu pernah mendaratkan pukulan telak pada pelipisnya?

Disisi lain, Taehyung memperhatikan penampilan Junyoung secara keseluruhan. Kemeja warna putih tulang sebagai atasan yang dipadu dengan ripped jeans serta ikat pinggang yang melingkar kuat pada pinggang rampingnya. Sepatu converse hitam serta beberapa gelang tangan sebagai pelengkap. Kemudian dipermanis dengan nametag yang baru Taehyung sadari keberadaanya. Benar-benar terlihat beda. Mengaggumi sekilas bagaimana seseorang bisa berubah secepat ini. 

RED THREADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang