Sally

8 2 0
                                    

Sally menyadari satu hal ketika mereka jatuh ke dalam kegelapan. 2 cowok pingsan itu beratnya minta ampun. Untung saja Sun segera sadar dan mulai berbicara dengan logat yang aneh, seperti orang dari masa lalu yang berusaha menyesuaikan diri dengan bahasa sekarang.

Mereka berdua menggotong Fadil, tongkat anak itu telah mengecil dan hanya Sun lah yang mampu mengangkat dan memasukkannya ke dalam saku celana temannya.

Perbekalan mereka masih aman ... hanya saja wajah Sally seketika memerah ketika melihat paruh atas tubuh Sun yang tak tertutupi apapun. Sepertinya tas dan baju miliknya telah terbakar atau mungkin jatuh saat melawan Hojosa. Sally memutuskan untuk diam saja.

Sun terus terusan mengeluh soal tengat waktu dan kesepakatan yang tidak adil karena dia tak bisa menggunakan tubuh itu dengan benar akibat situasi saat ini. Sally dengan erat mencengkram Naginatanya kalau-kalau kepribadian Sun saat ini memutuskan untuk menyerangnya. Sun tampaknya juga menyadari hal itu dan terus menjauh dari Sally, sebisa mungkin sambil menggotong Fadil.

Cahaya yang ada hanya berasal dari pendar emas Naginata Sally, ruangan sempit berbau apak yang khas dengan gua. Sally sangat yakin bahwa tempat ini bukan Jotunheim, karena para raksasa tidak mungkin muat dalam celah sekecil ini. Lumut tumbuh dilangit-langit gua menguarkan aroma kompos yang kurang sedap. Tanah yang dipijak mereka agak becek seperti di aliri air. Padahal sejauh yang bisa Sally lihat, tak ada sungai disini.

Entah berapa lama, Sally tak menghitungnya sama sekali. Dia kehioangan seluruh persepsinya tentang waktu.

Pada akhirnya mereka bertemu dengan seseorang yang memiliki kulit pucat. Dia memakai syal putih merah bergaris garis, mata yang persis seperti milik Fadil, rambut pirang platina. Jaket pengendara motor membungkus tumbuhnya, celana trendi berwarna hitam, dan sepatu pantofel. Matanya terlihat penasaran ketika menatap tiga orang remaja setengah mati yang saling memapah satu sama lain.

Sun berteriak kaget seperti orang yang baru saja sadar sehabis trans. Matanya nyalang kesana kemari lalu akhirnya tenag setelah menarik nafas dan melihat dirinya memapah Fadil. "Akhirnya aku keluar dari alam bawah sadar" Sun mendesah lega.

Orang didepan mereka mengangkat alisnya dan memunculkan sebilah tongkat dari kehampaan. Sun seketika mengambil posisi siaga, namun dia terlihat ragu ... orang itu tak terlihat berniat jahat. Sally jatuh tersungkur karena tak mampu menahan bobot Fadil sendirian.

"Ouch" Sally mengeluh, dia melepaskan Fadil dari tubuhnya lalu berdiri. Orang didepan mereka tersenyum misterius, isyaratnya sudah gamblang, yaitu ikuti aku. Sally dan Sun bertukar pandang dan memutuskan ini adalah jebakan.

Mereka menggotong Fadil lalu segera balik badan. Baru tiga langkah, orang asing itu memegang bahu mereka sambil tersenyum mengancam, isyaratnya segamblang sebelumnya, kalau sudah hendak ditolong itu terima saja, jangan malah curiga.

Sally dan Sun sama sama menyerah dan memutuskan untuk mengikuti orang asing ini. Terserahlah, pikir Sally, kalo kami bakal mati pun setidaknya akan kubuat kematianku terdengar epik.

○○○

Mereka anehnya beristirahat didalam sebuah apartemen di lantai tiga dengan 2 kamar. Fadil tertidur di sofa sementara Sun berusaha sekuat mungkin untuk membuatnya bersin, entah dengan selimut, pensil, pena, dan sebagainya. Suasana ruangan membuat mata Sally perih, karena barusan mereka masih ditempat gelap, matanya sulit beradaptasi dengan suasana terang.

Karpet bulu terhampar dengan rapi dibawah meja kayu berkaki empat. Disisi kiri, terdapat peralatan dapur portabel yang terlihat sangat unik. Sebuah album foto tergantung didepan pintu kulkas

Orang asing itu memperkenalkan dirinya sebagai Hearthstone, dia juga memyebutkan bahwa dirinya tunarungu dan tunawicara. Satu hal lagi keanehan yang terjadi. Hearthstone rupanya seorang penyihir dan dia berbicara dengan mereka menggunakan telepati.

Modern MythologyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz