•chapter 17•

735 116 7
                                    

.
.
.
.
.

Ketukan kaca jendela dari ranting pohon terdengar, disebabkan oleh angin yang menghilir kencang ditambah salju yang sangat lebat turun diluar sana membuat malam ini begitu sedikit menyeramkan.

Detikan jam terdengar ditengah keheningan yang ada, sekarang pukul 23:15, malam yang suntuk bagi orang yang kini masih terjaga didepan perapian. Dengan keheningan yang tercipta secara tak langsung membuat taehyung melamun lebih intensif.

Melamunkan kejadian serta kata-kata yang masih terngiang di telinganya, kata-kata yang membuatnya terdiam dan melamun lama sedari tadi. Sore dan sekarang sudah malam, berapa lama dia berdiam disana? Sekitar 6 jam taehyung terdiam, melamunkan kata-kata jimin yang benar-benar tak bisa dia berhentikan hanya untuk istirahat sebentar saja.

kenapa hanya karena kata-kata sederhana tetapi membuatnya berpikir rumit? Seolah kata-kata dan perlakukan sang adik perlahan melukai dirinya. Lihat saja dirinya yang melamun terlalu lama membuat perutnya berbunyi meronta ingin diisi sesuatu hingga berakhir menjadi perih, tubuhnya yang lemas karena terdiam terlalu lama juga wajahnya yang penuh memar Taehyung abaikan, waktu luang yang didapatnya dia gunakan untuk melamunkan kata-kata yang terus berputar dalam otaknya.

"Hahh... "

Hembusan nafas pelan terdengar, taehyung mengusap wajahnya pelan seraya menyenderkan punggungnya pada tepi sofa, suara kayu yang terbakar kini mulai sedikit memelan lantaran kayunya sudah menjadi arang. Taehyung menoleh dan itu membuat kembali hembusan nafas pelan dari bibirnya saat menemukan pintu kamar sang adik yang masih tertutup rapat.

Suara ranting pohon yang mengetuk-ngetuk jendela terdengar semakin jelas, taehyung bangkit lalu berjalan menuju jendela untuk melihat keadaan diluar. Mungkin malam ini malam taehyung banyak menghembuskan nafasnya kasar, terbukti sedari tadi dia terus menghembuskan nafasnya terutama setelah melihat keadaan diluar. Angin kencang serta salju yang lebat menandakan malam ini sedang datang badai salju.

Taehyung segera kembali menutup gorden jendelanya, berniat untuk pergi kekamarnya kala netranya menangkap jam yang akan menujukan pukul tengah malam. Langkah yang akan menuju kekamarnya taehyung berhentikan saat dirinya berada didepan pintu kamar Yeonjun.

Taehyung mengedarkan pandangannya, teringat sang adik yang mungkin tak akan tidur ditengah badai seperti ini, apalagi kamar Yeonjun sangat dekat dengan pohon yang mungkin akan menganggu sang pemilik kamar dengan suara ketukan jendela karena ranting pohon yang tertiup angin. Tangannya perlahan memegang knop pintu dan sedikit memutarnya, helaan nafas pelan kembali terdengar saat pintu Yeonjun masih dikunci, taehyung berniat untuk mengetuknya.

"Yeonj... " kalimat itu menggantung, bahkan lihat tangannya masih terapung diudara. Niatnya untuk mengetuk pintu dan memanggil Yeonjun di urungkannya, taehyung lebih memilih melangkahkan tungkainya kembali untuk pergi kekamarnya.

"Huhhhh.. " helaan nafas panjang terdengar saat taehyung merebahkan tubuh lelahnya diranjang, sangat nyaman ketika tubuh yang sudah lelah direbahkan seperti ini tapi tetap saja jika ada pikirkan yang mengganggu waktu istirahat tak seperti istirahat. Taehyung menyimpan satu lengannya diatas kening dengan mata yang menatap langit-langit kamar.

Hening.. Hanya terdengar suara badai diluar sana, mungkin itu akan membuat taehyung terjaga malam ini, dia tak bisa tidur saat suara hiliran angin kencang juga suara ranting pohon yang menyebalkan itu mengganggu ketenangannya. Taehyung menutup matanya perlahan saat memikirkan Yeonjun, ia saja tak bisa tidur apalagi adiknya yang penakut dengan hal-hal seperti ini, apalagi ini badai salju. Tapi apa yang bisa taehyung lakukan?

Taehyung membuka matanya, perlahan menoleh untuk melihat pigura kecil yang tersimpan diatas nakas, diambilnya pigura itu, memperhatikan foto dirinya yang sedang bermain mobil-mobilan bersama Yeonjun yang masih bisa merangkak, Taehyung tersenyum melihat dirinya yang masih begitu senang mengajak adiknya bermain.

Tak lama senyuman itu perlahan pudar tergantikan dengan raut wajah yang sedih, air muka yang tenang tak kala netranya melihat senyuman Yeonjun kecil disana, senyuman yang seolah membawanya pada masa lalu.

"Kalau gitu taehyung mau namanin adiknya siapa hem?"
"Eumm Yeonjun.. Ah iya Yeonjun! Kim Yeonjun"
.

"Hiks.. Aku mau mainan itu eomma!"
"Taehyungie jangan seperti ini ya? Appa dan eomma tak punya uang untuk membelinya sayang, bagaimana kalau yang lain? "

"Tubuh pasien benar-benar lemah, dia terlalu memaksa hingga drop seperti ini.. Maafkan kami, kami sudah berusaha sekuat yang kami bisa tapi Pasien..sudah meninggal"
"ANDWE!"
.

"Taehyung hyung.. Kenapa gak mau main lagi cama Yeonjun?"
"Kak taehyung temenin Yeonjun tidul.. Yeonjun takut"
"

Kakak kenapa sepelti itu pada Yeonjun? Hiks.. Hiks...Yeonjun minta maaf kalo Yeonjun punya calah hiks.."
"Kakak!"
"Apa?! JANGAN GANGGU HYUNG!"
.
"Kau tau? Aku selalu melihat Yeonjun yang selalu berusaha untuk kau bisa melihatnya dirinya, disekolah dia selalu berkeliaran, berlari-lari, dan sedikit membuat onar itu karena apa? Itu karena dia ingin kau melihatnya, dia sengaja agar membuatmu menegurnya.... Tapi kau selalu mengabaikannya" kata jimin seraya mengalihkan atensinya pada taehyung yang menunduk.
.
"Berhentilah bersikap seperti ini kim taehyung, bersikap seolah kau buta dengan apa yang ada disekitarmu.. Apa kau tak lihat? Yeonjun.. Dia adikmu"

"Setidaknya kalau tak bisa tersenyum lihat dia kim taehyung!"
.
"Disini dingin Yeonjun!" bentak taehyung.
"Kakak peduli padaku?" kata seraya terkekeh.  "Berhenti peduli padaku kak! Selama ini kakak kemana aja?!" kata Yeonjun sedikit berteriak dengan airmata yang keluar deras.
.
"Kau yang berbuat kau yang bisa menghentikannya"

"Mau bilang sekali lagi, jika terjadi sesuatu di suatu saat jangan pernah bilang jika kesangsian menjadi alasan untuk penyesalanmu"

"LO ITU HANYA GENGSI! MEMPERHATIKAN GENGSI DAN ITU YANG BIKIN GUE MUAK SAMA LO!" teriak jimin seraya melepaskan cengkramannya dari kerah baju taehyung.

"LO SADAR GAK HAH! LO ITU UDH BUAT ADIK LO SAKIT!"

"berhenti peduli padaku kak! Selama ini kakak kemana aja?!"

"Selama ini kakak kemana aja?!"

"Kakak kemana aja?"

Lelahan asin dari pelupuk matanya memampukan ingatan-ingatan yang sedang berputar-putar diotaknya buyar begitu saja. Taehyung kembali dalam dunianya sekarang, menatap pigura yang masih ditangannya. Sakit, itu yang taehyung rasakan menjadikan airmata nya keluar perlahan-lahan.

Taehyung menatap poto Yeonjun itu sangat intens, Terbiasa menjauh sampai tak sadar membuat adiknya merasa sakit, terbiasa bersikap dingin pada orang-orang hingga tak bisa membedakan sikap dingin dan sikap mendidik pada adiknya, terbiasa mempertahankan gengsi hingga membuat adiknya mempunyai pikiran yang buruk untuk menghancurkan dunianya sendiri.

Sudah sangat lama ia sibuk dengan dunianya, sudah sangat lama ia bergelut dengan egonya itu sampai ia lupa pada adiknya sendiri, dan sekarang dia harus kembali kedunianya sekarang, dunia dimana ia yang harus menjaga adik nya itu.

"Maafkan kakak Yeonjun" suara itu pelan terucap, lantaran suara badai diluar sana menjadikan suara itu terdengar seperti gumaman kecil.

"Kakak hanya ingin kau mengerti, kakak juga hanya seorang anak yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, kakak juga masih membutukan bimbingan,tak tau mana yang benar dan mana yang salah, tak tau harus apa dan bagaimana, kakak juga merasa sakit.. Jadi kakak ingin kau juga mengerti Yeonjun hiks.. "

"Kakak minta maaf"

Diakhiri dengan tangisan pelan, taehyung segera menyimpan kembali pigura itu dan mulai merebahkan dirinya lebih nyaman untuk merasakan istirahat setelah lelahnya memikirkan hal yang tak kunjung selesai, dan berharap besok akan lebih baik.

"Hyung menyayangimu"

Look At Me [Taehyung & Yeonjun]Where stories live. Discover now