BAB 12. Tetap di sini

Start from the beginning
                                    

Sena menjawab seadanya. "Tidak tahu. Mungkin pulang ke rumah."

"Ayah baru saja pulang ke rumah untuk mengganti baju dan membawakanmu baju ganti tambahan, tapi tidak ada Ares di rumah. Bibi Freya juga berkata kalau Ares sama sekali tidak pulang ke rumah," Aksa menjeda sejenak kalimatnya. "Dia sempat kemari atau tidak?"

"Ya."

Aksa sontak merogoh saku dan mengambil ponsel untuk menghubungi Ares. Ia tempelkan ponsel pada daun telinga, menunggu Ares menjawab panggilannya.

"Ares bilang sesuatu?"

Sena melirik jengkel. "Kenapa tidak tanya sendiri pada Ares, Yah?"

Tatapan lembut Aksa sontak berganti menjadi tatapan penuh intimidasi. Aksa memincingkan mata. "Ayah bertanya baik-baik. Bisa bicara dengan nada biasa saja, Sena?"

Aksa menjauhkan ponsel dari telinga kala Ares tidak menjawab satu pun panggilannya. Ia menggoyangkan ponselnya. "Adikmu tidak bisa dihubungi."

"Ya ... mana kutahu."

"Setidaknya sebelum Ares pergi, tanyakan dulu dia akan ke mana. Kamu kakaknya, Sena. Jangan masa bodoh."

Sena berdecak.

"Lagipula, dia bukan anak kecil lagi, Yah."

Aksa menghela napas, enggan berdebat dengan Sena dan memicu pertengkaran yang lebih besar. Aksa takut nantinya ia akan mengucap kalimat yang tidak sepantasnya lagi.

Aksa meraih kontak mobilnya. "Ayah cari Ares dulu."

"Lalu, ayah akan meninggalkanku sendirian di sini lagi dengan alasan Ares tidak mau ayah ajak kemari?"

Aksa berbalik, menatap Sena yang perlahan beranjak duduk. Ia mengernyit.

"Sena, kemarin ayah benar-benar tidak bisa kemari karena—"

Sena menyela dengan cepat. "Karena Ares, 'kan? Sejak dulu ayah selalu membela Ares dan memilih untuk menemani Ares alih-alih menemaniku."

Aksa memejamkan mata sejenak kemudian kembali berucap dengan menatap Sena lurus. "Kamu masih sakit. Ayah tidak mau bertengkar sekarang. Ayah tinggal dulu sebentar."

Hela napas lagi-lagi terdengar, Aksa menatap mata sendu Sena sesaat. Sena menarik dan menjauhkan selang oksigen yang terpasang pada hidungnya. Aksa sontak melebarkan mata kaget. Ia berlari mendekat, meraih selang oksigen yang nyaris Sena lempar kemudian memasangkannya kembali secepat mungkin lantaran dada Sena mulai naik turun dengan berat.

"Apa maumu, sih, Sena?!"

Aksa meninggikan intonasi, menekan nama Sena dalam kalimatnya.

"Ayah sudah bersabar sejak tadi, tapi kamu malah memancing amarah ayah. Ares hampir bunuh diri lagi kemarin, Sena! Mana bisa ayah meninggalkannya sendirian!"

"Aku—"

"Jangan menambah beban ayah lagi, Sena. Tolong mengerti. Ayah sudah pusing," potong Aksa.

Air mata Sena merebak, wajahnya terpaling ke samping sementara Aksa kini menyentuh kedua pundaknya. Aksa lagi-lagi menghela napas berat. Ia menegakkan badan dan menjauhkan tangannya.

"Sudah, 'kan?" tanya Aksa pelan seraya berbalik.

Sena menoleh, menghapus setetes air mata yang luruh tanpa permisi. Dadanya semakin sesak. "Kalau aku yang melakukan percobaan bunuh diri, apa ayah akan tetap di sini?"

Aksa meneruskan langkah dan membuka pintu ruangan Sena.

"Tidak perlu bunuh diri pun, kamu pasti akan binasa nantinya, Sena. Sejatinya, manusia itu fana."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karakter baru yang kalian nanti-nantikan nih! Yep, Jungkook sebagai Devan alias putra tunggalnya Dokter Leana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karakter baru yang kalian nanti-nantikan nih! Yep, Jungkook sebagai Devan alias putra tunggalnya Dokter Leana.

Apa harapan kalian sama Devan, nih? Barangkali kalian mau titip salam buat Devan?

Detak. ✔Where stories live. Discover now