•chapter 24•

1.2K 151 57
                                    

(Note:putar instrumen musik yg menurut kalian sedih bangt kalo kalian mau
Makasih, happy reading)

.
.
.
.
.

Detikan jarum jam yang bekerja terdengar ditelinga, menyiratkan kalau ruangan itu begitu sunyi dan hening. Sampai-sampai suara tetesan pelan dari selang infus itu terdengar sangat jelas, menghanyutkan dia yang terbawa dalam pikirannya yang tiada henti.

Dengan hanya terduduk, melipat kedua lutut dan dipeluknya, membuat dia melamun lebih dalam.

Airmata yang jatuh tanpa sadar, tatapan yang begitu kosong, sangat kosong memandang hambar kedepan sana memperhatikan seperti raga tanpa jiwa. Kim Taehyung, pemilik raga itu yang hanya diam dalam dunia kesendiriannya.

Membiarkan dirinya terbawa oleh waktu, terhanyut dalam keheningan dan terdiam dalam renungannya, tak memperdulikan dirinya yang menghabiskan waktu hanya untuk melamun dan merenung berjam-jam lamanya.

Baru saja dua hari dirinya ditinggalkan sang adik, baru kemarin dirinya melepaskan Yeonjun untuk pergi ketempat pengistirahatan terakhir nya, tapi dirinya seperti sudah lelah dengan dunia. Tanpa sadar membuat orang-orang yg sekitarnya mengurungkan niatnya untuk kembali tegar. Terutama bagi dia yang terdiam sedari tadi diambang pintu.

Jimin menghembuskan nafasnya pelan, melangkahkan tungkainya mendekat kearah taehyung yang hanya terduduk diatas ranjang rumah sakit sembari memeluk lututnya.

"Tae... " panggilan itu begitu halus, menyiratkan harapan dan keputus asaan dari orang yang hanya diam tak merespon perkataannya.

Jimin mengusap bahu taehyung pelan, menyalurkan kekuatan padanya agar lebih menerima dan tak terus seperti ini. kebungkaman dan lamunan yang ditunjukannya membuat jimin sangat khawatir. Apalagi mengingat taehyung dan perbuatannya selama ini, pasti penyesalan yang luar biasa ada dalam benaknya.

Jimin akui dirinya pernah mengatakan dan memperingati taehyung agar tidak menyesal jika ada sesuatu disuatu saat nanti, tapi sungguh jimin juga tak menyangka Tuhan membawa Yeonjun untuk membuat taehyung sadar. Jimin hanya berpikir Yeonjun akan berubah dan membuat kakaknya menyesal, tapi nyatanya semua itu diluar ekspektasi, bahkan dirinya sampai mengira ini hanya mimpi.

Dan dengan itu sangat membuat hatinya tergerak untuk merasakan penderitaan taehyung. Airmata dari pelupuknya selalu jatuh saat melihat sahabatnya seperti ini, dia pasti sangat terpukul dengan kepergian Yeonjun pasti dia bukan menyesal lagi tapi sudah menyalahkan dirinya sendiri.

"Sungguh jim aku belum siap dan tak akan pernah siap. aku tak akan menerima adikku pergi meninggalkanku"

Kebungkaman yang dilakukannya selama beberapa hari kebelakang kini lidah itu kembali bersua, tapi itu sangat memilukan ditelinga jimin membuat dia hanya terdiam mengusap punggung sahabatnya pelan.

"Jika pergi keluar kotapun aku tak akan pernah terima, jika itu terjadi aku akan langsung mengajaknya pulang tapi sekarang? Bahkan dia meninggalkan ku untuk selamanya ketempat yang tak bisa aku gapai..." penuturan kata yang taehyung lontarkan begitu kosong, hambar dan menggantung diudara.

Jimin tak mampu lagi untuk berucap, harus merespon apa perkataan itu? Lebih mendudukan dirinya ditepi ranjang dan menghadap taehyung, melihat wajahnya yang putus asa dan penuh airmata disana.

Menemani sahabatnya untuk mengeluarkan semua yang ingin dia keluarkan. Lebih baik ia melihat taehyung yang menangis sesegukan dari pada kebungkaman seperti ini. Karena jimin tau orang yang menangis dalam diam harus lebih dikhawatirkan dari pada orang yang menangis meraung-raung. Jimin khawatir keterdiaman taehyung itu menandakan dia sedang menyimpan rasa sakitnya sendirian, jimin takut, batin fisik dan mental taehyung akan ikut terluka dengan itu.

Look At Me [Taehyung & Yeonjun]Where stories live. Discover now