28 • Penjelasan

1.5K 164 153
                                    

ಥ‿ಥ yg siders makin banyak:(((
Kemarin pen up, tpi gk jadi gara-gara mood ilang:(

Plis dong yg siders ayo keluaran ಥ‿ಥ
Aku pengen tau kalian2 yg baca cerita aku:(

Jangan lupa teken bintang di pojok kiri bawah HP kalian
Jangan lupa komen dan sarannya juga

Typo tandain ya🙏

°
°

💕Happy Reading 💕

💕Happy Reading 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°
Tak ada yang berubah.

Baik aku, kamu, ataupun kita semua.

Yang berubah hanyalah satu, yaitu waktu:')

-HUMAN GIRL-

KEHENINGAN menyelimuti ruang tamu kediaman Tiffany.

Darrel dan Freyya merasa bersalah pada Rafael dan Hana yang kini tengah duduk di depan mereka.

"Maafkan kami. Kami sudah membuat kalian susah," ujar Darrel memecahkan keheningan.

Rafael menghela nafas, lalu mengusap wajahnya kasar. "Jadi ini, alasan pemilik perusahaan Pradja selalu menghindari saya?" tanya Rafael. Namun terdengar sindiran bagi Darrel dan Freyya.

"Sekali lagi kami minta maaf," ucap Freyya. Hana menghembuskan nafas pelan, jujur ia masih tak percaya. Kalau bukan karena Galen yang bercerita, mungkin ia dan sang suami takkan berada di sini.

"Maafin kita, ya, Tante," lirih Tiffany yang duduk di antara Darrel dan Freyya. "maafin Tiffany lebih tepatnya. Ini bukan salah ayah sama bunda, tapi ini permintaan Tiffany sendiri." Tiffany menunduk sembari menatap kedua tangannya yang terasa dingin.

Rafael menghela nafas. "Kami bukannya marah. Kami senang. Benar-benar senang. Tapi kami hanya bingung, mengapa kalian menyembunyikan ini dari kami?"

Tiffany mendongak. Ia menatap Darrel yang mengisyaratkannya untuk menjawab. "Ini permintaan Tiffany sendiri, Om, Tante. Tiffany cuma takut sama malu aja. Tiffany udah pergi tanpa alasan, terus tiba-tiba balik lagi dan ngaku sebagai Starla. Dan Tiffany takut kalau Galen nggak percaya. Maaf udah bohong." Tiffany kembali menunduk.

Freyya menggenggam tangan Tiffany, ia tersenyum lalu mengelus rambut panjang sang putri.

Hana kembali menghembuskan nafas pelan. "Tiffany, sini. Duduk sebelah, Tante," ujarnya, sembari menepuk tempat disampingnya.

FEBRUARY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang