42 • Sebuah Harapan

1.1K 119 174
                                    

Annyeong!

Astaghfirullah! Aku lupa kalo mestinya up kemaren.
Terus baru inget sekarang 😭

Maaf yak🤧🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak readers :)

Butuh dukungannya nih 😗

Typo tandain aja🙏

°
°

💕Happy Reading 💕

💕Happy Reading 💕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


°°°

1 minggu setelah ujian semester.

"Gimana? Seneng bisa selesai ujian dengan duduk di kelas?"

Tiffany mengangguk semangat. "Seneng dong!"

Galen terkekeh pelan, lalu mengacak-acak puncak kepala Tiffany.

"Pergi yuk!"

"Kemana? Kamu lupa kamu nggak boleh terlalu banyak beraktivitas? Tuh liat lengan kamu," tunjuk Galen pada lengan Tiffany. "Udah banyak bekas lebam."

Tiffany berdecak pelan. "Inikan bekas lebamnya udah ilang."

"Ilang gimana? Masih ada gitu."

"Mau ke taman~" rengek Tiffany. "Duduk doang kok."

Galen berpikir beberapa saat. "Oke." lalu ia bangkit sambil menggandeng tangan Tiffany.

"Mau kemana?" bingung Tiffany.

"Ya ke taman lah," jawab Galen.

"Sekarang? Nanti ada gurunya gimana?"

"Enggak bakal, udah ujian juga. Apalagi yang dibahas coba?"

"Oke." Tiffany pun ikut berdiri.

"Mau kemana?" tanya Ghea.

"Taman," jawab Tiffany.

"Pulsek bawain tas kita," suruh Galen, dan membuat Ghea berdecak pelan.

"Iyaiya!"

Galen pun menarik tangan Tiffany. "Ndra, gue pulang duluan," ucap Galen pada Andra, sehingga membuat ketua kelas itu menautkan alisnya.

"Sekarang? Nanti kalo-- Eehh! Woy! Gue belum selesai ngomong!" teriak Andra saat Galen langsung pergi begitu saja.

Tiffany memukul lengan Galen saat cowok itu menarik tangannya begitu saja. "Andra belum bilang ngizinin loh!"

FEBRUARY [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now