28. Makam

19.8K 1.8K 39
                                    

Vote and komen jangan lupa
.
.
.
~- HAPPY READING DEAR -~

Dengan membawa sebuket bunga, Bram dan Laura memasuki area pemakaman dimana ayah Bram di makamkan. Mereka memakai baju hitam sebagai bentuk penghormatan. Sore ini cuacanya sangat sejuk karna langit sedang mendung..

Laura bisa merasakan tangan Bram yg mendingin juga berkeringat di genggaman nya. Dengan lembut Laura sedikit meremat tangan Bram hingga lelaki itu menatap ke arah Laura dan tersenyum menenangkan

"Semua akan baik-baik saja" ucap Laura

Bram mengangguk dan berbelok menuju area makam sang ayah. Masih sama di satu lokasi makam ibunya, hanya saja berbeda tempat pemakaman nya. Sebenarnya Bram ingin memakamkan ayah nya di sebelah makam ibunya tapi tidak bisa.

 Sebenarnya Bram ingin memakamkan ayah nya di sebelah makam ibunya tapi tidak bisa

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Mereka tiba di depan makam sang ayah yg masih tampak segar dan cantik. Laura duduk di kursi sebelah makam ayah Bram dan menuntun calon suami nya duduk juga.

Laura melirik ke arah Bram yg sedang menatap dalam makam ayahnya. Laura paham dan ia mengerti apa yg di rasakan Bram, jadi dia hanya diam dan menunggu waktu yg tepat untuk memulai ucapannya.

Rangkaian bunga cantik Laura letak di dekat kepala makam, di bawah rangkaian nama ayah Bram. Laura berjongkok disebelah makam agar lebih dekat dan mengelus makam ayah Bram.

"Selamat sore ayah.." sapa Laura

Bram menatap sendu ke arah Laura. Sebisa mungkin ia tidak menangis karna tau kalau Laura juga akan ikut menangis. Ia melihat Laura mengelus makam ayahnya lembut..

"Saya Laura. Calon istri Bram.." Laura mendongak dan pandangannya bertemu dengan mata Bram

Laura menatap ke arah makam lagi "ayah berhasil mendidiknya. Bram jadi anak baik dan pemberani. Ia juga lelaki penyayang." Bram tersenyum senang mendengar nya

"Bram memang baik.." balas Bram yg ikut berjongkok di sebelah Laura

Laura tersenyum "Bram ingin kami menikah cepat. Dan semoga ayah merestui kami."

Bram menatap tulisan nama ayahnya lama lama. Di sana juga ada foto Jo yg di ambil saat ayahnya sedang berpidato, masih tampak muda dan tampan seperti Bram.

"Laura tidak tau bagaimana rupa ayah, bagaimana sifat dan karakter ayah. Tapi Laura yakin kalau ayah sosok malaikat baik hati yg selama ini Bram kagumi." Ucap Laura lagi

Laura menggenggam tangan Bram erat membuat lelaki itu kembali fokus. Ia menoleh dan menatap ke arah Laura yg juga sedang menatap nya. Pandangan mereka saling bertautan..

"Aku akan menjagamu seperti kau menjaga ku. Jangan pernah katakan kau sendirian karna aku disini untukmu. Kita lalui apapun rintangan yg akan datang nanti bersama. Saling mengisi dan mengasihi.." ucap Laura mantap

Bram tersenyum halus. Dadanya kian berdebar menatap manik Laura yg teduh. Sumpah demi apapun, Bram kembali jatuh cinta pada gadis itu. Dia juga senang karna Laura mau menerimanya yg serba kekurangan ini.

Bram membalas genggaman Laura "berjanji lah di hadapan ayahku kalau kau tidak akan meninggalkan ku.."

Laura tersenyum lalu kembali menatap makam ayah Bram "Laura janji akan selalu ada kalau Bram membutuhkan tumpuan. Laura juga berjanji untuk selalu menemani Bram bagaimana pun keadaannya.."

Bram menghentak tangan Laura menuju diri nya dan langsung memeluk erat  tubuh gadis itu. Di balik tubuh Laura Bram tersenyum. Ia menelusup kan kepalanya di cela leher Laura.

"Kau harus menepati janjimu Laura. Jadi tetap lah bersamaku.."

Laura mengangguk dan mengelus punggung Bram. Bagaimana Laura mau pergi kalau Bram melimpahkannya cinta yg besar. Laura juga yakin kalau tidak ada yg bisa memberinya cinta sebesar cinta Bram.

Bram mengecup pelipis Laura lalu melepas pelukannya. Setidaknya ia memiliki Laura yg selalu bisa menghibur keadaan. Di balik kesedihannya, Bram tersenyum karna masih memiliki tempat untuk berlabuh.

"Aku mengundur keberangkatan kita hingga lima hari kedepan.." ucap Laura

Seketika Bram tersadar. Harus nya besok ia dan Laura berangkat ke Australia, dimana Bram akan meminta restu orang tua gadis nya. Ia sempat lupa tentang rencana yang satu itu.

"Kenapa di undur?" Tanya Bram panik

Laura terheran "apa kita harus berangkat di saat kau sedang berduka? Setidaknya biarkan dirimu tenang dulu.." Laura mengelus lengan Bram

Bram menghela nafas gusar "kau tidak perlu mengundur keberangkatan kita, sayang. Kita tidak boleh ingkar janji.."

"Aku mengerti. Tapi saat ini keadaan kita tidak memungkinkan. Kau baru saja berduka.."

Bram menunduk "maafkan aku. Karna ku kita-"

Ucapan Bram terpotong dengan jari telunjuk Laura yg bertengger di bibir nya. Laura mengangkat dagu Bram dengan perlahan.

"Kenapa kau meminta maaf? Kesulitan dan bencana yg datang itu sudah di takdirkan Tuhan. Kita akan tetap ke rumahku hanya saja harinya di undur.. kau mengerti maksud ku kan?"

Bram mengangguk dan menggenggam tangan Laura lalu menuntunnya ke pipi.
Laura yg mengerti segera mengelus pipi Bram lembut hingga pria itu memejamkan mata.

"Aku mengerti. Tapi apa yg ada di pikiran Daren saat ini? Dia pasti mengutukku dan mengatakan aku pengecut.." kesal Bram

Laura terkekeh "mana mungkin dia mengutuk calon suami adiknya."

"Ya. Mungkin dia tidak mengutukku tapi dia akan mengatakan ku pengecut yg lari dari janjiku.."

Laura paham. Ego Bram akan tersakiti kalau kakaknya itu mengatakan nya pengecut. Bram jelas marah karna dia mengerti dirinya dan dia bukan pengecut..

"Aku sudah bicara pada Daren tadi pagi. Dia juga mengucapkan belasungkawa nya untukmu.."

"Kau memberitahunya?" Tanya Bram bingung "kapan?"

"Saat kau tidur"

"Kau tidak bilang padanya kalau aku menangis kan?" Tanya Bram horor

Laura menaikkan sebelah alisnya bingung "tidak. Kenapa jika aku mengatakan kalau kau menangis?"

Bram bernafas lega "dia akan mengucilkan ku nanti."

Laura tertawa. Kakak dan calon suaminya ini seperti saling memiliki dendam. Dari cara Daren yg menatap Bram tajam dan di balas tajam oleh Bram membuat Laura terheran.

"Ada apa dengan kalian?" Tanya Laura bingung

Bram menggeleng pelan "dia tidak boleh tau kelemahan ku atau dia tidak jadi memberi restunya.." takut Bram

Laura semakin heran "kau ini ada ada saja. Mana mungkin dia akan menarik perkataan nya lagi.."

Bram menunduk dan bergerak untuk mencium Laura namun gagal karna Laura mendorong nya menjauh "kita masih di makam ayah Bram.."

Bram mengerucut kesal namun ia membalik badannya menghadap makam sang ayah. Hari sudah semakin gelap karna sore ini terlihat lebih mendung..

"Bram sayang ayah. Terimakasih karna sudah merawat dan menjaga Bram dengan baik. Bram tidak akan lupa kalau Bram memiliki ayah yg sangat kuat seperti mu. Bram pamit dulu.. Bram janji, Bram akan sering datang kesini." Ucapnya lirih

Setelah Bram, Laura juga berpamitan dan tak lupa memberikan senyum terbaiknya untuk sang ayah mertua. Lalu mereka berdua beranjak dan pergi dari sana karna gerimis mulai menyapa.

Tadinya Laura ingin sekalian mampir ke makam ibu Bram, namun karna hujan Bram melarang nya. Ia bilang akan membawa Laura ke makam ibunya nanti tapi tidak sekarang.

• KIDNAPPED •

K I D N A P P E D ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon