16

29.8K 4.9K 468
                                    

Jaerend

Ada orang bilang, katanya titik tertinggi dalam mencintai seseorang itu adalah ketika merelakan dia pergi.

Buat gue enggak begitu. Dalam kasus gue, titik tertinggi ketika gue mencintai Putri adalah enggak hanya sayang dan mau sama dia, gue juga mau bantu dan nemenin Putri untuk merubah dirinya ke arah yang lebih baik.

Gue bilang begini bukan berarti gue orang yang baik. Gue cuma mau kita berdua sama-sama ada untuk satu sama lain. Mungkin kalian capek ngeliat Putri nangis sambil bahas dirinya yang seakan enggak sempurna, banyak kekurangannya.

Gak ada manusia yang terlahir sempurna. Meskipun di mata kalian terlihat sempurna, kalian enggak pernah tau apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup dia.

Awalnya gue enggak paham, apakah sesakit itu jadi orang yang punya perasaan insecure?

Kemudian ketika gue ngeliat Putri nagis dan mulai terbuka, gue jadi sadar. Penting buat gue ngebantu Putri keluar dari zona-nya. Kalau dia tetep merasa enggak sempurna, takut sama pandangan orang lain, merasa enggak pantas dibandingkan dengan orang lain, enggak mencintai dirinya sendiri, yang terluka adalah dirinya sendiri.

Sabar gue harus diperbanyak, gue sadar akan hal itu. Merubah seseorang gak cuma butuh waktu sebulan dua bulan. Dan gue gak tahu juga kapan gue bisa bikin Putri lebih percaya diri sama dirinya sendiri, dan setidaknya mengurangi perasaan insecurenya.

Putri masih terisak sambil meminta maaf. Dan yang gue lakuin cuma memeluk dia. Gue enggan berbicara panjang. Jujur hari ini gue capek, dan lihat Putri kayak gini rasanya gue juga mau marah.

Gue marah karena dia terus-terusan meminta maaf sama gue, padahal dia udah berusaha. Gue marah karena dia selalu peduli sama orang lain tapi enggak dengan dirinya sendiri.

Gue ulangin sekali lagi, she cares too much and hurting herself.

Balik lagi, gue juga manusia biasa yang bisa marah dan capek. Jadi lebih baik gue diem dan memeluk dia kayak sekarang. Kalau nekat gue ceramahin, takutnya kata-kata gue enggak ke filter dan berakhir memperburuk suasana.

"Kamu pasti capek. Dan aku minta maaf. Aku cuma bisa minta maaf sama kamu. Jaerend, aku ini cuma ngasih duri buat kamu. Semakin lama kamu menahanku, kamu bakalan semakin terluka," ujarnya panjang.

'Put, mungkin kamu bikin aku sedikit struggle tapi percaya sama aku kalau pergi dari kamu malah yang bikin luka,' kata gue dalam hati.

Ngelepas Putri adalah satu hal yang enggak akan gue lakuin. Di masa depan, seandainya gue ngelepas dia, apakah orang yang ada didekat dia bisa memahami Putri, dan ngebantu Putri buat sayang sama dirinya sendiri?

"Put," panggil gue akhirnya masih sambil memeluknya.

"Kamu udah mencoba. Makasih ya, makasih udah mau berusaha berubah, berubah itu enggak cepet."

Gue mengusap rambut panjangnya. Kemudian melepas pelukan gue dan menatap wajahnya yang benar-benar merah dan penuh dengan airmata.

"Sekarang aku yang tanya. Apa kamu capek sama aku?"

Enggak, gue enggak mau mengakhiri ini semua.

"Jujur sama aku, jangan bohong."

Putri menggeleng kecil. "Aku capek sama aku," katanya pelan.

Gue tersenyum kearahnya. "Kamu tidur aja ya? Aku kabarin papa kamu, kamu nginep dirumah temen perempuan. Bohong dikit gapapa kan?"

Putri terdiam.

"Kamu lagi gak baik-baik aja, mending istirahat."

Gue mengambil tissue di nakas kecil milik kamar Brian. Kemudian ada satu produk bertuliskan toner disana, gue bawa mendekat ke tempat tidur.

US - Untold Story (Spin Off "45 Days Of KKN") Where stories live. Discover now