15. Laura

27.2K 2.2K 15
                                    

Vote and komennya jangan lupa

~- HAPPY READING -~

Laura menggeliat kecil dari tidurnya. Perlahan mata cantiknya mengerjap menyesuaikan pencahayaan. Ia melirik jam dan ternyata masih pukul tujuh pagi.

Tubuhnya serasa pegal dan sesak. Tentu saja.. semalam setelah pengakuan Bram, lelaki itu jadi semakin menempel padanya. Bahkan saat malam saja Bram memeluk tubuhnya hingga pagi.

Bram benar-benar membuat badan Laura pegal. Tubuh besarnya ia miringkan ke arah Laura. Tangannya memeluk perut Laura erat sampai ia merasa sesak.

Perlahan ia mengangkat tangan itu dan bangkit dari tidur. Merenggangkan semua tubuhnya. Laura bisa mendengar semua tulangnya berbunyi.

Mereka tidur di rumah di dekat danau. Sebenarnya Bram tidak mau tapi Laura memaksa dan merayu Bram hingga lelaki itu luluh..

"Disini sejuk sekali.." lirihnya saat melihat jendela dengan pemandangan danau

Laura berjalan menuju kamar mandi. Langkah nya berhenti saat melihat benda di atas nakas. Disana ada dompet, ponsel dan jam tangan milik Bram.

Laura melirik Bram yg masih sangat nyenyak di tidurnya. Jantung Laura berdetak lebih cepat. Kaki nya maju dan mundur dengan ragu ragu.

"Apa yg harus kulakukan?" Bisiknya dalam hati

Dengan hati-hati dan perlahan, Laura berjalan menuju nakas. Tangannya terulur pelan agar menggapai ponsel. Mata Laura menetap kearah Bram yg tertidur.

Setelah dapat Laura langsung duduk di lantai tepat di samping tempat tidur. Ia mulai menyalakan ponsel Bram. Baterai ponsel itu tinggal 45% lagi.

Mata Laura meredup kala menatap wallpaper ponsel Bram. Itu.. foto dirinya saat tertidur. Bram mengambil gambarnya tanpa ia tau. Laura memicing menatap Bram.

Fokus. Laura bernafas legah saat ponsel Bram memiliki kartu SIM. Dengan tergesah Laura membuka aplikasi pesan. Ia mengetik pesan yg cukup panjang dengan cepat.

Segera ia mengirim pesan itu ke David, mantan pacarnya yg ia pergoki sedang bermain dengan sekretaris nya (chapter 2)

Kenapa David? Karna hanya dia lah yg Laura punya di Manhattan ini. Keluarganya yg lain sedang di Australia. Jika ia mengirim pesan kepada ibunya, yg ada wanita itu akan terkena stroke di tempat. Dan tentu Laura tidak mau..

Setelah yakin pesan itu sudah sampai di David, Laura segera menghapus pesan dan jejak yg ia tinggal. Setelah selesai, Laura langsung meletakan benda itu ke atas nakas.

Dug'

Karna tergesah ponsel itu berbunyi saat membentur nakas. Bram menggeliat kecil dan itu membuat Laura panik.

Segera Laura bangkit dan berjalan ke tempat tidurnya seperti semula. Ia naik ke ranjang dan menidurkan dirinya. Bram masih menggeliat dan seperti nya ia akan terbangun.

Dengan jantung yg berdegup kencang karna panik, Laura langsung memeluk tubuh Bram. Ia berakting seolah olah baru terbangun. Bram membuka matanya.

Lelaki itu tersenyum senang karna Laura yg sedang menggesekkan kepalanya di dada Bram seolah sedang mencari posisi nyaman nya. Bram semakin menarik Laura mendekat dan memeluk tubuh kecil itu..

Dengan lengan sebagai bantalan Laura, Bram mengecup pucuk kepala Laura berulang kali. Seketika Laura merasa nyaman dan menghangat. Entah keputusannya tadi benar atau tidak, yg pasti Laura hanya ingin pulang.

"Hey.. sudah pagi, sayang. Ayo bangun.." bisik Bram di telinga Laura. Membuat bulu halusnya berdiri tegak..

"Ngghh.." Laura melenguh dan membalik tubuhnya membelakangi Bram

Laura tidak mau Bram melihat pipinya yg merona. Yg ada dia akan besar kepala nantinya..

"Baiklah. Lanjutkan tidurmu.." ucap Bram

Laura pikir lelaki itu sudah pergi namun ia salah. Laura merasakan sebuah tangan kokoh sedang melilit pinggangnya. Benar saja, itu Bram.

Pria itu membenamkan wajahnya di tengkuk Laura. Menghirup aroma gadisnya yg manis. Bram suka seperti ini.. dimana harinya di awali dengan melihat Laura dan mencium gadisnya mesra..

"Tapi hey, kita harus kembali ke apartemen, sayang."

Laura langsung berbalik badan menghadap Bram. Lelaki itu tersenyum manis dan menarik tubuh Laura lebih mendekat.

Cupp

"Morning kiss.."

Laura terbengong seperti orang bodoh. Tadi Bram baru mencium bibirnya cepat. Lelaki itu benar-benar! Kenapa Bram suka sekali mencium nya!

"Kita harus kembali ke apartemen.." ucap Bram lagi

Laura merengut kesal "untuk apa?"

Bram kembali tersenyum "aku ada jadwal mengajar jam sembilan nanti.."

"Kalau kau ingin mengajar yasudah. Aku akan Disini" ucap Laura

"Tidak.. kau harus di apartemen.."

Laura semakin merengut "aku tidak akan kemana-mana Bram. Aku hanya mau bermain musik dan melihat danau.."

Wajah Bram berubah serius "tidak. Kau ikut pulang bersamaku ke apartemen" ucapnya penuh dengan tekanan

"Tapi Bram.."

Bram memegang dagu Laura dan sedikit menekannya "aku tidak suka saat kau melawanku.." sembari menggeleng kepalanya "kita pulang. Kalau kau mau kesini lagi, aku yg akan menemanimu"

Bram bangkit dari tidurnya dan berdiri di depan nakas. Ia melirik barang-barang nya di sana. Laura mulai ketakutan, ia takut Bram menyadari sesuatu..

"Kau tidak ada menyentuh nakas kan?" Tanya Bram.

Laura membuat raut wajahnya sebiasa mungkin walau dadanya berdegup kencang "aku baru bangun seperti mu.. ada apa dengan nakas?" Tanya Laura lagi

"Tidak ada.." jawab Bram

Bram mengambil baju nya dan memakainya. Setiap malam Bram akan tidur tanpa baju. Ia bilang itu kebiasaannya sejak kecil.

"Ayo pulang.." tangan Bram terulur menggapai Laura

Laura menjauhi tangan itu dan mundur hingga ujung ranjang "aku masih mau disini Bram.. aku bersumpah tidak akan kabur"

Bram berdecak kesal dan berjalan kearah Laura. Ia menarik tangan Laura namun gadis itu melemaskan tubuhnya hingga kembali tertidur di ranjang.

"Ayo Laura. Kau tentu tidak mau kalau aku marah bukan?"

Laura merubah raut wajahnya menjadi lebih menggemaskan "biarkan aku disini, sayang" ucapnya lembut

Bram tersenyum manis. "Kali ini ucapan mu tidak akan mempengaruhi ku."

Bram menyelipkan tangannya di balik tengkuk dan lutut Laura. Dengan sekali hentakan Bram mengangkat tubuh itu.

Ia menggendong Laura ala bridal style

Laura terkejut "Bram lepaskan aku!"

Bram tetap berjalan keluar dari rumah tadi. Ia melewati sedikit pepohonan dan sampai di depan gedung kosong yg ia sebut apartemen.

"Nanti aku akan membawamu kesana lagi. Aku berjanji.." ucap Bram lembut dan mencium pelipis Laura yg ada di gendongannya.

Laura hanya diam dan pasrah. Ia mengalung kan tangannya di leher Bram dan menyender kan kepalanya di dada pria itu. Laura bisa mendengar detak jantung Bram yg menggila, mungkin karna tangan Laura yg menggantung di leher nya.

Seiring jalan Bram menuju kamar, Laura teringat pesan yg ia kirim pada David. Kalau memang David menyesal dengan perbuatan nya, ia pasti akan menolong Laura bukan? Laura hanya berharap David masih perduli padanya..

To David:
     David ini aku Laura. Entah kau baca atau tidak pesan yg aku kirim ini, aku ingin meminta tolong padamu. Saat ini aku sedang berada di sebuah tempat yg tidak aku ketahui. Seseorang menculikku. Ku mohon bantu aku keluar dari sini.. kau bisa melacak nomor yg aku gunakan sekarang. Tolong jangan membalas pesan ini apalagi menelpon. Aku takut dia mengetahui perbuatanku..

• KIDNAPPED •

K I D N A P P E D ✓Where stories live. Discover now