1.2 || Selfish ||

8.2K 389 30
                                    

kira kira cerita ini bisa sampe ke puncaknya ga ya? asu aku overthinking:(

cerita ini nyambung gasi? coba deh komen plss

enjoy ya guys!

"Ayo, gue mau nikah sama lo!"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Ayo, gue mau nikah sama lo!"

- - - - - [ MARVIN: What You Do? ] - - - - -

ENTAHLAH, Arlita pun tidak yakin kalau keputusannya ini adalah benar. Katakan lah kalau dirinya egois, dia tidak ingin kehilangan Marvin, juga tidak ingin melepaskan Aleo. Arlita tidak ingin kehilangan salah satu dari mereka, apalagi keduanya. Mungkin ini bukan keputusan yang benar, tapi juga bisa jadi menjadi keputusan yang terbaik.

Dia tahu bagaimana sifat Aleo, Arlita juga tahu bagaimana tempramentalnya Marvin. Keduanya sama-sama tidak mau mengalah. Bagaimana jika keduanya tidak segan-segan bertarung nyawa?

Arlita enggan untuk menoleh kebelakang. Karena wajah Marvin bisa saja membuat Arlita berbalik kepadanya.

Aleo turun dari kursi bar, dia berjalan ke arah Arlita. Jantung Arlita bedegup kencang. Ia mencoba untuk mengulas senyuman palsunya. Tetapi senyum itu memudar ketika Aleo terus berjalan melewati dirinya.

Dengan cepat Arlita mencekal tangan Aleo, lalu sedikit menariknya, dan Arlita memeluknya. "Babe!"

"I just want you,"

"I just love you." Mata Arlita mengarah kepada Marvin yang berada dihadapannya. "Not him," sambung Arlita.

"Ayo nikah!" Arlita melepaskan pelukannya. Sesekali matanya melirik ke arah Marvin. "Lo-lo udah sentuh gue, gimana kalau nanti gue hamil?"

Marvin mengepalkan tangannya ketika mendengar kalimat itu keluar dari mulut Arlita.

Kalimat terbodoh yang keluar dari mulutnya. Arlita terpaksa mengatakan kalimat itu karena dia bingung, dan buntu. Dengan kalimat apa lagi agar Aleo melupakan emosinya kepada Marvin.

Aleo tersenyum dihadapannya, tangannya terangkat ke atas menangkup kedua pipi Arlita, lalu Aleo membuat kepala Arlita menjadi menghadap kepadanya. "Iya sayang, kita nikah ya. Tapi tunggu dulu, ada satu hal yang harus gua urus," jawab Aleo seraya melepaskan dengan pelan cekalan tangan Arlita.

"Al.. come on, babe. Lupain aja ya? Ini kesalahan gue. Please Al.. I love you so much, Aleo.." Arlita berjinjit. Melingkarkan kedua tangannya pada leher jenjang Aleo.

"Kan gue udah mau nikah sama lo!"

Aleo langsung mengarahkan kedua tangannya kepada pinggang ramping Arlita. "And then, we'll make babies. Yang banyak. Itu salah satu keinginan lo kan?" seru Arlita. Dia harus membuat mood Aleo menjadi bagus. Semua kalimat bodoh ia keluarkan. Semoga saja berhasil.

MARVIN: What you do?Onde histórias criam vida. Descubra agora