Bab III. When You're Trusted...

609 76 111
                                    

Ruang makan Istana Kerajaan Terbesar tampak penuh dengan menu sarapan. Kentang tumbuk dan panggang, ayam panggang, roti, selai kacang, sayuran rebus, daging asap, serta susu sudah tersedia. Anggota kerajaan inti pun sudah siap di ruang makan dan dipersilakan untuk menikmati sarapan mereka terlebih dahulu.

Lampu gantung dengan sumber cahaya utama lilin di tengah ruangan juga membuat suasana terlihat hidup. Para pelayan mondar-mandir membersihkan lantai serta ornamen lain dalam ruang makan. Mereka juga tidak sungkan untuk mengangkat piring kotor bekas makan pagi anggota kerajaan.

Di ujung meja makan sebelah utara, Raja Zandars menikmati roti dengan selai kacang beserta susunya sementara Will yang duduk di sebelah kanan ayahnya menikmati roti dengan daging asap, sayuran rebus, dan kentang makan. Tak lupa segelas susu juga menemani sarapannya. Adiknya Freya duduk di sisi kiri ayahnya sembari menikmati jus jambu kesukaannya dan dibuat khusus untuknya dengan kentang tumbuk yang ditemani sayuran rebus serta ayam panggang.

Owen si penasihat kerajaan berdiri di sisi kanan belakang Raja Zandars, menunggu sang raja menghabiskan sarapannya. Ia memiliki berita namun raja akan mendengarkan beritanya setelah sarapan--jika tidak mendesak. Freya melirik ayahnya yang masih menikmati sarapannya. Hatinya sejak tadi tidak tenang.

"Ayahanda," panggil Freya lembut.

"Ada apa, Freya?" tanya Raja Zandars sambil mengalihkan perhatiannya pada Freya.

Freya menunduk, merapikan anak rambutnya yang agak mengganggu lalu kembali menatap sang ayah. "Apakah hukuman untuk Profesor Al akan ditentukan hari ini?"

Seketika, semua orang menghentikan aktivitasnya. Will meletakkan garpu lalu menatap tidak senang pada Freya sementara kerja para pelayan sempat berhenti sejenak setelah mendengar ucapan Freya. Raja Zandars menghela napas panjang, lalu menegakkan punggungnya sembari menatap putrinya dalam.

"Kita sedang makan. Jangan bahas apapun yang berkaitan dengan kasus," tegur ayahnya, sembari memberikan isyarat pada putrinya lewat gerakan mata mengenai para pelayan.

Freya sudah tahu hasilnya akan begitu dan mengangguk. "Aku paham, Ayahanda. Maafkan aku." Ia menundukkan kepala.

Raja Zandars mengelap mulutnya dengan serbet. "Kalau begitu, bersiaplah setelah kau menghabiskan sarapanmu lalu temui ayah." Beliau pun beranjak dan keluar dari ruang makan sambil diikuti Owen.

Freya masih di ruang makan bersama Will yang masih makan. Will memberikan isyarat gerakan mata mengenai pembicaraan Freya tadi dengan ayah mereka, lalu Freya mengangguk. Ia sudah tahu para pelayan juga bisa saja salah seorang mata-mata, yang mana, membuat Freya tidak pernah tenang. Sama seperti perasaannya pada Greta, anak buah Adion.

Seusai makan, Freya kembali ke kamarnya untuk bersiap lalu pergi ke kamar ayahnya. Ia mengetuk lalu dibukalah pintu itu oleh Owen dari dalam. Freya pun membungkukkan setengah badan sementara Owen membungkuk dalam.

"Yang Mulia Tuan Putri," ucap Owen.

"Owen." Freya tersenyum. "Sampaikan pada Will untuk menemuiku di kamar setelah aku berbicara dengan ayah."

Owen mengangguk. "Baik, Yang Mulia. Saya permisi." Ia pun segera berlalu.

Setelah Owen menghilang dari pandangannya, Freya langsung masuk dan menutup pintu kamar ayahnya. Tampak sang ayah sedang duduk di meja kerjanya.

"Freya, ada apa?" tanya Raja Zandars.

"Ayah, apa benar hukuman untuk Profesor Al hari ini?" Freya memberanikan diri bertanya.

Raja Zandars menarik napas panjang lalu mengembuskannya pelan. "Ayah tidak tahu, Nak. Kemungkinan besar, iya."

"Kenapa ayah tidak tahu?" tanya Freya agak kesal.

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Where stories live. Discover now