About DAREN

18.7K 1K 94
                                    

Hargai dengan vote and komen, yah.
Sengaja buat ini demi para readers.
💜💜💜💜

Daren duduk di bangku tunggu dengan cemas. Di depan ia duduk adalah ruang bersalin adiknya. Sungguh, ia sangat takut terjadi sesuatu yg tidak diinginkan. Di dalam sana ada adik kesayangannya yg sedang berjuang melahirkan anak pertamanya bersama Bram, sang suami.

Ia memainkan jemarinya gugup. Melirik ke samping ada ibu dan ayahnya yg juga sedang menunggu dengan cemas. Mereka tak henti hentinya berdoa yg terbaik untuk Laura. Maklum, ini kelahiran cucu pertama, keponakan pertama keluarga Kimberly.

Oekkk..

Serly dan Kris langsung bangkit dari duduk. Daren yg sedang menunduk langsung menatap ruangan sang adik. Itu tadi suara seorang bayi. Adiknya sudah melahirkan...

Perlahan mata Daren berkaca-kaca. Masih tidak menyangka kalau adik kecilnya sudah menjadi ibu. Ia bangga dengan Laura.. terlebih ia memiliki pendamping seperti Bram.

Air mata Daren turun dari ujung matanya. Mendengar suara bayi tadi membuat dadanya berdebar. Itu suara tangis pertama seorang manusia, Daren baru mendengarnya sehingga ia sangat tersentuh..

Cklek'

Seorang dokter ber name tag Aurora keluar dari ruangan dengan jas dokternya. Ia membuka masker dibibir nya dan berhadapan dengan Daren, Kris dan Serly.

Daren langsung menghapus air matanya saat Aurora melirik. Seorang lelaki gentle tidak menangis. Dan Daren langsung maju menghadap si dokter cantik. Mata hijau Aurora menatap bingung ke arah Daren.

Daren menggaruk tengkuknya "b-bagaimana keadaan adik saya, dok?"

Aurora tersenyum kecil "proses melahirkan nya lancar. Ibu dan bayi sama-sama sehat. Kalian boleh menjenguk pasien, hanya saja tunggu satu jam lagi.."

Serly memegang tangan Aurora spontan "apa jenis kelamin cucuku?"

Aurora kembali tersenyum canggung "untuk jenis kelamin akan dokter beritahu di dalam. Kalian bisa masuk nanti.."

Serly dan Kris mengangguk bersamaan. "Kalau begitu saya permisi.." pamit Aurora

Setelah mendapat izin, Aurora melangkah menjauh dari mereka tanpa tau kalau Daren melirik punggungnya diam-diam hingga Aurora hilang di persimpangan lorong.

Setelah menunggu satu jam, mereka pun diperbolehkan masuk. Daren kembali merasakan tersentuh kala melihat Laura sedang menyusui bayinya. Sungguh, bayi mereka sangat mungil dan rapuh.. Daren jadi ingin memiliki satu yg seperti itu.

"Bu, aku ke kantin sebentar."

Setelah pamit, Daren langsung pergi kekantin rumah sakit. Tenggorokannya terasa kering, sejak tadi ia belum ada minum. Bahkan rapat pentingnya bersama penanam saham lainnya harus ia korbankan karna kepanikan. Terlebih Daren tidak pernah sarapan pagi.. ia hanya selalu meminum kopi sebagai pengisi paginya.

Daren memesan sebotol air mineral dan satu gelas kopi. Tak menunggu lama, secangkir kopi pun datang bersamaan dengan air mineral. Hanya karna kopi, Daren tersenyum kecil. Segera ia menyesap kopi panas itu dengan meniupnya terlebih dahulu..

"Minum kopi dengan perut kosong dapat memperbesar efek stimulasi. Nanti, perut akan menghasilkan asam lambung yang tinggi. Akibatnya kau akan mulas dan menyebabkan sakit di usus kecil dan lambungmu" ucap Aurora

Daren hampir saja menyembur kopi yg ada di mulutnya. Aurora tersenyum dan mengambil duduk dihadapan Daren. Sementara Daren masih terdiam dengan kebingungan..

"Boleh aku duduk disini? Aku tidak suka makan sendirian." Ucap Aurora

Daren mengangguk cepat dan gelisah "b-boleh.."

K I D N A P P E D ✓Where stories live. Discover now