12. PERANG MULUT

Začít od začátku
                                    

"GIMANA AKU BISA BELI SEDANGKAN UANG TABUNGANKU TANTE KURAS TERUS?!" Oife berteriak tanpa takut di dengar oleh tiga pembantunya. Oife sudah lelah melewati hari ini dengan penilaian seluruh siswa terhadapnya ditambah saat tiba di rumah Melani langsung mengajaknya perang mulut. Luka di hatinya saja belum sembuh total karena perkataan Jenaro. Dan kini kembali dilukai lagi.

"TANTE LAGI! TANTE LAGI! SAYA INI MAMA KAMU, OIFE!" Melani meluapkan amarahnya. Tidak peduli akan wajah merah padam anak sambungnya itu, Melani tetap menyetel keras volume suaranya.

"LIHAT ABANG KAMU ITU, DIA GAK PERNAH SEKALIPUN NGELAWAN MAMA! OZI PENURUT SEMENTARA KAMU GAK BISA DIATUR!" timpal Melani memancing emosi Oife. Ketahuilah Oife paling benci disamakan dengan orang lain.

Tidakkah Melani tahu jika setiap manusia itu berbeda? Sifat, karakter, tingkah laku, tidak bisa disama ratakan. Ozi dan Oife jelas memiliki perbedaan. Oife mengakui dirinya jauh dari kata baik dibandingkan Ozi yang selalu mengukir prestasi sejak SD. Sering memenangkan perlombaan cerdas cermat juga banyaknya olimpiade. Saat kuliah pun Ozi aktif mengikuti beberapa organisasi kampus. Tidak seperti Oife yang tahunya main saja.

Oife bangkit bersama nyeri yang menyerang bagian belakang tubuhnya, "YAUDA KALO GITU URUS AJA HIDUP BANG OZI! GAK USAH NGURUSIN AKU! AKU JUGA GAK PERLU TANTE YANG BAGAIKAN PARASIT DI HIDUP DADDY!" jeritnya dengan mata berkaca-kaca.

Penuturan blak-blakan Oife meningkatkan kadar amarah Melani. Satu tangan dengan warna kuku merah menyala itu meraup kilat rahang Oife dan mencengkeramnya kuat. Melani tidak merasa belas kasih saat rintihan kecil lolos dari arah Oife. Catat, di rumah besar ini hanya ada dirinya juga Oife. Tiga pembantunya kebetulan sedang Melani suruh untuk ke Pasar lalu bertolak lagi ke Supermarket. Melani bebas melakukan apa saja pada Oife.

"Kamulah parasit yang sebenarnya, Oife! Kalau saja waktu itu kamu memilih ikut dengan Mama kamu ya gila itu, kamu gak akan menerima perlakuan buruk saya! Kamu memang anak tidak tau diri! Udah baik saya mau menampung kamu di rumah ini!"

Oife melepas paksa tangan Melani dari bagian tubuhnya dan berakhir mendapat ruam merah di area rahangnya. Oife mendesis sinis, "Jangan lupakan siapa yang paling berhak atas rumah ini yaitu Mama kandungku! Seharusnya aku yang ngomong gitu ke Tante! Tante lupa berkaca? Mari aku tunjukin biar Tante bisa ngaca sendiri siapa yang harusnya tau diri! Aku atau Tante!"

Cukup. Oife tidak ingin semakin memperunyam masalah. Pergi adalah jalan satu-satunya. Berbicara sama Melani memang tidak akan pernah selesai. Kalaupun selesai, salah satu anggota keluarga yang lain harus berada di rumah ini untuk membungkam mulut sampah wanita yang berstatus Ibu sambungnya itu.

➖➖➖

"Bang beli bawang, beli bawang gak pake kulit. Bang jadi orang, jadi orang jangan pelit-pelitttt." Saguna bernyanyi dengan maksud menyindir seseorang yang dari datang hingga setengah jam berlalu pun masih setia mengepulkan asap rokoknya.

Basecamp baru Rebellion Team dipindahkan ke sebuah rumah bertingkat dua yang terletak di ujung gang yang lumayan sunyi. Namun tidak menjadi masalah besar mengingat mulai hari ini semua anggota Rebellion akan hilir mudik di gang tersebut yang mana pasti sangatlah ramai. Jenaro sengaja memilih rumah ini sebagai tempat perkumpulan anggotanya dikarenakan halaman belakangnya begitu luas terdapat kolam renang juga. Yang berjalan uang, sudah pasti Jenaro mampu memfasilitasi apa yang tidak ada di rumah ini seperti meja biliard, meja tenis atau membuat studio musik.

Saguna berulang-ulang melafalkan lirik yang sama saat Jenaro tidak mau memberikannya sebatang rokok yang Saguna tahu isi dari kotak rokok tersebut masih banyak.

"Berisik, bangsat! Bisa enyah lo dari sini?!" Jenaro melayangkan tatapan tajam seakan bisa mengeluarkan peluru hingga menembus dahinya.

JENARO Kde žijí příběhy. Začni objevovat