Bab VII. Destiny is Calling for You

605 82 111
                                    

Leona melangkah keluar dari kelasnya untuk duduk di bangku taman. Ia mendengus kesal mengingat lupa mengerjakan tugas Matematika Mr. Hans. Akhirnya, Mr. Hans menyuruhnya untuk membereskan buku-buku pribadi gurunya itu di kelas.

Pelajaran sudah dimulai seminggu yang lalu dan semua berjalan tanpa tidak terjadi apapun. Hanya saja, penggunaan senjata masih dilarang walau semua anak mendapatkan jatah senjatanya. Peraturan ketat Greta pun lama-lama dijalankan dengan semestinya.

Namun, Leona masih ingat pertemuannya dengan api itu. Ia belum melihatnya lagi sejak malam itu dan sejak ia tidur di ruang pribadi, ia tidak lagi memikirkan api secara mendadak seperti saat di kamar mandi itu. Tetap saja, ia penasaran kenapa ia bisa merasa seperti itu.

"Leona, kau kelihatan murung," cerocos seseorang di hadapan Leona tiba-tiba. Leona mendongak, Tasya.

"Mr. Hans memberi hukuman berat. Aku telat untuk kumpul bersama teman-temanku," balas Leona.

Tasya mengangguk paham. "Tenang saja. Ngomong-ngomong, kau melihat Seo Byul?"

Leona mengernyitkan dahi lalu menggeleng. "Tidak... untuk waktu yang cukup lama."

"Tiga hari ini dia izin untuk keperluan. Namun, sikapnya aneh, seolah ia dikejar setan." Tasya memikirkan memorinya.

"Tunggu sebentar, dikejar setan?" tanya Leona bingung.

Tasya mengangguk. "Iya. Aku tanya Eno juga dia tidak tahu kenapa Seo Byul bisa begitu."

"Aiko dan Caroline juga tampak biasa saja," gumam Leona. "Di mana Eno?"

"Tidak tahu. Mungkin dia ada urusan penting." Tasya berpendapat. "Sebaiknya kau jauh-jauh dari masalah, Leona. Aku tak mau kamu celaka."

Leona tersenyum. "Akan kulakukan."

Mereka pun berpisah. Leona melangkah menuju ruang ramuan, bukan ke taman belakang. Ia melihat ruang ramuan tidak terkunci, membuatnya mudah masuk. Di dalam, terlihat Eno sedang duduk dengan Caroline.

"Hai, Leona." Caroline menyapa.

"Hei... kalian melihat Seo Byul?" tanya Leona langsung.

"Seo Byul? Eno, kau lihat?" tanya Caroline.

Eno sedang membaca bukunya menengadah. "Izin, ada keperluan, tapi aku tidak tahu." Ia pun menatap Caroline. "Bukannya kau sudah kuberitahu kemarin dia ada urusan sampai besok lusa?"

"Benarkah? Kau memberitahuku?" tanya Caroline setengah menaikkan satu alisnya.

"Aku terkejut kau lupa." Eno menutup bukunya. Leona melirik judul yang tertera di sampul, Night of Scream.

"Itu buku tentang apa?" Leona bertanya sambil duduk di sebelah Eno.

Eno menunjukkan buku itu. "Ah, tentang makhluk-makhluk malam dan penyelesaiannya dengan mereka."

Leona menganggukkan kepala, lalu menghela napas. Seo Byul sedang pergi dan ia memiliki banyak pertanyaan di kepala mengenai wanita dalam mimpinya itu. Ia merasa bahwa Seo Byul mungkin tahu penyebabnya karena kemarin ia sudah menjelaskan pada Aiko dan gadis itu tidak tahu apa yang terjadi.

Ia pun baru ingat ia harus menemui teman-temannya. Karena itu, ia pamit dan langsung menuju ke taman belakang, di mana teman-temannya sudah menunggu dengan antusias. Setelah melihat dirinya, mereka menghela napas.

"Kukira kau tidak akan muncul," ucap Amanda sambil menolehkan kepalanya.

Leona menyengir sambil menggaruk kepalanya. "Tidak."

"Duduklah!" Kai menyuruh Leona duduk di kursi yang ia duduki.

"Ah, jadi itu untuk Leona, ya. Pantas saja kami tidak boleh," kata Arie sambil mendengus.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Where stories live. Discover now