"Tapi menurut gue, Bulan cukup beruntung."

Aku pun menoleh, menatap Tania yang sedang memangku wajah."Apaan?"

"Dia nggak terlalu menderita." Tania mengangkat bahunya. "Ya ... walaupun sempat masuk rumah sakit dan keluarganya mis—"

"Yang gue maksud Laura."

Aku semakin tidak mengerti dengan ucapan Tania. Yang sedang kubahas di sini adalah si Laura yang kembali menjadi "bulan-bulanan" penulis. Tidak cukup diberi peran antagonis, Laura pun harus mati dengan cara mengenaskan seperti itu. Setelah mati pun, ia tidak akan dikenang karena perannya saja sudah buruk. Tidak ada yang ingin menjadi peran antagonis, apalagi semenyedihkan Laura.

"Nah, itu!"

Tania berseru keras, dan langsung disambut desisan dan lirikan tajam dari pengunjung perpustakaan yang lain. Menggigit bibirnya karena malu, Tania membungkukkan badan—menenggelamkan kepalanya di atas meja. Lalu, ia pun menggeser kursinya lebih dekat denganku. Tanpa permisi, ia mengambil ponselku dan menggerakan jarinya dengan lincah di platform novel online itu.

"Itulah kenapa gue kesel!" meski suaranya pelan, aku bisa merasakan amarahnya. "Masa' peran utama hampir mati gara-gara jadi kambing hitam, sih? Nggak lucu banget!"

Dahiku berkerut. "Bukannya Laura itu antagonis?"

"Lo baca novel apa, sih?"

Namun, sebelum aku memberi jawaban, Tania menyodorkan ponsel ke depan wajahku. Layar ponselku masih menampilkan platform yang sama, tapi ada satu titik yang membuat mataku membulat. Dengan cepat, kusambar ponsel itu dan memastikan kalau mataku tidak salah lihat. Benar, nama penulisnya masih sama—BlackFlower00, tapi novelnya yang ditulisnya bukanlah "Rembulan" melainkan ....

Laura.

"Novel ini ... bukannya "Rembulan"?"

Aku masih tidak bisa percaya. Tidak ada karya lain dari penulis itu selain novel "Laura". Novel yang sudah dibaca dua juta kali itu memiliki poster dengan nuansa yang sama dengan novel "Rembulan", hanya saja judulnya berubah. Berkali-kali kucoba untuk mencari novel berjudul "Rembulan" di platform itu, tapi tidak ada. Novel itu menghilang seperti buih di pantai.

"Ngaco lo!" Tania mengibaskan tangannya di depan wajahku, membuatku kembali tersadar.

"Kalau pun ada novel tentang Bulan, gue nggak mau baca! Mana ada yang mau baca cewek jahat jadi tokoh utamanya."

Kepalaku tiba-tiba sakit mendengar ocehan Tania. Sejak kapan Bulan mendapat peran antagonis? si penulis jelas-jelas memberikan kesempurnaan karakter pada Bulan. Cantik, pintar, baik hati, pekerja keras—bagian mana yang jelek? Peran antagonis harusnya hanya untuk Laura. Apa mungkin Tania salah membaca novel?

"Lo baca di forum pembaca nggak sih? Semua setuju kalau Bulan tuh cuma pura-pura polos, sok baik, deketin Laura cuma ada maunya," lanjut Tania, sambil membawa kursinya ke tempat semula.

"Dia pasti sekongkol sama Ian buat celakain Laura. Sampai sok kecelakaan dan pingsan segala supaya Dylan nyalahin Laura lagi." Tania masih mengoceh dan aku mendengarkannya dengan kepala mengawang. "Si Ian psikopat! Siapa yang bully Bulan, siapa yang dijahatin! Gila! Pasangan itu emang gila!"

Napasku terhenti.

Dadaku diserang rasa sakit hebat.

Tepat setelah Tania mengatakan Bulan-lah yang harus bertanggung jawab atas kematian Laura, aku tidak bisa berpikir jernih. Semua ingatanku akan Laura bercampur aduk. Laura yang selalu berusaha menjalani hidupnya dengan baik. Laura yang berusaha membuat orang di sekitarnya tersenyum. Dan Laura yang tidak ingin berakhir menjadi antagonis menyedihkan lagi.

VillainWhere stories live. Discover now