1.1 || Damn! ||

8.8K 416 43
                                    

ges KOMEN NAPA BUSET 

KAN GASUSAAAAAA 

enjoy guys

ARLITA pulang pukul 6 sore dengan perasaan campur aduknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ARLITA pulang pukul 6 sore dengan perasaan campur aduknya. Antara enggan menerima kenyataan dengan penasaran apakah masalahnya ini benar atau tidak. Marvin mengantarnya hanya sampai depan gerbang. Karena Marvin bilang ada yang ingin dia urus setelah ini.

Wanita itu berjalan memasuki rumahnya, melihat-lihat keadaan rumahnya yang kini selalu sepi. Hanya ada Mama, dan Suster yang merawat Mamanya, serta dirinya. Tidak seperti dulu yang ada Papanya juga Alira.

"Mama tidur, Mba Sus?" tanyanya kepada Suster yang merawat Ibunya. 

Suster itu mengangguk. "Iya, Ibu sedang tidur."

Arlita hanya ber'oh ria lalu melangkahkan kakinya naik ke atas anak tangga rumahnya. Berjalan menuju ruang kamarnya. Arlita masuk, dan langsung menutup kembali pintu kamar itu.

"Baru pulang, Babe? Semalam kemana aja? Gua nungguin lo disini semalaman."

Suara itu membuat tubuh Arlita menegang di hadapan pintu. Dia enggan untuk membalikkan tubuhnya kebelakang. 

Lalu sebuah tangan melingkar dipinggangnya. Aleo memeluknya dari belakang lalu mengecup singkat leher jenjang Arlita. "Tadi pagi gua ke rumah Gizel, tapi lo gak ada. Gua tanya Merolla, dia juga mengatakan hal yang sama. Where did you go, Arlita?" tanya Aleo dengan lembut, namun semakin membuat Arlita gugup. 

Arlita takut dengan sikap Aleo yang seperti ini. Aleo yang seperti ini lebih menakutkan ketimbang berdebat dan beradu bibir dengan Marvin.

Tangannya menarik keatas dari arah pinggang Arlita. Melewati belahan dada wanita itu. Lalu berhenti pada liontin kalung Arlita. "It is M?" bisiknya.

Aleo menarik sudut bibirnya. "M for Marvin?"

"Am I wrong baby?" bisiknya semakin membuat Arlita merinding.

Arlita membalikkan tubuhnya. Dia merasa ada yang harus dirinya jelaskan kepada Aleo. Dia tidak berani jika amarah Aleo keburu memucak.

"Al, dengerin gue dulu--"

"Vin?" Aleo menatap tajam Arlita. "Is it Marvin?

Aleo tersenyum simpul. "Jadi cowok yang lo salah sebut kemarin itu dia? Marvin?"

Baru saja Arlita hendak memegang kedua lengan laki-laki itu, Aleo sudah lebih dulu menepisnya dengan kasar. Tangan Aleo bahkan kembali menyentuh kalung yang ada di leher Arlita lagi. Dan Aleo menariknya dengan kasar.

Lalu dia berjalan cepat menuju balkon dan melempar kalung itu jauh ke sana. "ALEO!"

Laki-aki itu terkekeh ketika berhadapan sama Arlita. "Udah sampai mana lo main sama dia?" tanyanya dengan tajam.

MARVIN: What you do?Where stories live. Discover now