16. Pemakaman

25.4K 2.1K 23
                                    

Vote and komennya jangan lupa

~- HAPPY READING DEAR -~

Hari libur ini Bram habis kan untuk dirinya sendiri. Setelah rapi dengan baju kemeja hitam dan celananya jeans hitam ia keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan Laura.

"Hey.. sedang apa?" Tanya Bram

Laura yg sedang memegang tepung terjingkat kaget. Saat ini Laura sedang melakukan eksperimen membuat sebuah kue dengan hanya berbekal satu buku resep makanan.

"Aku membuat kue. Sangat bosen kalau hanya duduk.."

Bram mendekat dan memeluk tubuh Laura dari belakang. Mood nya saat ini sedang tidak baik. Setiap di bulan Juni dan tanggal 26 ini, Bram selalu merasa gusar dan sangat gelisa.

"Kau mau kemana?" Tanya Laura

Bram semakin menempelkan tubuhnya dengan Laura, memeluk gadis itu erat dan mencium aromanya kuat "aku memiliki pekerjaan sebentar.. nanti aku akan kembali"

Laura mengangguk "baiklah.."

Bram mengarahkan wajah Laura menuju wajahnya, setelah dekat Bram mencium bibir ranum itu lembut namun penuh penekanan. Laura bisa merasakan ada emosi di setiap lumatan Bram.

Laura memukul bahu Bram kuat lalu menjauhkan dirinya "aku kehabisan nafas.."

Bram terkekeh dan mencium kening Laura "aku pergi dulu.. kau jangan nakal hari ini, entah kenapa perasaanku tidak enak."

Laura mengangguk "pergilah.."

Bram melenggang pergi menuju pintu apartemen. Ia membuka pintunya dan pergi menuju mobilnya yg ada di garasi. Setelahnya ia langsung tancap gas menuju tempat yg biasa ia kunjungi di bulan ini.

Sebelum itu Bram menghentikan mobilnya di depan toko bunga dan langsung memasuki toko langganan nya. Ia bisa melihat seorang wanita paruh baya yg langsung berdiri saat ia melihat Bram memasuki toko ini..

"Bram, kau datang?" Tanyanya

Bram tersenyum ramah dan memeluk wanita itu lembut "aku merindukanmu bibi."

"Aku juga merindukanmu.."

Bram melepas pelukannya dan mengedarkan pandangannya "seperti biasa bi, bunga yg aku pesan"

Bibi Lena mengangguk "sudah aku siapkan nak.." Lena mengambil sebuket bunga sedang dan memberikan pada Bram "ini.. titip salam ku untuknya, ya?"

Bram mengangguk "tentu.. Salammu tidak akan aku hilangkan"

Bram memasuki mobil dan bergegas menuju tempatnya. Hari sudah siang tapi cuaca tampak meredup. Ini lebih baik daripada panas menyengat..

Mobil hitamnya mulai memasuki kawasan sepi dengan jejeran batu nisan di setiap sampingnya. Mata Bram yg tadinya cerah kini meredup dan di gantikan tatapan sendu.

Setelah memarkirkan mobil Bram langsung menuju makam ibunya yg sudah ia hafal bentuk dan jaraknya. Langkahnya memelan saat mulai mendekati makan dengan bentuk sederhana itu.

K I D N A P P E D ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora