Bab V. A Fire Who Looking For His Master

640 81 116
                                    

Amanda, Vinnie, Tony, dan Arie tiba di sekolah setelah mereka kehilangan jejak Kai. Mereka sempat menduga bila Kai menghilang untuk mencari Leona. Karena itu, mereka tidak mau jika Kai sampai menghilang. Itu alasan utama mereka mengikuti Kai.

Namun Kai bagaikan kijang yang mengetahui posisi singa, ia bisa tahu jika mereka mengikutinya. Mereka kehilangan jejak Kai saat Kai memasuki kafe dan herannya, tidak ada satupun orang yang melihat Kai. Hal ini dikarenakana Kai sangat pintar dalam menyusup.

Kehilangan jejak yang terhapus tanpa sebab, mereka pun meninggalkan kafe dan memutuskan untuk kembali ke sekolah. Mereka sudah memutuskan jika Kai dan Leona tidak kembali sampai malam, mereka harus melaporkan adanya murid hilang pada pihak sekolah.

Saat ini, pemandangan di depan mereka adalah halaman depan sekolah. Tujuan mereka selanjutnya ialah taman belakang di mana mereka ingin beristirahat sambil berpikir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada sahabat mereka. Beruntunglah jika salah satu bangku taman kosong dan mereka pun menempatinya.

"Sialan! Ke mana anak bodoh itu pergi?" tanya Arie pelan.

"Anak bodoh? Itu untuk Kai atau Leona?" tanya Vinnie.

Arie mengendikkan bahu. "Mungkin... keduanya? Tidak... Leona tidak bodoh. Kai-lah yang bodoh karena bertindak bodoh dengan pergi tiba-tiba!"

"Kau mengataiku bodoh, ya?"

Sontak, mereka berempat terkejut lalu memutar kepala mereka. Berdirilah Kai di hadapan mereka dengan sorot tajam sembari menyilangkan kedua tangannya depan dada. "Tidak suka, ya, aku bertindak bodoh?"

"Kai! Kau..." Amanda terkejut, tidak punya kata-kata lagi untuk diucapkan.

Kai menghela napas panjang. "Setidaknya aku melakukannya untuk menemukan Leona."

"Namun itu ceroboh! Kau tidak tahu apa yang terjadi padanya," ucap Tony.

"Bagaimana jika dia memang membutuhkan bantuan... seperti saat itu?" Kai membalas tidak senang, dengan sorot mata yang lebih tajam dan nada yang dingin. "Kita tidak tahu soal itu."

"Apalagi kita sudah terkuak, dan berada dalam bahaya besar," celetuk Amanda.

"Bukan berarti kau seenaknya pergi sendirian juga, Kai." Vinnie mengingatkan, berkata dengan tatapan tajam. "Kau punya kami, ingat?"

Kai pun mengalah dan menghela napas. "Oke, oke. Maafkan aku."

"Kami melakukan ini karena kami peduli. Ngomong-ngomong, apa kau bertemu Leona?" Arie bertanya.

"Tadi dia di koridor." Kai membalas singkat.

"Oh, sudah kembali." Tony menggumam.

Kai mengangguk lagi, lalu mendengus. "Jadi, kalian mengikutiku karena itu?"

"Ya! Akan sangat repot jika kalian menghilang," ucap Vinnie seolah menasihati dua sahabatnya walau yang satu masih belum menampakkan wujudnya. "Kuharap kau sadar bila kami mengkhawatirkan kalian."

"Tenang saja, aku sadar." Kai tersenyum tipis. Pandangannya tertuju pada sosok yang baru saja membalikkan tubuhnya, seolah ia tertangkap basah oleh Kai dan untuk Kai sendiri, ia bingung kenapa sosok itu langsung pergi. Siapa itu?

"Kurasa, kita harus bertemu dengan Leona, benar?" ajak Amanda.

"Yeah. Ayo, Kai!" sahut Arie.

Kai pun mengikuti dari belakang, walau sekilas, ia sadar sosok tadi memperhatikan mereka begitu tajam, seolah menginginkan mereka lenyap begitu saja.

Apa lagi firasat ini?

***

Beberapa hari kemudian...

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Where stories live. Discover now