Prolog

138K 9.7K 338
                                    

[... Mobil itu berbelok tajam. Laura membanting setir mobilnya ke kanan, menuju parit sempit yang dipenuhi semak dan pepohonan. Cahaya terang yang harusnya menghantam gadis itu, kini berbalik menghantam Laura. Ia sama sekali tidak menyangka akan mengakhiri hidupnya dengan mengenaskan seperti ini, dengan menyakiti dirinya sendiri agar laki-laki itu selamat bersama gadis pujaannya.]

"Asli. Kenapa Laura bego banget!"

Aku tidak tahan untuk tidak mengumpat saat membaca novel online itu. Meski kata si penulis bab yang tersisa hanya tinggal beberapa, aku sudah tidak begitu menantinya. Semua tertebak—sebuah akhir yang bahagia. Akhir bahagia memang bagus, aku pun suka, tapi rasanya terlalu klise jika cerita ini diakhiri dengan "membunuh" si karakter antagonis.

Tapi kalau dipikir lagi ... seluruh isi novel ini memang klise. Tipe sebuah cerita klasik "Cinderella", yang mana ada tokoh gadis miskin yang jatuh cinta pada cowok kaya raya plus pintar plus ganteng. Huft ... aku hanya bisa menghela napas. Sudah hampir tiga bulan aku mengikuti novel online ini, tapi tetap saja aku kesal dengan jalan cerita klise plus cringe itu.

Dan anehnya, aku tetap membaca itu, loh!

Mematikan ponsel, aku pun membuang pandangan ke luar jendela KRL yang kini tengah melaju. Hari ini kuliahku memang lumayan padat, jadi baru bisa pulang ke rumah menjelang malam. Daripada kendaraan umum lainnya, KRL memang paling efektif. Yah, meski risikonya harus tahan berdempetan dengan ibu-ibu bawel dan rela berdiri selama tiga puluh menit sampai stasiun tujuan. Dan untuk menghilangkan kejenuhan itu—ditambah stres akibat tekanan untuk mencari bahan skripsi semester depan—aku biasanya membaca novel online dari ponsel selama perjalanan.

Lumayan ampuh, sih, meski rasa geli dan emosi aneh itu selalu ada ketika aku membacanya.

Oh, iya, omong-omong tentang novel itu, Laura sebenarnya bukan tokoh favoritku. Tidak juga Bulan dan Dylan—sang tokoh utama. Aku hanya kasihan jika kehidupannya diakhiri seperti itu. Di awal, ia memang tokoh yang baik—Laura adalah sahabat Bulan. Ia berasal dari keluarga kaya dan baik hati. Namun sayang, karena cemburu dengan kedekatan Bulan dengan Dylan, Laura jadi gelap mata. Ia mulai menghancurkan kehidupan Bulan, meski pada akhirnya hidup Laura sendiri yang kacau.

Harusnya kalau memang berniat mencelakai Bulan, sekalian saja mencelakai Dylan. Dengan begitu mereka berdua tidak ada yang memiliki akhir bahagia 'kan?

Kalau aku adalah si Laura, aku pasti meninggalkan Dylan untuk cowok yang lebih baik. Maksudnya, Laura itu kaya, ayahnya punya perusahaan besar, ia pun tidak digambarkan jelek. Pasti banyak cowok yang lebih baik dari si cuek Dylan. Dan zaman sekarang, kenapa juga masih mau dijodohin? Cari jodoh di sosial media atau aplikasi dating lebih ampuh dari perjodohan keluarga.

KRL yang kunaiki akhirnya tiba di stasiun tujuan. Sambil berjalan ke luar stasiun, aku pun memesan ojek online. Tidak sampai lima menit, ojek yang kupesan tiba di depanku. Aku pun segera memakai helm dan naik. Waktu tempuh dari stasiun ke rumah itu lima belas menit karena jalanan hari ini cukup padat. Tiba di depan rumah, aku hanya berterima kasih seadanya sambil menyerahkan helm. Pokoknya aku ingin segera mandi dan rebahan di kasur sampai waktu makan malam.

Ping!

Sebuah notifikasi masuk sebelum tanganku menyentuh kenop pintu depan. Kupikir itu chat Whatsapp dari Tania (karena semua notifikasi di ponselku itu bernada sama), tapi ternyata hanya notifikasi dari aplikasi novel online. Notifikasi itu memberitahukan kalau novel "Rembulan" itu baru saja di-update.

Dahiku mengernyit. Tumben sekali novel ini update sampai dua bab sekaligus. Acuh tak acuh, aku pun menekan notifikasi itu sambil membuka pintu rumah. Aku tidak pernah menyangka sedikit pun jika tindakan kecil itu membawa perubahan besar di kehidupanku.



----------------------------

Reupload start!

Maunya aku full apa .... setengahnya aja nih? Hehe

Kalau mau full, ramein yaaaw~

VillainWhere stories live. Discover now