32 • Permintaan (2)

1.3K 133 163
                                    

Budayakan vote dan komen!

Jangan siders plisss:(((

Happy 1k vote 😙😙😙❤❤❤
Gk nyangka udh 1k yg vote🤧

Thanks buat yg udah vote cerita ini😙😙

Masih semangatkan nungguin cerita ini sampe selesai?

Typo tandain aja 🙏

°
°

💕Happy Reading 💕

💕Happy Reading 💕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

2 minggu kemudian

GALEN mendorong kursi roda Tiffany menuju taman rumah sakit.

"Gimana ujiannya tadi? Kamu bisa jawab?" tanya Tiffany.

"Bisa dong," jawab Galen dengan bangga.

"Enggak asal-asalan, kan?" pancing Tiffany.

"Ya nggaklah. Aku itu jawabnya pake otak dan hati," jawab Galen, sedikit dramatis.

Tiffany berdecih. "Dramatis," cibirnya.

"Gara-gara Rolan nih," bela Galen pada dirinya.

Tiffany terkekeh pelan. "Hari ini terakhir ujian juga, kan?"

"Iya. Jadi kamu ikut ujian susulan?" tanya Galen.

Tiffany mengangguk. "Iyalah. Kalo nggak ikut, aku nggak naik kelas dong."

Galen tertawa pelan. "Bener juga, ya."

Keduanya pun sampai di taman rumah sakit. Galen memposisikan kursi roda Tiffany di samping bangku taman. Ia pun duduk di samping gadis itu.

"Bagus, ya, Len," ujar Tiffany, memperhatikan seluruh penjuru taman.

"Iya." Galen memperhatikan setiap inci wajah Tiffany. "cantik," gumamnya pelan, namun masih bisa terdengar oleh Tiffany.

Tiffany menoleh menatap Galen. "Apanya?"

"Kamu."

Tiffany memalingkan wajahnya. "Jangan godain aku terus."

Galen tersenyum jahil. "Kenapa?"

"Aku malu!"

Galen tertawa. Ntah mengapa membuat Tiffany malu itu sangat menyenangkan baginya.

"Jangan ketawa!" ketus Tiffany, dengan masih memalingkan wajahnya.

Galen semakin tertawa, namun akhirnya ia berusaha meredakan tawanya itu. Setelah Tiffany rasa tawa Galen sudah berhenti, gadis itu menoleh menatap Galen.

FEBRUARY [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now