Bab XXXI. You Know

340 62 88
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Masuklah!"

Terbukalah pintu ek yang dipoles cantik itu dan tampaklah gadis berambut panjang gelombang yang menatapnya dingin. Gadis itu memakai mantel dan juga syal untuk menahan dinginnya udara di sini.

"Seperti yang kutunggu-tunggu, Leona. Silakan masuk." Greta menyambut Leona dengan ceria.

Leona masuk dan menutup pintunya. Ia tidak menghiraukan para penjaga yang menatapnya tajam. Fokusnya hanya pada Greta.

"Eno Delacour tidak mungkin membunuh Mr. Pevill. Ia sangat menghormatinya seperti ia menghormati guru-guru lain," kata Leona tegas tanpa basa-basi.

Greta mengambil cangkir teh di hadapannya sambil menyesap. "Buktinya mengarah pada gadis manusia serigala itu. Terjadi pertarungan dan Mr. Pevill berusaha melindungi Profesor Al saat Eno memberontak. Ya, dia memberontak saat hendak dibawa ke utara. Dia langsung kabur dan nahasnya bertemu Profesor Al."

"Kalau pun bertemu, ia tidak akan melakukannya!" bantah Leona dengan dingin.

"Lho? Belum selesai." Greta kembali menyesap tehnya lalu melanjutkan, "Ya, dia marah mungkin karena Profesor Al tidak membuka jalannya, jadi ia menyerang. Mr. Pevill--tentu saja sangat setia--tidak mungkin membiarkan Profesor Al dalam masalah. Maka ia melindungi Profesor Al walau ia tercakar oleh Eno. Cakaran yang dalam darahnya tidak berhenti. Mr. Pevill penderita leukemia, otomatis ia pun tidak tertolong."

Leona menyipitkan mata. "Apa benar... kejadiannya begitu?"

Greta mendengus. "Kau masih tidak percaya, tidak apa-apa. Toh kamu sama sekali tidak merugi, 'kan?"

Orang ini memancingku, ya? Leona menggeram.

"Oh, ya. Aku harap kau mau menerima tawaranku." Greta mengingatkan.

"Tawaran apa?" tanya Leona sambil mengernyitkan kening.

Greta terkekeh. "Tentu saja tawaran untuk melatih mentalmu sebelum kau dimasuki oleh api itu. Kau sudah berjanji padaku untuk bersatu dengan api itu. Sekarang, sebelum kau benar-benar bersatu, kau harus melatih mentalmu dulu. Aku akan membawakan seseorang untuk itu."

Leona tampak tidak memiliki pilihan lain, terlebih ia sudah menyetujuinya. Dengan tidak adanya Seo Byul, Eno, Nam Byul, Caroline, maupun Aiko, rencana sebelumnya akan jauh lebih sulit. Ia tidak mungkin merisikokan teman-temannya.

"Baiklah, kapan mulainya?" tanya Leona pelan.

"Saat sudah mulai pembelajaran. Setelah pelajaran selesai, temui aku di ruang latihan atas. Tidak ada lagi anak yang menggunakannya, jadi kita bisa latihan di sana," ujar Greta menjelaskan. "Ada lagi yang mau kau tanyakan?"

Leona menggeleng. "Tidak. Terima kasih, Profesor." Ia membungkuk dengan sopan walau sebenarnya sangat enggan melakukannya.

"Bagus." Greta tersenyum, senyum licik.

***

Hari-hari di Hadlewood dijalankan dengan semestinya. Mereka bahkan mengikuti pelajaran dengan baik. Entah kenapa, firasat yang tidak enak untuk menemukan Kai dengan kondisi di mana tidak ada satu pun penjaga mereka.

Terpaksa kelima Lachlers menjalankan aturan sekolah dan juga pelajaran-pelajaran sekolah dengan semestinya. Mereka tahu akan sulit jika memaksakan diri untuk menemukan Kai atau para penjaga mereka sehingga mereka tidak terlalu memaksakan kehendak. Dan Leona juga melatih mental untuk bersatu dengan api itu walau rasanya tetap sulit.

Walau mereka sedih tidak bisa menghabiskan waktu bersama--terutama Leona--mereka berusaha untuk menghibur satu sama lain supaya tidak bersedih. Amanda, Tony, Vinnie, dan Arrie menghibur Leona supaya gadis itu tidak terlalu memikirkan Kai. Ken pun terkadang juga ikut menghibur mereka agar selalu ceria.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Where stories live. Discover now