0.0 || Get to know me ||

35.8K 976 11
                                    

HAHAHAHA AKU LAGI DEMEN NGE-REPUBLISH CERITA LAMA CUII

support terus yaa!

support terus yaa!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


MARVIANO MAXIME, pemuda dengan tubuh yang tegap, wajah yang tampan, serta kepintaran yang juga menyertai dirinya. Bisa dibayangkan bagaimana sempurnanya pemuda itu. Apalagi dirinya yang aktif diorganisasi sekolah, menjabat sebagai ketua OSIS dan ketua tim basket.

Marvin merupakan pribadi yang pendiam dan tegas di sekolahnya. Maka dari itu dia cukup disegani oleh beberapa siswa di SMA Garuda. Marvin juga sangat ketat dan disiplin. Karena hal itu, banyak siswa ataupun siswi yang sering terkena razia dan hukuman, seperti telat datang ke sekolah.

ARLITA SHAWNEE, gadis satu angkatan dengan Marvin. Hidupnya terlalu apes karena sering berhadapan dengan pemuda itu karena ulahnya yang tak taat pada peraturan. Arlita bukanlah pribadi yang patuh terhadap peraturan sekolah, Arlita cenderung memiliki pribadi yang bebas dan tidak mau dikekang.

Maka dari itu, Arlita sering disebut sebagai siswi langganan BK. Bersama kedua temannya yang sama bebasnya seperti Arlita.

Hidup di Jakarta yang modenya sudah kebarat-baratan, membuat Arlita hampir setiap malam datang ke sebuah club langganannya. Ocean's Bar adalah club favorite Arlita dan kedua temannya.

Maria Gizele dan Merolla Jeehan, teman-teman seperjuangan Arlita melawan kebebasan dan hak asasinya. Mereka bertiga tidak ada bedanya. Apalagi soal per-otak-an, mereka semua memiliki kapasitas otak yang sama. Tak heran jika mereka beruntun mendapatkan peringkat sepuluh besar dari belakang.

- - - - - [ MARVIN: What You Do? ] - - - - -

Tidak ada satu pun yang bisa menyangkal sesuatu yang dihendaki Marvin. Guru-guru dan kepala sekolah sudah menyerahkan semuanya kepada laki-laki itu. Karena jelas, Marvin adalah orang yang paling dipercaya diangkatannya. Namun berbeda jika masalah itu terlalu sulit untuk ditanganinya sendiri, barulah guru-guru dan kepala sekolahnya ikut campur. Walaupun begitu, Marvin rutin melapor semua yang sudah terjadi selama seminggu, mulai dari razia, siswa dan siswi yang datang terlambat, dan masalah-masalah anak murid lainnya.

"Marvin lama banget 'anjing ngocehnya! Apa gue cipok aja kali ya mulutnya biar diam?" Arlita berbisik kepada kedua temannya yang berada disamping kanan dan kiri Arlita.

"Brisik, Ta. Gue gak mau kena masalah lagi, ya abis ini. Lo jangan macem-macem, gue udah capek banget berdiri," sahut Merolla mengeluh. Ia menarik dan membuang napasnya.

Gelagat Arlita sudah seperti cacing kepanasan. Tidak bisa Ia berlama-lama diceramahi seperti ini. Memang dia dan kedua temannya datang terlambat, tapi siapa sangka mereka ketahuan lewat belakang sekolah dan berakhir berkumpul dengan siswa-siswi bermasalah lainnya di ruang OSIS.

"Vin, Arlita bilang kalau lo gak diam-diam 'mau dia cipok, katanya. Jadi udah ya? Lo ceramah udah dari 1 jam yang lalu. Kenapa gak sekalian jadi pendeta aja lo?" Gizel membuka suaranya dan menunjuk ke arah Arlita.

MARVIN: What you do?Where stories live. Discover now